Bagian 4

433K 4.2K 8
                                    

Kulangkahkan kakiku untuk keluar dari ruangan kerjaku dan Justin. Aku ingin membersihkan wajahku yang kupastikan berminyak. Kupikir apa yang kulakukan dengan Justin di ruangan kami memang murni keinginan kami. Karena aku mulai tertarik dengannya.

Saat aku hendak menutup pintu kamar mandi tiba-tiba ada kaki yang menahannya. Dan dengan cepat masuk dan menutup pintunya. Ternyata itu Justin. Nafasnya terengah-engah.

“Kau berniat meninggalkanku sendirian dengan kebutuhan ini darlin’?” tanyanya yang kini menyenderkan tubuhnya di pintu kamar mandi.

Kulangkahkan kakiku menuju cermin dan memutar kerannya. Lalu mengusap wajahku yang terlihat mengerikan. Setelah selesai aku langsung mengeringkan wajahku menggunakan tissue yang kubawa dari ruang kantor tadi.

“Tidak Justin. Aku hanya ingin membersihkan wajahku yang terlihat mengerikan” jawabku lalu melihat kearahnya yang kini sudah berada dibelakang tubuhku.

“Itu berarti kau mengerti apa yang aku butuhkan, bukan?” tanyanya dengan suara serak. Tangannya yang nakal hinggap dipayudaraku dan mulai membuka blazer yang kugunakan.

“Apa aku sudah memberitahumu bahwa payudaramu sangat seksi dan terasa pas digenggaman tanganku?” tanyanya yang masih menjalankan tangannya untuk membuka atasanku.

“Kau sudah memberitahuku Justin. 2 kali” jawabku disertai geraman yang disebabkan tangan nakalnya.

Justin membalikkan tubuhku dan langsung menciumku dengan keras. Tangannya yang berotot mengangkat tubuhku dan menahan berat badanku dengan memegang pantatku seraya meremasnya.

Kutarik rambutnya untuk melampiaskan geramanku. Tiba-tiba Justin membawaku ke salah satu bilik toilet dan mengunci pintunya. Untungnya kamar mandi ini sepi. Aku bersyukur karenanya.

“Kupikir  kita harus bermain cepat darlin’. Aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi” ucap Justin yang sudah menurunkanku di lantai dan langsung membuka celananya dan menurunkannya selutut. Lalu menarik rokku keatas dan mengesampingkan g-string yang kugunakan.

Kurasakan sesuatu yang besar memaksa untuk masuk. Kutahan eranganku dengan menggigit bibir dan memeluk leher Justin.

“Sial. Kau sangat ketat darlin’. Dan aku menyukainya” ucapnya seraya terus berusaha untuk memasukkannya. Dan setelahnya Justin mulai menggerakkan pinggulnya. Salah satu tangannya melingkarkan kakiku ke tubuhnya. Sial, ini sangat nikmat. Aku tidak bisa menahan eranganku.

Tangannya yang nakal mulai meremas payudaraku. Saat aku hendak mendesah dengan keras Justin langsung menahan eranganku dengan bibirnya. Semakin lama gerakan pinggul Justin semaikin cepat. Dan pelepasan kami datang bersamaan.

Justin masih bertahan ditubuhku. Kurasakan sisa percintaan kami turun diantara pahaku. Lalu Justin menciumku lembut seraya mengeluarkannya. Nafas kami terengah-engah. Justin mengambil tissue yang berada di toilet dan mengelap bagian bawahku yang  baru saja bergetar.

Tak lupa Justin juga membersihkan sisa percintaan kami yang turun diantara paha dalam ku. Setelah itu dia membersihkan miliknya yang masih terlihat tegak tapi tidak terlalu keras seperti tadi. Kutarik kebawah kembali rokku dan membenahi pakaian serta rambutku yang terlihat kusut.

Kulihat Justin sudah rapi dan membuang tissue tadi kedalam tempat sampah yang sudah disiapkan.

“Terimakasih darlin’. Aku suka tubuhmu terutama bagian bawahmu. Dan aku juga menyukaimu” ucapnya seraya membantuku membenarkan rambutku. Lalu menciumku singkat. Aku hanya tersenyum membalas perkataannya.

Justin’s View

Aku  keluar dari bilik toilet sempit ini. Kubiarkan Nath keluar lebih dulu dari kamar mandi ini. Saat Nath membuka pintu ada salah satu karyawan perempuanku yang hendak masuk.

 Senyum terlihat diwajahnya saat melihat Nath membenahi letak blazernya. Tapi senyum itu langsung pudar saat melihatku yang berjalan dibelakang Nath seraya membenahi celanaku. Dia hanya terdiam ditempatnya. Kuharap dia tidak akan menceritakan kepada siapapun dengan tatapanku yang memandangnya dingin.

Aku masih berjalan dibelakang Nath. Kulihat tubuh yang baru saja bercinta dengan cepat denganku. Aku meyukainnya, sangat. Entah kenapa saat melihatnya pertama kali aku langsung menyukainya bahkan mencintainya.

Pantatnya yang berisi berlenggak-lenggok didepanku dengan seksi. Apa dia berniat menggodaku? Penggoda kecil yang nakal. Kumasukkan tanganku kedalam saku celanaku dan berjalan dengan tenang dibelakang Penggoda Kecil ku menuju kembali ke ruangan kami.

AFFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang