22. Indahnya Toleransi

14 4 0
                                    

Adzan dhuhur telah berkumandang, namun Fahmi masih berkutat dengan ujian praktik IPAnya meskipun Bu Hesty sudah mengizinkan Fahmi dan teman-teman yang lain untuk menunaikan ibadah sholat dhuhur dulu. Tapi Fahmi dan teman sekelompoknya tetap bersemangat menyelesaikan ujian praktik IPA menanam tanaman gantung dan bunga di pot.

"Sholat itu harus disegerakan anak-anak, ayo sholat dulu tidak apa-apa biar Bu Hesty yang menunggu ini semua, nanti kita lanjutkan lagi." Ucap Bu Hesty, guru IPA di sekolah Fahmi.

"Ibu kok tahu kalau sholat harus disegerakan? Ibu kan non muslim." Tanya Dio, teman sekelompok Fahmi.

"Tahu dong. Bu Hesty kan serba tahu." Ucap Bu Hesty diikuti tawa kecilnya.

"Kita sholat dulu tidak apa-apa bu?" Tanya Candra, si pemalas dan pembolos yang kini sudah bertaubat, ia menjadi lebih rajin sekarang.

"Boleh sekali dong, ayo semuanya sholat dulu." Ucap Bu Hesty.

"Kita sholat dulu ya Bu..." ucap Candra, Fahmi, dan Dio bersamaan diikuti dengan Viona dan Chelsea.

"Oke anak-anak, saya tunggu di sini ya."

"Loh itu Chelsea juga ikut?" Tanya Bu Hesty.

"Hehe, iya bu. Saya mau menemani Viona." Ucap Chelsea sopan. Ia adalah salah satu murid non muslim di kelas Fahmi.

Fahmi dan yang lainnya sudah lebih dulu ke masjid, sedangkan Viona dan Chelsea ke kelas dulu untuk mengambil mukena. Mereka berdua bertemu dengan Raisa, Elsa, dan Vivi saat akan ke masjid. Ternyata mereka bertiga juga akan ke masjid dan segera pulang. Siang itu memang hanya siswa kelas 9 saja yang masih ada kegiatan praktik, siswa kelas 7 dan 8 baru saja pulang.

"Eh, ada pacarnya Fahmi tuh!" Seru Chelsea.

"Eh iya!" Viona juga berseru.

"Mau ke mana Raisa?" Tanya Viona.

Raisa tersipu malu saat Chelsea menyebutnya pacar Fahmi, "Mau ke masjid kak."

"Ya udah yuk bareng." Kata Viona.

"Ayo kak!" Seru Raisa.

Mereka berlima pun segera menuju masjid bersama. Raisa dan yang lainnya mengikuti di belakang Viona dan Chelsea.

Sesampainya di masjid ternyata sudah agak sepi, anak-anak yang lain sudah banyak yang pulang. Hanya beberapa saja yang masih sholat di masjid sekolah itu. Termasuk Fahmi, Candra, dan Dio yang baru saja selesai wudhu hendak sholat.

Raisa tak sengaja melihat Fahmi sedang menghapus sisa-sisa air wudhu di wajahnya, begitu pula Fahmi ia juga tak sengaja melihat Raisa yang sedang berdiri bengong dan kagum menatap ke arahnya. Raisa benar-benar tercengang sesaat melihat pemandangan itu, pemandangan indah yang pantang untuk dilewatkan bagi Raisa. Fahmi tersenyum pada Raisa dan segera masuk ke dalam masjid.

'Indah sekali pemandangan ini Ya Allah...' batin Raisa, ia tak sadar masih melongo di saat teman-temannya sudah bersiap hendak wudhu. Mungkin jika dalam sinetron di TV di sekeliling Raisa sudah ada banyak bunga-bunga dan hati warna pink berterbangan.

"Eh Raisa! Ngapain masih di situ! Ayo!!!" Seru Vivi dengan kehebohannya. Bukan Vivi namanya kalau tidak heboh.

"Raisa kenapa? Sakit ya? Diam aja dari tadi." Ucap Chelsea.

"Eh, anu, enggak kok enggak. Lagi lihat kupu-kupu di sana." Raisa gugup dan salah tingkah.

"Ya udah masuk sana, biar aku di sini nungguin barang-barang kalian. Dijamin aman deh." Ucap Chelsea.

"Loh, beneran nggak apa-apa nih kak?" Tanya Raisa.

Chelsea mengangguk, "buruan, keburu abis waktunya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diary SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang