4. Tupai Loncat

155 15 0
                                    

Raisa sakit selama dua hari, hanya demam biasa. Selama dua hari itu Raisa tidak masuk sekolah, Mama melarangnya karena khawatir akan pingsan lagi. Ia mulai masuk sekolah lagi hari ini. Rabu, dengan langit kelabu dan sisa-sisa rimis yang masih beradu.

Jam pelajaran ketiga telah dimulai. Bu Ayuna mengisi pelajaran Bahasa Indonesia di kelasnya dengan materi iklan. Sebelumnya Bu Ayuna memberi tugas kepada anak-anak untuk membawa contoh-contoh iklan dari berbagai media. Raisa membawa contoh iklan dari media cetak yaitu koran dan majalah. Terbayang atau tidak apa iklan yang dibawa oleh Raisa?

Semua gambar iklan yang dibawa Raisa adalah iklan produk makanan. Raisa memang tak pernah bisa terlepas dari pesona iklan yang berbau makanan. Dasar Raisa!

Saat Bu Ayuna melihat-lihat hasil kerja teman-temannya yang lain, mata Raisa menangkap sesuatu di luar jendela kelasnya. Kelas Raisa tepat berada paling selatan berbatasan langsung dengan tembok belakang sekolah. Ia melihat lima orang anak laki-laki sedang melompati pagar untuk masuk ke sekolah, padahal masih gerimis. Apa mereka tidak takut terpeleset? Ia pun menjawil lengan Vivi agar ia juga melihatnya. Vivi pun membulatkan matanya, mulutnya komat-kamit mengumpat anak-anak itu dengan lirih.

"Tupai loncat Sa, harus dilaporin Pak Dion nih!" Ucap Vivi dengan lirih, takut bila Bu Ayuna dan teman yang lain mendengarnya.

"Iya Vi, harus itu. Aku tahu kok siapa saja mereka. Eh, bukannya itu si Nanda? Ikut-ikutan juga dia." Sahut Raisa saat melihat Nanda teman sekelasnya juga ikut melompat pagar.

Nanda melihat Raisa yang mengetahui aksinya bersama teman-temannya itu memberi isyarat agar Raisa tutup mulut, tapi Raisa malah mengacungkan tinjunya.

"Tenang, sepuluh menit lagi istirahat. Nanti kita langsung cusss ke Pak Dion di ruang BK."

"Oke sip Vi!"

Mereka berdua masih sibuk mengamati si tupai loncat itu. Tiga anak yang berhasil melompat membantu dua lainnya yang masih di atas tembok dan melempar tas mereka. Setelah mereka berlima berhasil masuk langsung berlari ke arah timur sambil mengendap-endap.

"Enggak bisa dibiarin Sa!" Ucap Vivi sambil mengepalkan tinjunya.

"Mencemarkan nama baik kelas kita Vi!" Raisa mendengus kesal.

"Kriiiiinnggg!!!!" Bel istirahat berbunyi.

Bu Ayuna mengakhiri pelajarannya dengan salam. Semua siswa berhamburan keluar dari kelas, sebagian ada yang ke kantin atau hanya sekadar jalan-jalan keliling sekolah untuk melepas penat. Kecuali Raisa dan Vivi, mereka berdua tergopoh-gopoh menuju ruang BK mencari Pak Dion. Entah mengapa mereka berdua memiliki nyali untuk menemui Pak Dion.

Vivi mengetuk pintu ruang BK. Pak Dion tak ada di sana, beliau sedang berada di ruang bapak Kepala Sekolah, Pak Zainal. Bu Aira menyuruh mereka masuk dan duduk di sofa biru muda yang ada di ruang BK sambil menunggu Pak Dion.

Bu Aira menanyakan ada perlu apa mereka mencari Pak Dion. Akhirnya mereka berdua menceritakan kejadian yang mereka lihat tadi pada Bu Aira. Lima anak yang melompat pagar adalah Candra siswa kelas 9-F, Vito, Johan, dan Gio siswa kelas 8-D, serta Nanda siswa kelas 8-C teman sekelas Raisa dan Vivi. Bu Aira tak habis pikir mengapa anak-anak nekat melompat pagar, walaupun terlambat masuk sekolah seharusnya mereka tetap lewat pintu gerbang depan, bukan melompat pagar.

Pak Dion tiba-tiba datang dan terkejut saat melihat Raisa dan Vivi di sana. Bu Aira menyuruh mereka berdua untuk menceritakan ulang kepada Pak Dion. Ini hal yang tidak disukai Raisa, mengulang cerita yang sama pada orang yang berbeda padahal memiliki kepentingan yang sama. Mengapa bukan Bu Aira saja yang menjelaskan pada Pak Dion?  Toh Bu Aira juga guru BK bukan?

Diary SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang