"Ngapain kamu tadi siang bareng cewek gila itu di tepi lapangan basket?" Tanya Rian di tengah-tengah suasana belajar mereka yang tenang di ruang keluarga.
Raisa tersentak, ia menoleh pada Rian.
"Cewek gila? Raisa enggak punya teman cewek gila. Raisa kan cuma bareng-bareng Vivi tadi siang.""Cewek gila yang bawa novel incaranku!"
"Oh, Elsa bukan?" Raisa menebak, karena tadi di sekolah ia melihat novel yang diceritakan Rian kemarin.
Rian mengangguk.
"Dia enggak gila kok." Kata Raisa enteng sambil menyalin jawaban tugas Matematika dari buku Rian, malam ini mereka membagi tugas menyelesaikan latihan soal-soal dari Bu Ningsih.
"Besok minta novel itu, aku belum selesai baca, kan gantung jadinya." Rian menoel punggung Raisa di depannya dengan ujung penggaris.
"Apaan siiihh!!! Ganggu aja deh tanganmu, jahil banget!" Raisa merasa risih.
"Minta aja sendiri.""Ya ampun Sa, tolongin abangmu ini dong."
"Ya ya ya..."
"Aku enggak mau berurusan dengan gadis gila itu!"
"Nyebelin!"
"Aneh lagi pakai kaus kaki merah."
Rian menepuk jidatnya, teringat kaus kaki Elsa yang membuatnya heran."Jangan gitu ah, nanti lama-lama naksir lho!" Goda Raisa.
"Naksir apanya? Cewek galak kayak gitu!" Rian mengacak rambut Raisa sebal.
"Haiiiissshhh!!! Maaaaa! Mas Rian gangguin aku nih!!!" Teriaknya mengadu pada Mama.
Rian tertawa bangga berhasil mengacak rambut kembarannya itu.
"Riaaann! Jangan ganggu adiknya!" Suara Mama dari dapur mulai terdengar.
"Enggak Ma! Rian cuma khilaf!" Sahut Rian, kemudian ia tertawa lagi.
"Khilaf khilaf! Khilaf apanya? Tiap hari jahil mulu!" Gerutu Raisa lirih.
Kali ini tangan Rian tak bisa diam lagi. Pipi Raisa menjadi sasarannya. Ia cubit gemas pipi kanan dan kiri Raisa, membuat Raisa mengaduh kesakitan.
"Aduuuuhhh!!! Dasar enggak bisa diem tangannya!" Raisa berdiri dan memukuli Rian secara ringan dengan tangannya, lalu menggelitik pinggang Rian. Ia tahu kelemahan Rian.
Rian tertawa terbahak-bahak saat Raisa menggelitik pinggangnya.
"Rasain tuh! Rasain!" Senyum setan terlukis di wajahnya.
"Ampun wey ampun! Udah dong! Aduh! Geli Sa!" Pinta Rian sambil tertawa.
"Maaa! Tolongin Rian Ma! Raisa nakal!" Teriaknya lagi.
"Stop Raisa! Stop Raisa adikku yang cantik jelita...."
"Ntar aku aduin Si Fahmi loh!" Godanya.Raisa menghentikan tangannya yang menggelitik Rian. Mendengar nama Fahmi disebut membuat hatinya berdesir-desir.
"Apaan sih! Kenapa bawa-bawa nama Fahmi segala?" Raisa menampol lengan Rian.
Rian tersenyum lebar, ia mendekatkan wajahnya ke telinga Raisa.
"Dia ganteng kan? Baik, sopan, perhatian. Membuatmu selalu terpesona...."
Rian menggodanya.Raisa menjitak dahi Rian, "Heh, diam!"
"Tuh kan bener! Kamu juga suka kan? Kamu juga naksir Fahmi kan? Hayo ngaku!" Rian terus menggodanya, membuat wajahnya merah merona.
Raisa bangkit dari samping Rian, membereskan buku-bukunya di meja dan berlari ke kamar. Ia begitu salah tingkah kalau sudah menyangkut tentang Fahmi. Rian merasa puas telah menggoda adiknya dan membuatnya salah tingkah.
Sejurus kemudian ia teringat dengan Elsa dan novelnya. Ah ia lupa. Ia lupa kalau harus minta bantuan Raisa untuk meminta novel itu, tapi ia malah menggoda dan membuat Raisa kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Sekolah
Teen FictionPernahkah kamu meminta izin pada gurumu saat pelajaran untuk pergi ke toilet? Padahal kamu tidak benar-benar pergi ke toilet, melainkan berjalan-jalan keliling sekolah untuk melepas penat di kelas. Atau pernahkah kamu mengukir namamu dan nama Si Doi...