"Karena terlalu lama di kelas bisa membuatku gila."
-Raisa-Lembayung senja perlahan menjadi gulita, hari beranjak malam. Adzan magrib berkumandang bersahutan antara masjid yang satu dengan yang lainnya, gemanya meneduhkan.
Raisa mengambil wudhu, lalu menuju musholla di rumahnya untuk melaksanakan sholat maghrib berjamaah bersama Mama, Mas Willy, dan Rian. Mas Willy menjadi imamnya, sungguh Mas Willy memang bisa menjadi kakak sekaligus menjadi Papa, ia selalu bisa diandalkan.
Seusai sholat maghrib ada yang mengetuk pintu rumahnya. Raisa melipat mukenanya kembali dan segera membukakan pintu. Saat pintu terbuka, Vivi berdiri di depan pintu dengan tangan kiri membawa sekotak martabak manis dan ransel di punggung. Ardi di belakangnya dengan kedua tangan membawa plastik berisi camilan.
"Astagaaa! Kalian apa-apaan sih?" Raisa terkejut.
"Kita siap belajar kelompok Sa." Vivi cengar-cengir.
Ardi menunjukkan plastik berisi camilannya juga, "Aku sangat siap."
Raisa menepuk jidatnya. Mereka berniat belajar kelompok atau kulineran?
"Siapa Sa? Suruh masuk." Ucap Mama dari belakang.
"Vivi dan Ardi Ma!" Ucap Raisa, "Udah ayo masuk. Kalian naik apa tadi ke sini?"
"Jalan kaki dong Sa, kayak jauh aja pake naik kendaraan segala." Ujar Ardi sambil meletakkan camilannya di meja.
Rumah mereka memang berdekatan. Rumah Ardi berjarak empat rumah dari rumah Raisa, sedangkan rumah Vivi berjarak lima rumah dari rumah Ardi, sekitar empat ratus meter dari rumah Raisa. Mereka terbiasa berjalan kaki saat belajar kelompok bergantian.
"Duduk dulu. Aku ambil buku. Oh ya, mau minum apa?" Tanya Raisa.
"Apa aja deh Sa, asal jangan air kobokan." Vivi terkikik.
"Mulai deh Vi. Ntar kuambilkan air comberan mau?" Gertak Raisa gemas.
"Ampun Sa, ampun." Vivi cengengesan.
Raisa masuk kamar, mengambil buku Bahasa Inggris di meja belajarnya kemudian ia ke belakang mengambilkan minum untuk Ardi dan Vivi. Ternyata Mama sudah menyiapkan empat gelas sirup cocopandan kesukaannya.
"Terima kasih Ma." Ucapnya sambil memeluk Mama dari belakang.
"Sama-sama sayang. Nih bawa ke depan." Ujar Mama.
"Oke Ma." Raisa mengangkat nampan berisi empat gelas sirup cocopandan itu.
"Tadaaa, sirup cocopandan buatan Mamaku. Seger. Nih minum dulu." Raisa meletakkan nampan itu di meja kecil yang terpisah dari meja yang digunakan untuk belajar.
"Raisa kok repot-repot sih, keluarin aja semuanya isi kulkasnya. Hehe." Vivi tertawa.
"Diiih, kebiasaan deh Vivi." Raisa menjitak kepala Vivi dengan gemas.
"Mas Rian!!! Ayo belajar! Udah ditunggu Vivi, Ardi juga." Teriak Raisa memanggil Rian yang masih ribet di kamarnya. Selalu begitu.
"Ntar!!!" Hanya itu yang keluar dari mulut Rian. Ia segera keluar dari kamar menuju ruang tamu. Sesampainya di ruang tamu ia terkejut dengan apa yang ia lihat.
"Astaga! Ini mau belajar atau kulineran?" Martabak manis dan camilan dari Ardi menghiasi meja.
Rian segera duduk di samping Ardi, Raisa di samping Vivi. Mereka segera mengerjakan tugas kelompok mata pelajaran Bahasa Inggris membuat percakapan bertema pekerjaan. Ardi sangat pandai dalam hal ini, ia sangat menyukai Bahasa Inggris karena Bundanya adalah seorang guru Bahasa Inggris di sebuah SMA di kota itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Sekolah
Teen FictionPernahkah kamu meminta izin pada gurumu saat pelajaran untuk pergi ke toilet? Padahal kamu tidak benar-benar pergi ke toilet, melainkan berjalan-jalan keliling sekolah untuk melepas penat di kelas. Atau pernahkah kamu mengukir namamu dan nama Si Doi...