[ K U I L C H A N G P U E K ]

314 51 15
                                    

Hari kedua mereka berjalan setelah bergantian beristirahat di malam hari, sebuah kereta kerbau melewat.

"Berhenti, berhenti!" Seorang wanita paruh baya yang mengendarai di samping suaminya menarik tali kekang kerbaunya. Ia segera loncat dari kereta dan mendekati Yin dan War.

Yin merasa jantungnya berdebar, apakah mereka ketahuan?

"Astaga!" Wanita itu bertolak pinggang, "Bagaimana kau bisa membiarkan istrimu berjalan jauh seperti ini?! Lihat, sandalnya sampai hampir putus!"

Yin bertukar pandangan dengan War kemudian ia melirik sandal War yang, benar saja, terlihat hampir putus.

"Ah," Yin menggaruk pipinya, saatnya mengeluarkan kemampuan aktingnya yang buruk, "saya nggak mempunyai cukup barang untuk ditukar sandal baru."

Wanita itu memiringkan kepalanya, "Aksenmu aneh, apakah kau datang dari jauh?"

Yin mengangguk, "Benar."

Wanita itu mendecakkan lidahnya, "Mau ke mana kalian pergi?"

"Ke kota," jawab Yin, "mau coba peruntungan di sana."

"Kami berkendara sampai gerbang perbatasan, ikutlah dengan kami!" Ajak wanita itu.

"Beneran?!" Yin bertanya antusias, kemudian dia berdehem untuk memperbaiki kosa katanya, "Ah, apakah benar-benar boleh?"

"Tentu saja! Ayo naik!"

"War, kamu bisa naik nggak?" Bisik Yin sambil melihat kereta yang cukup tinggi. Ia takut luka War berdarah lagi.

"Bisa bantu aku?" Tanya War sambil berbisik juga.

Yin berjongkok dan memeluk kaki War sebelum mengangkatnya dengan hati-hati ke atas kereta. Setelah ia yakin War sudah duduk, barulah ia memanjat kereta itu.

"Sepertinya kau benar-benar mencintai istrimu, ya?" Wanita paruh baya itu mengangguk-angguk setuju dengan perlakuan Yin kepada War. Kemudian ia menoleh kepada War, "Jadi, mengapa kau menutupi seluruh wajahmu seperti ini? Apakah suamimu orang yang sangat mudah cemburu?"

Mata War terlihat tersenyum dan ia mengangguk.

Yin berdehem, "Saya nggak mudah cemburu, kok."

"Itu yang selalu lelaki katakan," wanita itu tertawa sambil memukul bahu suaminya, "suamiku selalu merajuk jika aku berbicara dengan lelaki lain."

Suami wanita itu mendengus tetapi tidak berkata apapun.

"Apakah kalian lapar?" Wanita itu merogoh tas kainnya dan mengeluarkan sebuah ketan yang dikepal, "Ini makanlah dulu. Mungkin tidak banyak, tapi paling tidak bisa mengisi perut kalian."

Sebenarnya Yin sangat lapar, tapi ia merasa tidak enak jika ia makan sendirian sedangkan War harus menunggu sampai tidak ada orang, baru bisa membuka tudungnya.

"Terima kasih. Tapi istriku lagi mual sedari tadi, jadi mungkin dimakan nanti. Akan kami jadikan bekal aja," jawab Yin sambil menerima ketan kepal itu.

"Ooh, apakah ia sedang hamil?"

"Iya, ini bulan ketiga," jawab Yin cepat. Ia merasakan cubitan kecil War di pinggangnya dan berusaha menahan tawanya.

"Oh! Berhati-hatilah! Bulan ketiga masih termasuk ke dalam bulan yang sangat rentan. Jaga baik-baik istrimu, anak muda!"

"Baik, terima kasih atas nasihatnya."

"Sekarang, kalian tidurlah dulu," wanita itu berkata lebih lembut ke arah War, "akan kubangunkan ketika sudah dekat. Kau harus banyak istirahat."

"Istri saya bisu, jadi nggak bisa bicara. Tapi saya yakin dia sangat berterimakasih," jawab Yin karena War tidak bisa menggunakan suaranya sendiri untuk berbicara.

Maharaja [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang