Mean Phiravich Attachitsataporn.
Ketika ia lahir ke dunia, ibunya memiliki ketertarikan yang sangat kuat untuk memberikan anaknya nama sama dengan salah satu maharaja yang pernah bertahta di masa lalu, walaupun maharaja tersebut mendapatkan tahtanya dengan cara yang tidak terpuji.
"Ya, tapi kenapa harus maharaja yang jahat, sih, Bu?" Keluh Mean muda ketika ia baru saja mempelajari betapa kejamnya maharaja yang memiliki nama sama dengannya di masa lalu.
Ibunya tertawa, "Sebenarnya dia nggak jahat, Mean, cuma keadaan aja yang bikin dia jadi kayak gitu."
Mean menendang kerikil, "Tetap aja jahat."
Mean sendiri tidak mengetahui apakah ayahnya memiliki keturunan dari kerajaan Attachitsataporn sehingga memiliki nama keluarga yang sama atau tidak, tetapi ia tidak terlalu mempermasalahkannya.
Paling tidak sampai ia beranjak remaja.
Ia ingat pertama kali terbangun dari mimpi aneh tentang kehidupan masa kecilnya, tetapi bukan masa kecil yang ia ingat. Ia masih dapat membayangkan baju-baju megah, selir-selir cantik, kelimpahan emas dan penghormatan sebagai bangsawan di dalam mimpinya itu. Mimpi tentang dirinya menjadi seorang pangeran.
Pada awalnya, ia pikir itu hanyalah mimpi aneh semata dan ia segera melupakannya di siang hari.
Tetapi, mimpi itu terus datang dan semakin aneh.
Mimpi ibunya yang baru melahirkan adiknya, tapi kemudian meninggal karena pendarahan. Mimpi ayahnya yang semakin hari semakin kehilangan dirinya karena ditinggalkan oleh istri tercintanya. Mimpi tentang seorang pelayan muda yang menjadi satu-satunya temannya, yang bernama Jirayu.
Ia ingat betapa sedih hatinya ketika adiknya di dalam mimpi itu dinyatakan menghilang tanpa jejak, betapa sakit rasanya ketika kabar tentang ialah yang membunuh adiknya tersebar seperti wabah, dan betapa kecewanya ia ketika ayahnya lebih memilih untuk mempercayai kabar itu dan mulai memukulinya.
Ia ingat betapa irinya ia melihat Wanarat, sepupunya, yang terlahir dalam keluarga sempurna, terlahir sebagai putra mahkota, sebagai seseorang yang secara natural disenangi dan dicintai oleh orang banyak.
Betapa ia ingin...
Betapa ia ingin menjadi Wanarat.
"Sepertinya hidupmu akan menjadi lebih baik jika kau menjadi seorang maharaja," ujar Jirayu suatu hari.
Mean, yang dalam mimpinya dipanggil sebagai Pangeran Phiravich, menoleh ke temannya, "Itu tidak mungkin. Aku bukan garis keturunan langsung Sang Maharaja, Wanarat-lah yang sudah pasti akan menjadi putra mahkota."
Pikiran itu membuat lidahnya terasa pahit.
"Hmm," Jirayu menggumam dengan senyuman penuh arti.
Ekspektasi demi ekspektasi membebani bahunya, kongres, atau sekumpulan para tetua keluarganya yang mulai merasa bahwa ayahnya tidak lagi mampu memikul tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga, memaksanya untuk mengambil alih tugasnya lebih cepat dari yang seharusnya.
Jirayu, yang telah ia percayai sebagai penasihatnya, sekarang memiliki pamor yang cukup kuat di antara para tetua itu.
"Pangeran Phiravich memiliki kemampuan untuk bertahta sebagai maharaja dibandingkan Pangeran Wanarat yang masih kekanak-kanakan," ujarnya.
Mean begitu terkejut mendengarnya dan lebih terkejut lagi ketika kongres menyetujuinya.
"Kudengar Sang Maharaja sedang tidak dalam kondisi baik, ia tidak akan bertahan lama."
"Tunggulah beberapa tahun, Pangeran Phiravich, barulah kemudian kita serang mereka, tunjukan pada semua bahwa kaulah yang mampu memimpin kerajaan!"
"Bangkitkan bendera Attachitsataporn!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Maharaja [Complete]
FanficSejujurnya Yin tidak mengerti mengapa dirinya bisa terdampar di masa lampau, belum lagi ia menemukan putra mahkota kerajaan Ratsameerat yang baru saja dikudeta beberapa jam setelah ayahnya meninggal dunia, tergeletak bersimbah darah yang mengalir da...