[ C I U M A N P E R T A M A ]

301 43 30
                                    

A/N:
Nah kan, menggoda banget nggak tuh judulnya? Makanya vote dulu ya, sayang 💕

———

Yin merasa ia telah membuat kesalahan yang sangat fatal dengan menyetujui untuk berbagi kasur dengan War.

Matahari sudah kembali ke peraduannya ketika mereka berdua selesai bergantian untuk mandi. Ketika Yin memasuki kamar kembali dengan baju bersih yang disediakan, War sedang membaca sesuatu sambil duduk di pinggir kasur mereka. Salah satu tangannya yang bebas sedang mengeringkan rambutnya dengan kain.

Mulut Yin terasa kering ketika matanya menyadari betapa longgarnya bagian kerah baju yang War kenakan sehingga setengah bahunya terekspos, memperlihatkan lembah yang terbentuk oleh tulang selangkanya

"Bisa gila aku..." gumam Yin lirih.

War mengangkat wajahnya, "Apa yang kau katakan, Anan? Maaf, aku tidak mendengarnya."

"Ng-nggak," jawab Yin gugup dan segera menumpukkan pakaian kotornya di tempat yang telah disediakan, "belum tidur, War?"

War menggeleng.

Yin naik ke atas kasur dan mengintip apa yang sedang War baca dari atas bahu sang pangeran, "Baca apa, sih?"

"Ini daftar sekutu yang akan Putthipong hubungi. Beberapa di antaranya adalah sepupu kami yang lain."

"Wah, gerak cepet juga adik kamu," Yin memajukan wajahnya sedikit agar bisa membaca nama-nama yang tertulis.

Nafas War sedikit tercekat ketika ia melirik ke samping dan menemukan betapa dekatnya wajah mereka. Merasakan bahwa mata War memperhatikannya, Yin menoleh. Ia tidak memperhitungkan jarak di antara mereka sehingga hidung mereka bergesekan. Seketika keduanya segera memundurkan wajah masing-masih, kaget.

"Maaf," kata Yin.

"Hm..." War bergumam dan mengalihkan perhatiannya kembali ke daftar di tangannya. Tapi setelah beberapa saat, ia menguap dan meletakkannya di meja.

Dan sekarang, Yin dihadapkan lagi dengan tantangan terbesarnya, yaitu tidur satu kasur dengan War. Sang pangeran nampak tidak terganggu dan segera berbaring di salah satu sisi dan membiarkan sisi yang lain terbuka untuk Yin. Mau tidak mau, pemuda dari masa depan itu akhirnya membaringkan juga tubuhnya dengan terlentang. Ia begitu tegang.

"Besok kita bakal bahas strategi buat ngejatuhin Phiravich?" Kata Yin pelan, berusaha mengalihkan fokusnya dari kenyataan bahwa War akan tidur tepat di sebelahnya.

Karena Yin tidak mendengar jawaban, ia memberanikan diri untuk menoleh dan melihat War yang sedang menatapnya lekat.

"Ke-kenapa ngelihatin aku kayak gitu?" Tanya Yin gugup.

"Anan," bisik War, "kau orang aneh."

"Hah?"

"Dan kau membuatku merasa aneh."

Yin jatuh terdiam, merasa bingung dengan perkataan War, "Maksudnya gimana?"

Bukan menjawab, War justru memegang pipi Yin, membuat nafas pemuda itu tercekat.

"War...?"

Sang pangeran menarik tangannya dan membalikan tubuhnya sehingga punggungnya menghadap Yin, "Selamat tidur, Anan."

Dan Yin... ia tidak akan membiarkan momen sebelumnya lepas begitu saja. Ia menahan tubuhnya dengan sikunya dan membalikkan tubuh War dengan tangannya yang bebas. Betapa kagetnya ia melihat wajah War yang merah sempurna sampai ke leher dan telinganya.

"Ngomong sama aku, apa yang buat kamu ngerasa aneh?" Pinta Yin.

"Tidak, lupakan saja," jawab War yang ingin membalikkan kembali tubuhnya tetapi ditahan Yin.

Maharaja [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang