[ T E R P E N T A L ]

889 57 15
                                    

Yin ingat apa yang terjadi sebelum ia terbangun di gua ini.

Ia adalah seorang pustakawan yang menggilai sejarah kerajaan-kerajaan masa lampau. Hari itu ia memang terlambat bangun karena malam sebelumnya terlalu asyik membaca buku sejarah yang baru saja ia pinjam dan dengan terburu-buru pergi menuju perpustakaan tempatnya bekerja. Yin tidak menggunakan lift untuk turun dari lantai di mana apartemennya berada dikarenakan antrian yang cukup panjang dan terpaksa menggunakan tangga darurat. Ia juga ingat saat ketika kakinya terpeleset yang menyebabkan ia terjatuh ke arah depan. Ia hampir yakin tidak akan hanya mendapatkan gegar otak, tapi juga patah tulang.

Tidak disangka, bukannya rasa sakit yang didapat. Yin terbangun di gua ini, gua dengan lumut sebagai karpetnya dan stalaktit sebagai dekorasinya. Ia mengira ia akan merasakan sakit yang terlambat datang akibat kecerobohannya itu, tapi sepertinya ia baik-baik saja. Hanya ada memar di sikunya, hasil dari benturannya dengan pintu kamar ketika ia berlari-lari keluar.

"Di mana, nih?" Tanya Yin pelan, tapi suaranya agak menggema di gua yang cukup tinggi itu.

Dengan berhati-hati agar tidak terpeleset, Yin berdiri dengan sedikit mengumpat ketika celana jeansnya terasa basah.

Karena di sekitarnya terlalu gelap, Yin mengeluarkan smartphone-nya, beruntungnya gadget itu tidak terkena basah ataupun benturan keras sehingga masih berfungsi, dan mengaktifkan mode flash. Dengan bersusah payah ia berjalan menuju mulut gua agar mendapatkan sinar matahari. Barulah ketika ia keluar dari kegelapan, paling tidak ia bisa bernafas lega.

Sejauh mata memandang hanya ada pohon-pohon tinggi yang kelihatannya sudah tumbuh berabad-abad. Sinar matahari menyeruak masuk di antara anyaman daun-daun di atas kepalanya. Terdengar suara gemericik air dari sungai, kemungkinan sungai itu adalah tempat bertemu utama dari sungai kecil yang keluar dari gua tempat Yin terbangun tadi.

Tapi pertanyaannya masih belum terjawab, di manakah Yin berada?

Yin teringat akan smartphone-nya. Ia membuka google maps dengan harapan ia akan menemukan jawaban, tapi terlihat bahwa tidak ada sinyal di tempatnya. Dengan tangan yang memegang gadget itu terangkat tinggi, Yin berjalan menjauh dari gua tersebut, berharap ia akan menemukan sinyal, ataupun pemukiman, mana saja yang lebih cepat.

Dan ya, Yin menemukan pemukiman, tapi terlihat cukup asing di matanya.

Para penduduknya menggunakan kain yang dililitkan sedemikian rupa seperti pakaian tradisional para petani pada zaman dahulu dan juga sandal anyaman. Yin juga menyukai pakaian tradisional negaranya, tapi bukankah cukup aneh bila menggunakannya ketika melakukan pekerjaan sehari-hari?

Yin segera bersembunyi di semak-semak, ia takut bahwa desa yang ia lihat adalah sebuah sekte, atau perkumpulan sesat, maka ia akan mengamatinya terlebih dahulu.

Baru saja ia akan membuat dirinya nyaman duduk di atas rerumputan, terdengar suara gemuruh kaki kuda. Yin menyaksikan sekelompok pria dengan pakaian tradisional yang terlihat lebih elegan berputar mengelilingi desa tersebut. Penduduk desa tampak terkejut dengan kedatangan para pria itu.

Ketika para kuda sudah terdiam, salah satu dari pria itu berteriak, "Kepala desa!"

Seorang lelaki tua tergopoh-gopoh keluar dari gubuknya dan mendekati pria yang berteriak, "Aku di sini, Tuan. Apakah ada yang bisa kubantu?"

Pria itu membentangkan gulungan di tangannya dan membacakan isinya, "Hari ini, Sang Maharaja telah meninggal dunia! Putra Mahkota Wanarat melarikan diri beberapa jam setelahnya dan sedang dalam pencarian! Barang siapa yang menemukannya, hidup atau mati, diwajibkan untuk melapor ke istana!"

"Sang Maharaja... meninggal dunia?" Tanya lelaki tua itu. Kemudian ia terduduk lemas, diikuti dengan tangisan dari para wanita, "Mengapa Pangeran Wanarat melarikan diri?"

Maharaja [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang