[ A K H I R N Y A ]

272 34 16
                                    

A/N:
Reminder untuk readers semua:
- Stream MV baru YinWar
- Stream teaser konser YinWar (BIKIN GILA WOY DIJADIIN SERIES BISA KALI)
- Vote, please 💕
- Baca chapter 1 Renjana yang udah dipublish (optional kalo tertarik aja, semoga tertarik sih, tertarik ajalah please haha)

———

Yin terduduk di atas kudanya dengan sedikit canggung.

Selama beberapa hari setelah pulih, War bersikeras mengajari Yin untuk berkuda karena kemungkinan kemampuan itu akan dibutuhkan untuk melarikan diri. Dan untunglah Yin termasuk orang yang cepat belajar dan beradaptasi, ia bisa mengendarai kuda sekarang. Walaupun mungkin tidak semahir yang lainnya, paling tidak ia sudah berhenti merasa takut jatuh ketika kuda itu bergerak.

"Nyaman?" Tanya War.

Mereka sedang menunggu pasukan Putthipong untuk pergi terlebih dahulu sebelum pasukan War akan mengambil rute yang lain untuk menghindari kemungkinan bertemu di tengah jalan.

"Nyaman sih nggak, tapi ya okelah," jawab Yin sambil tertawa.

War melirik ke arah Nadol dan orang-orangnya yang sedang mempersiapkan kuda mereka dan mengambil kesempatan itu. Ia menarik kekang kuda Yin dan menuntunnya sedikit menjauh dari jarak dengar yang lain.

"Aku memiliki sesuatu untukmu," ujar War seraya mengambil sebuah kantong kain kecil dari lipatan bajunya. Ia mengeluarkan sepasang cincin emas dari kantong itu.

"Cincin ini diberikan ayah dan ibuku ketika mereka mengangkatku secara resmi sebagai putra mahkota. Salah satu dari cincin ini adalah yang akan kuberikan kepada istriku di masa depan, tapi akan kuberikan kepadamu, Anan."

Nafas Yin tercekat, "Tapi, War, kamu janji kalau—"

War mengangkat tangannya agar Yin berhenti bicara "Ya, aku berjanji aku akan menikah agar mendapatkan keturunan selama kau berjanji kau akan kembali padaku, tetapi itu tidak termasuk cincin ini. Cincin ini hanya akan kuberikan kepada orang yang aku cintai."

"War..."

"Kumohon, Anan, jangan paksa aku memberikan cincin ini kepada orang lain selain dirimu," pinta War.

"Kamu..." Yin menghela nafasnya dan mencium punggung tangan War, "ya udah, yang mana yang buat aku?"

War memberikan salah satu cincinnya. Cincin itu cukup di jari telunjuk Yin sedangkan pasangannya cukup di jari tengah War karena sang pangeran belum sempat mencocokkan ukuran jari mereka.

"Apa nggak akan jadi bahan pembicaraan kalau sang putra mahkota memiliki cincin yang sama kayak rakyat jelata kayak aku?" Tanya Yin.

"Mereka tidak akan sadar. Aku mencintaimu. Kau mencintaiku. Itu yang paling penting."

Yin menarik kekang kuda War sehingga kuda mereka berdampingan tetapi dengan kepala yang menghadap ke arah berlawanan.

"Ingat janji kamu, War," bisik Yin, "aku nggak mau kalau ini sampai ngehalangin kamu cari permaisuri."

"Apakah kau mempercayaiku, Anan?"

"Iya..."

Sang pangeran tersenyum sebelum akhirnya menarik tengkuk Yin dan menciumnya tepat di bibir.

Yin dapat mendengar nafas-nafas yang tercekat dari arah di mana Nadol dan anak buahnya berada.

"War..." keluh Anan.

War melirik kelompoknya dengan senyuman, "Apakah aku bisa percaya jika kalian bisa menjaga apa yang baru kalian lihat sebagai rahasia?"

"Tentu saja, Yang Mulia! Aku sudah yakin dari awal bahwa Pangeran Wanarat dan Tuan Yin memang bukan hanya teman!" Jawab Nadol cepat. Kemudian ia menoleh ke arah anak buahnya dengan wajah serius dan pedang terhunus, "Jika kalian punya masalah dengan hubungan Pangeran Wanarat dan Tuan Yin, turun dari kuda kalian dan berduel denganku."

Maharaja [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang