[ H I L A N G ]

230 38 3
                                    

A/N:
Judulnya emang HILANG tapi kamu jangan menghilang tanpa jejak ya sayang, tinggalin vote dulu biar ada jejak 💕

———

"Mereka telah setuju untuk datang kemari," ujar Putthipong. Di hadapannya adalah sebagian besar jawaban dari pihak-pihak yang ia hubungi untuk menjadi sekutunya.

War menghela nafas lega, "Apakah mereka bersedia juga untuk meminjamkan bala militernya?"

"Itu tergantung kepadamu, Saudaraku," jawab Putthipong dengan senyumnya, "tapi aku yakin mereka lebih memilihmu untuk menjadi maharaja dibandingkan sepupumu."

"Kita tidak tahu itu," gumam War, "semoga saja."

"Percayalah dengan kemampuanmu, Pangeran Wanarat."

"Eh, bentar," tiba-tiba Yin menyela, "berarti kalau mereka ke sini, mereka akan tahu kalau War masih hidup dong?"

"Tentu saja," jawab Putthipong, "War akan meyakinkan mereka untuk bergabung dengan pasukan kita."

Yin berdiri dan mengitari ruangan sambil berpikir, "Gimana kalau di antara mereka ada orang yang berpura-pura setuju untuk bertemu karena mereka pengen lihat apakah War masih hidup atau nggak? Aku takut ada mata-mata Phiravich di antara mereka."

Putthipong mengangguk, "Sebenarnya aku pun mewaspadai hal yang sama, maka dari itu aku tidak menuliskan apapun tentang War di suratku, tetapi Yin, kita tidak punya pilihan lain. Mereka harus melihat saudaraku agar menyetujui untuk bergabung dengan penyerangan."

"Nggak harus," jawab Yin, "tanpa War pun sebenarnya kamu bisa bikin mereka semua bersekutu di bawah komando kamu. Itu yang kamu lakuin di sejarah awalnya."

Yin dan War memang sudah sedikit bercerita tentang asal muasal Yin kepada Putthipong. Awalnya sang pangeran muda itu pun tidak percaya, tetapi sebelah beberapa tes, Putthipong akhirnya mempercayai mereka.

Putthipong mengerutkan wajahnya, "Sebenarnya aku sangat malas untuk berinteraksi dengan para babon itu."

Yin tertawa, "Kamu bener-bener benci politik, ya."

"Kumohon, Saudaraku," kata War, "Aku harus mengakui bahwa Anan ada benarnya. Jika salah satu dari mereka adalah mata-mata, paling tidak jangan sampai mereka menemukanku."

Sang pemilik rumah pun menghela nafasnya pasrah, "Baiklah. Aku akan menemui mereka terlebih dahulu, kemudian ketika aku yakin mereka memang benar-benar mendukung kita untuk menjatuhkan Phiravich, baru kita akan memberitahu mereka bahwa War masih hidup."

Yin dan War menyetujuinya.

Kemudian Putthipong menambahkan, "Aku harap kau bisa hadir di sisiku saat pertemuan itu, Yin."

"Untuk apa?" Tanya Yin kaget, "Jujur aja, ya, aku bener-bener buta masalah perang."

"Tapi kau telah membaca detail strategi perang dari buku-buku sejarahmu, bukan? Mungkin kau bisa menambahkan beberapa poin yang mungkin kami lewatkan."

Yin menggaruk kepalanya, "Nanti aku sebagai apa?"

"Sebagai salah satu orang yang mendampingiku selain Nadol. Jangan khawatir, lagipula mereka tidak mengenalimu."

"Menurut kamu gimana, War?" Yin menoleh kepada sang pangeran yang dari tadi terdiam, "Baiknya aku ikut apa nggak?"

War mencubit-cubit bibir bawahnya sambil berpikir, "Menurutku saran Putthipong juga baik."

"Ya udah," Yin menghela nafas dengan senyum kecil yang ia layangkan kepada War, "kalau Pangeranku udah minta, aku bisa apa?"

Sang pangeran yang disebutkan berdehem malu, wajahnya sedikit merona. Putthipong menyadari interaksi kecil tersebut, tetapi memilih untuk bungkam untuk membiarkan mereka beradaptasi dulu dengan perubahan dinamika dalam hubungan mereka.

Maharaja [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang