Yin terbangun dari tidurnya karena teriakan. Ia menjadi panik ketika mendengarnya, ia harap apa yang terjadi di desa tidak terjadi juga di sini. Tapi ketika ia mengintip dari jendelanya, ternyata teriakan itu bukanlah teriakan ketakutan atau kemarahan, itu adalah teriakan semangat dari para murid bela diri yang sedang berlatih di lapangan. Sepertinya pembantaian murid-murid dan perguruan bela diri yang diusung oleh kerajaan Attachitsataporn belum dimulai. Yin harap dengan berubahnya sejarah, maka ada beberapa hal pula yang berubah.
Setelah meregangkan badannya dan meminum air yang disediakan dengan kendi, ia keluar dari kamar tempatnya tidur dan melihat betapa ramainya kuil ini ketika pagi.
"Selamat pagi, Anan."
Hanya ada satu orang yang memanggilnya Anan. Yin menoleh ke belakang dan menemukan War yang sedang mengusap peluhnya dengan secarik kain.
Alis Yin beradu, "Kenapa keringetan?"
"Ah, aku baru saja ikut berlatih," jawab War.
Ya, memang Yin menyadari betapa fit dan kencangnya tubuh War, tapi bukan itu inti dari pertanyaannya.
"War, luka kamu belum sembuh!" Ujar Yin sambil mendudukan sang pangeran di atas kursi terdekat.
Yin membuka bebat di badan War dan melihat bahwa ramuannya berantakan dan ada darah yang keluar dari luka yang sedikit terbuka lagi. Ia memberikan War tatapan kesal.
Sang pangeran menggaruk pipinya, "Maaf, sepertinya aku terlalu bersemangat."
Yin menghela nafasnya, "Diem di sini. Awas, jangan keluyuran!"
Kemudian ia mengambil dua carik kain bersih dari kamarnya dan juga kendi berisi ramuan obat dari Pak Tua Gan. Setelah membersihkan luka War dari darah dan ramuan yang sudah berantakan, Yin kembali mengoleskannya.
War mendesis kesakitan, tapi Yin yang sedikit kesal, tidak mempedulikannya.
"Anan, sakit," War mengeluh.
"Nggak usah manja," jawab Yin dan dengan sengaja mengoleskan ramuannya sedikit kasar.
"Ah! Anan! Perlahan!"
Ada pekikan tinggi dari arah pintu yang berada di belakang War. War menoleh ke belakang dan Yin mengintip dari samping badan sang pangeran.
"Ma-ma-maafkan aku!" Ujar wanita muda yang berada di sana sambil menutupi matanya, "A-aku hanya ingin memberitahu bahwa sarapan sudah siap! Silahkan dilanjutkan, aku tidak akan mengganggu!"
Kemudian wanita itu lari keluar dengan membanting pintu.
Kedua lelaki saling beradu pandang dan melihat posisi mereka.
Yah, wajar saja wanita muda itu salah paham. Yin yang sedang berlutut di antara kaki War dan War yang menahan badannya ke belakang dengan kedua tangannya. Siapapun yang melihatnya dari sudut pandang wanita itu pasti akan salah paham.
Yin segera menunduk untuk membebat luka War, kepalanya terasa panas sekali, ia yakin wajahnya memerah.
Karena penasaran, ia memberanikan diri untuk melirik ke atas, ke arah wajah War, dan menemukan sang pangeran sedang membuang wajah ke samping. Pipi, leher dan telinganya memerah sempurna.
Yin lagi-lagi merasakan perutnya melakukan loncatan kecil.
War terlihat manis sekali.
"Sudah selesai!" Seru Yin dengan suara yang sedikit terlalu kencang dari yang diperlukan hingga War juga kaget.
"Ah, terima kasih," gumam War dan memakai kembali bajunya.
Mereka jatuh terdiam lagi, tapi tidak ada seorang pun yang beranjak dari tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maharaja [Complete]
FanficSejujurnya Yin tidak mengerti mengapa dirinya bisa terdampar di masa lampau, belum lagi ia menemukan putra mahkota kerajaan Ratsameerat yang baru saja dikudeta beberapa jam setelah ayahnya meninggal dunia, tergeletak bersimbah darah yang mengalir da...