Hidupnya terasa hampa dan kelabu.
Sudah setahun semenjak Yin terjatuh dari tebing. War telah mengerahkan banyak orang untuk mencari tubuh kekasihnya itu dan tetap nihil. Bahkan mereka juga tidak menemukan tubuh Jirayu. Sepertinya mereka sudah hanyut entah ke mana.
War mencium cincin di jarinya, yang pasangannya juga hilang bersama kekasihnya.
Hatinya terasa tidak utuh, mungkin luka yang Yin tinggalkan tidak akan mungkin pernah sembuh. Ia memutuskan untuk mengakhiri hari-hari dukanya dan melanjutkan tugasnya sebagai seorang maharaja, tetapi bukan berarti ia akan sanggup melupakan Yin.
"Kau tidak menepati janjimu padaku, Anan, kau tidak kembali," bisik War, "maka aku tak yakin aku sanggup untuk menepati janjiku. Tanpa dirimu yang memiliki separuh diriku, aku tidak sanggup untuk menikahi siapapun."
Di buku sejarah manapun, disuratkan bahwa Maharaja Wanarat Ratsameerat tetap hidup melajang hingga akhir hayatnya. Untuk melanjutkan garis keturunan, mereka terpaksa mengambil langkah yang tidak biasa, yaitu mengangkat Putri Por sebagai Ratu. Ia menikahi bangsawan dan anak lelakinyalah yang menjadi putra mahkota untuk kerajaan Ratsameerat. Dituliskan bahwa alasan sang maharaja tidak memilih wanita manapun untuk menjadi permaisurinya adalah karena ia tidak mampu melupakan seseorang yang datang dari jauh dan telah pergi lagi ke tempat yang jauh, tetapi semua sumber terlalu simpang siur untuk menemukan siapa sebenarnya orang yang memiliki hati sang maharaja.
Banyak yang mengangkat kisah romantis melankolis Pangeran Wanarat itu ke layar lebar, tapi hanya Yin yang tahu kisah sebenarnya.
Yin menutup buku biografi Maharaja Wanarat dan menghela nafasnya.
Ya, Yin masih hidup, tetapi bukan di zaman yang sama dengan kekasihnya.
Setelah ia kehilangan kesadarannya di air terjun itu, ia terbangun di kamar rumah sakit dan ibunya adalah orang yang menungguinya.
Menurut dokter, ia sempat tidak sadarkan diri selama dua hari setelah terjatuh dari tangga apartemennya sebelum akhirnya ia terbangun.
Dua hari, pikirnya saat ia mendengarnya, rasanya lama banget.
Pada awalnya Yin berpikir bahwa semua yang ia alami hanyalah mimpi, tetapi ketika ia melihat cincin emas di jari telunjuknya, ia tidak dapat membendung kesedihannya.
Itu bukanlah mimpi.
Ia benar-benar menemui War di masa lalu.
Hal pertama yang ia minta kepada ibunya ketika ia sudah mampu duduk sendiri adalah buku biografi Maharaja Wanarat.
"Yakin nggak mau istirahat dulu?" Tanya ibunya khawatir, "Nggak pusing gitu mau baca?"
Yin menggeleng, "Bosen, Ma. Aku mau baca aja."
Ibunya menyerah dan membawakannya buku itu pada waktu jenguk selanjutnya. Ia menghabiskan hari-harinya membaca buku itu sampai habis. Tiap kata seperti belati yang membuka luka di hatinya terus menerus, tetapi ia tidak berhenti sampai akhir.
Rumah sakit membolehkan ia pulang beberapa hari setelahnya. Karena ibunya bersikeras agar dia tinggal dulu di rumah orang tuanya supaya ibunya bisa memantau kesehatannya, akhirnya Yin setuju. Lagipula ia rindu masakan ibunya juga.
Ketika ia masuk kerja, semuanya terasa begitu hambar. Dulu ia sangat menyukai waktu bekerjanya, tetapi sekarang semuanya terasa biasa saja tanpa ada sang maharaja dan senyum berlesung pipinya.
Ia melihat seluruh pengunjung perpustakaan dengan bosan, sampai tiba-tiba ia teringat Mean.
Dengan cepat Yin menggeser kursinya untuk menghadap komputer perpustakaan agar ia bisa mengecek para membernya. Ia tidak menemukan nama Mean ataupun Attachitsataporn, tetapi ia tidak menyerah. Ia mencari nama Mean di google dan menemukan sebuah laman profile facebook. Hatinya membuncah bahagia, ternyata Mean masih ada di zaman ini walaupun sejarah telah berubah. Mungkin dengan begitu, ia memiliki kemungkinan untuk kembali ke zaman lalu dan menemui kembali War.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maharaja [Complete]
FanfictionSejujurnya Yin tidak mengerti mengapa dirinya bisa terdampar di masa lampau, belum lagi ia menemukan putra mahkota kerajaan Ratsameerat yang baru saja dikudeta beberapa jam setelah ayahnya meninggal dunia, tergeletak bersimbah darah yang mengalir da...