C H A P T E R 5

597 91 1
                                    

heii, aku kembali 👀
happy reading all

C H A P T E R 5

setelah selesai bermain dan jalan jalan, Jinan dan Cindy segera pergi ke kampus nya. hari ini terdapat murid baru berjenis kelamin laki laki, Adzano Ashelo Dirgantara biasa dipanggil Zano. ia memiliki wajah yang bisa membuat semua mahasiswi yang menemuinya terpesona, namun semenjak perkenalannya dengan semua mahasiswi yang berada di kelas itu ia hanya fokus ke satu wanita, Cindy. Jinan sebenarnya sudah peka sejak tadi bahwa Zano tak berhenti melihat Cindy. beberapa kali Jinan berusaha membuat Cindy agar gadis itu tak menotice Zano.

"Ji, sakit?badan lo panas" ucap Cindy, ia sedari tadi merasa ada yang tidak beres dengan Jinan, mulai dari sikapnya yang berubah menjadi manja hingga wajahnya yang pucat.

"pusing dikit doang kok"

"mau pulang?ntar gue bikin surat izinnya" tawar Cindy, Jinan menggeleng lemah, ia meniduri pundak Cindy.

"gak usah, nanti juga sembuh" elak Jinan.

"lagian kalau gue gak sama lo, nanti lo dideketin cowok lagi" ucap Jinan secara tak sadar.

"yaelah Ji Ji, punya sahabat posesif bener" Cindy menggeleng gelengkan kepalanya, ia mengelus elus puncak kepala Jinan agar gadis itu nyaman berada di sebelahnya.

Zano menatap interaksi antar dua sahabat itu, ia merasa iri dengan Jinan padahal ia bukan siapa siapa Cindy.

"nanti lihat langit lagi yuk Cin, udah lama kita gak lihat langit bareng" Cindy mengangguk, ia segera menyuruh Jinan untuk meminum air putih dan memperhatikan dosen.

'~

semenjak tadi suhu badan Jinan menjadi makin panas, dikasih obat malah tak mempan, Cindy mampir ke apartemen Jinan dan mengurus Jinan sementar waktu sampai Azzeefa kembali.

"duh Ji, kok makin panas sih?" tanya Cindy, Jinan hanya menggeliat diatas kasur. matanya terasa panas hingga ia tak bisa membuka matanya sendiri. sekujur tubuhnya benar benar mengalami demam yang sangat tinggi, Cindy sudah menelpon Azzeefa untuk memintanya segera pulang dan membantu Cindy membawa kakaknya ke rumah sakit.

"lo masih kuat kan tapi?" Jinan mengangguk lemah, ya begini lah jika Jinan terkena penyakit, sikapnya bakal berubah 180° dari yang cuek menjadi sangat manja.

setelah sekian lama menunggu Azzeefa, akhirnya gadis SMA itu datang dan membantu Cindy untuk membawa Jinan kerumah sakit. Cindy mengendalikan mobil Jinan dan Azzeefa duduk dibelakang dengan kepala Jinan yang ditidurkan diatas pahanya.

Cindy mengendarai mobil Jinan dengan kecepatan diatas rata rata agar lebih cepat untuk sampai ke rumah sakit terdekat.

"kak Anin, gimana keadaan Jinan?" tanya Cindy, Anindhita Syifa. Anin adalah kakak sepupu dari Cindy yang kebetulan berkerja sebagai dokter.

"Jinan gapapa, dia cuman kecapean" ujar Anin, Cindy mengangguk setelah Anin pergi Cindy mengajak Zee untuk masuk kedalam.

"Jinan.."

"Cin..jangan pernah tinggalin aku" entah kenapa ucapan itu secara tiba tiba diucapkan oleh Jinan tanpa menyadarkan dirinya. Cindy menghampiri gadis itu.

"gue gak bakal ninggalin lo Ji" sebuah bisikan tepat di telinga Jinan, Cindy mengecup dahi sahabatnya.

"kak, kak Jinan kok bisa gini?" tanya Zee.

"gue juga gak tau Zee, tiba tiba pas pembelajaran kakak lo lemes"

mereka berdua sama sama menghela napas gusar. setelah 5 menit menunggu jari tangan Jinan terangkat dengan perlahan, dan disusul oleh mata yang terbuka.

"Jinan!"

"kak Ji!"

Jinan menatap kedua gadis yang sekarang berada di sampingnya.

dengan sekuat tenaga ia memposisikan badannya dengan posisi duduk, awalnya Zee dan Cindy telah melarang Jinan untuk bangun terlebih dahulu namun Jinan tetap lah Jinan. keras kepala.

'~

pukul 20.00 Cindy memutuskan untuk menginap di rumah sakit, ia juga sudah mendapatkan ijin dari kakaknya, dan sementara Zee harus pulang karena besok ia harus belajar untuk ulangan harian.

"yah gak jadi nonton langit deh"

"masih ada hari besok Ji, langit juga ada 24/7 bareng kita"

Cindy memegang tangan Jinan, ia mengelus elus punggung tangan gadis itu hingga Jinan merasakan sesuatu yang dapat membuatnya membeku.

elusan lembut dari Cindy membuat Jinan tersenyum kecil walau ia tau bahwa Cindy mengelus tangannya hanya untuk menenangkan bukan yang lain.

kalau memang saja tidak ada larangan untuk menikah sesama jenis mungkin Jinan akan bisa dapat terang terang an menyatakan perasaannya tanpa rasa khawatir di hatinya.

L A N G I TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang