C H A P T E R 14

345 60 12
                                    

haii, mingit lupa lagi:) sesabar inikah kalian denganku?wkwk sorry yaa.

-----

tanah yang telah menjadi lumpur akibat air hujan yang baru saja menghandang daerah tersebut. Jinan dengan berhati hati berjalan di lumpur itu, walaupun sepatunya kotor ia tetap ingin berjalan ke tempat tujuan.

"Jinan"

saat Jinan menoleh ia melihat Cindy yang sedang menangis menatap dalam matanya. dengan terburu buru Jinan lari ke arah Cindy, tak peduli jika baju cerahnya kotor, yang ia peduliin sekarang adalah Cindy yang menangis di depan matanya.

"les't break up"

deg!
jantung mahasiswi itu serasa berhenti, apa yang tidak ia harapkan terjadi seketika terjadi secara tiba tiba.
dengan perasaan yang hancur, Jinan memegang kedua lengan Cindy. namun sayang, tangan Jinan di hampas begitu saja.

"kenapa Cin?"

"kamu pasti tau kan ending dari kisah kita?"

Jinan mengangguk.

"tapi ini belum ending Cin"

"udah ending, bagi aku Nan"

tidak bisa terbayangkan bagaimana sakitnya Jinan saat melihat Cindy berkata seperti itu. Jinan tau jika dia dan Cindy tak akan pernah bisa bersatu, tapi...apakah harus sekarang endingnya?

"Cindy..."

dengan suara bergemetar Jinan menangis dalam diam, ia mencoba sekuat tenaga untuk menahan tangisannya. namun semua usahanya sia sia, karena cinta Jinan kepada Cindy yang membuat Jinan begitu tidak kuatnya dengan kondisi seperti ini.

mata mahasiswi itu terbuka secara perlahan, dinding putih yang ia lihat memberitahukan kepada nya bahwa ia sekarang berada di ruangan rumah sakit.

"huftt, mimpi" Jinan mengusap air mata nya yang jatuh, ya...itu hanyalah mimpi. ini belum berakhir.

"Zee!" panggil Jinan

Zee yang tengah asik bermain handphone pun refleks menatap mata sang kakak.

"ka Ji?akhirnya lo bangun juga"

Jinan tersenyum, 10 detik kemudian ia terdiam, mencari seseorang yang tak ada di ruangan itu.

"kenapa ka?"

"Cindy mana?"

pertanyaan dari kaka nya itu membuat Zee terdiam sejenak dengan kondisi muka bingung dan cemas bergabung menjadi satu.

"o-ohh anu, ka Cindy pulang duluan tadi"

Jinan bernapas lega "Cindy ga kenapa napa kan tadi?"

"gapapa ka"

Jinan mengangguk dan ia mengambil handphone nya untuk membuka aplikasi tiktok lalu memainkannya.

"huh, untung aja ka Jinan ga curiga"

----

"CINDYY!!"

Jinan memeluk gadis itu dari belakang, jujur saja 2 hari tidak bertemu dengan Cindy rasanya sangat hampa.

"Cin, kamu tau ga, aku kangennn banget sama kamu" ujar Jinan dan saat berkata 'kangen' ia sengaja memanjangkan ucapan kata tersebut.

"aku juga kangen kamu" ketus Cindy.

"Cin?"

"hm, iya?"

"engga, gapapa"

Jinan melepaskan pelukan eratnya dan duduk di samping Cindy.

"Cin, kamu bersikap aneh hari ini"






"Adzano!" panggil Cindy.
Jinan yang mendengar bahwa Cindy memanggil Adzano pun refleks melihat gerak gerik kekasihnya.

"apa?"

"lo di cariin ka Gaby, katanya kangen sama lo"

"ohh yaudah nanti lo pulang bareng gue aja, sekalian gue mampir ke rumah lo"

"okeyy siap"

setelah mendengar jawaban dari Cindy, Adzano pergi keluar kelas untuk beristirahat.

"loh Cin?"

"hari ini aja, boleh ya?"

"aneh sumpah aneh"

---

"jauhin Jinan"

"tapi ka?"

"jauhin!"

"kasih gue waktu"

"2 minggu"

"oke dua minggu, kl selama dua minggu itu lo masih sama dia, gue bawa lo ke jepang Cindy Hapsari Dravanya"

---

belakangan ini gue ngerasa aneh sama Cindy, udah satu minggu ini sifatnya cuek kalau sama gue. ga biasanya Cindy kayak gini, gue yakin pasti ada hal dibalik semua ini.

Cindy sama Adzano mulai mendekat, dan itu membuat hubungan gue sama dia hampir renggang. dan suatu saat....

"Jinan, putus"

aku ga paham sama apa yang dipikirkan kamu Cindy Hapsari.

---

.

.

.

siapa kangen ak???
btw ini alurnya kayak maju mundur gitu yaa!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

L A N G I TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang