C H A P T E R 10

417 80 5
                                    

ciee, langit udah 10 chapter. gimana alur langit selama 10 chapter ini?maaf yaa kalau gak sesuai ekspektasi kalian, mingit juga baru pemula bikin cerita di wattpad.

----------

sekarang Jinan telah sampai di depan pintu rumahnya, ia turun dari mobilnya dan berjalan menuju rumah.

dahi Jinan sedikit mengkerut saat melihat motor milik Chiko, pacar dari Zee tapi pintu rumah tertutup dan jendela juga di tutup.

"ehem, ngapain?" ujar Jinan mengkagetkan kedua insan yang sedang duduk di sofa sambil menulis nulis sesuatu di sebuah buku.

"ngerjain tugas, Chiko bantuin gue tugas biologi" Jinan mengangguk, kemudian ia menutup pintu rumahnya dan membuka gorden jendela rumahnya.

"lain kali, kalau gak ada orang di rumah jangan di tutup jendela nya. ntar dipikir aneh aneh sama tetangga" ujar Jinan. Chiko dan Zee mengangguk dengan kompak.

"ka, ada spaghetti di dapur, kalau mau ambil aja" sahut Zee sedikit berteriak saat Jinan sudah mulai menjauh dari pandangannya.

"wedeh tumben bikinin gue"

Zee berdecak kesal, "sebenernya sih itu spaghetti bekas, kebanyakan tadi mangkanya gue kasih lo aja"

"gengsian lo, bilang aja kalau lo inget gue"

"ihh PD"

"Chiko tolong pacarnya" ujar Jinan, Chiko tertawa kecil dan memberikan jempol kepada calon kakak iparnya itu.

-----------

malam ini sungguh malam yang menyebalkan, awalnya Jinan berharap ia dapat melihat bintang yang berkilau di malam gelap ini. ternyata perkiraan dia salah, tak ada satupun bintang yang membantu bulan untuk bersinar kali ini.

ting ting*

dua pesan masuk dari handphone Jinan, dari kontak Cindy(?).

lomll 🌷
📍location
Jinan, tolongg

setelah menerima pesan itu, Jinan segera mengecek lokasi yang dikirimkan oleh kekasihnya. lokasi itu mengarah ke arah gang kecil yang gelap dan biasanya banyak preman datang mencari mangsa disitu.

tangan Jinan menekan tombol telepon, namun sayang 4 telepon darinya tidak terjawab oleh Cindy.

Jinan mengambil celana panjang nya dan ia ganti celana pendek yang ia pake dengan jeans berwarna hitam pekat.

ia keluar dengan motor yang ia miliki menuju lokasi yang dikirimkan.

sesampainya di gang itu Jinan melihat Adzano, Cindy dan tiga preman lainnya dengan badan yang besar besar. terlihat disana Adzano sangat kewalahan memukul ketiga preman itu. melihat Adzano yang hampir tumbang Jinan langsung menyerang ketiga preman itu dengan kekuatan yang ia miliki, ya...tak sekuat ketiga preman itu sih tapi ia juga gak selemah perempuan biasanya.

Adzano yang sudah tumbang pun di bawa oleh Cindy ke tempat yang jauh dari perkelahian. Jinan yang sekilas menatap Adzano yang ada di pelukan Cindy pun menghela napas singkat.

"buset, kuat juga nih cewek boss" ujar salah satu dari ketiga preman itu. tatapan tajam Jinan kepada ketiga preman itu sangatlah kuat.

"gue gak mau ngebunuh orang, jadi lebih baik lo pergi" ujar Jinan dengan nada datar dan wajah datarnya. semua preman itu ketakutan, karena mereka tahu jika perkelahian ini di lanjutkan resiko nya akan di tanggung mereka sendiri.

"boss, pergi aja yok" ajak preman kedua. preman yang paling berbadan besar yang dipanggil boss itu pun mengangguk, dan mereka bertiga berlari larian menjauhin area tersebut.

Jinan memegang perutnya yang sedikit keram akibat tonjokan dari salah satu preman tadi. lalu ia kembali menatap Cindy yang masih memeluk Adzano dalam keadaan menangis.

"Jinan!" seru Cindy setelah sadar jika Jinan sudah selesai berkelahi.

Cindy melepaskan pelukannya dari Adzano dan berlari kearah Jinan. kemudian ia memeluk tubuh Jinan dengan sangat erat.

"mana yang sakit?perut kamu?pipi kamu? pipi kamu berdarah, Nan" ucap Cindy, ia meraba raba segala luka Jinan yang dapat ia lihat.

"bukan fisik yang sakit Cin, hati aku yang sakit saat melihat kamu pelukan sama laki laki yang aku benci" ucap Jinan dalam hatinya.

"enggak, aku gapapa kok" Jinan menggeleng setelah itu ia tersenyum kecil.

"tapi kita obatin dulu ya?kerumah kamu, oke?" ucap Cindy, karena memang rumah Jinan tidak jauh dari gang itu mangkanya Cindy memutuskan untuk membawa Jinan kembali kerumah nya sendiri.

"ohya, Zan. lo bisa balik, makasih ya" ucap Cindy berterima kasih kepada Adzano.

Adzano mengangguk dan mengancungkan jempolnya.

"lo sama Jinan hati hati"

----------

sesampainya di rumah Jinan, kini Cindy, Jinan dan Zee telah ada di ruang keluarga.

"aws!" desis Jinan kesakitan saat Cindy memegang luka di perutnya.

"tuhkan, sakit"

"gue ambilin P3K dulu" ujar Zee setelah itu ia bangkit dari duduknya dan mengambil kotak P3K di atas, lebih tepatnya kamar Jinan.

"kamu salah letak" Jinan mengarahkan tangan Cindy dari perutnya ke bagian dadanya"

"ini yang sakit, sakit banget pas ngeliat kamu menangis di pelukan orang lain selain aku dan keluarga mu" lirih Jinan.

Cindy terdiam, ah!ia mengerti sekarang kenapa sedari perjalanan Jinan hanya diam dan tidak berbicara sedikit pun.

"maaf, aku gak bermaksud untuk itu" ujar Cindy meminta maaf kepada Jinan.

"aku tadi refleks, aku juga tadi mau ngelepasin pelukannya tapi Adzano bilang jangan dia minta aku tenang dulu di pelukan dia" lanjutnya.

Jinan tersenyum, ia mengangguk pelan.
"iya, gapapa. aku senang kamu sudah berani menjelaskan dan meminta maaf"

"ka Cin, ini kotak P3K nya" Zee menyerahkan kotak kecil yang berisikan obat obat an.

setelah menerima kotak P3K itu Cindy menaruh obat merah di beberapa luka Jinan dan meratakan obat itu dengan pelan pelan.

.
.
.
.
.

buset 800 an kata gak nih, tumben tumbenan kan mood mingit bagus. btw tanggal 23 kemarin aku nulis chapternya lagi salting saltingnya pas malam nangis nangis. memang grad nya kak Jinan beneran gak bisa di prediksi weh. so sadd.

fotonya lucu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

fotonya lucu

L A N G I TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang