C H A P T E R 6

624 97 9
                                    

haii, mingit (mimin langit, bagus kan?wkwk) back.

kangen gaa?enggak deh kayaknya

happy reading semuaa!

sudah satu hari Jinan berada dirumah sakit, badannya mulai terasa lumayan ringan. nanti malam ia bakal diijinkan untuk pulang.

sekarang Jinan sendiri di dalam ruangan itu, Cindy mengikuti pelajaran dalam kuliah dan Zee juga mengikuti pembelajaran di sekolahnya.

jujur, Jinan sedari tadi memikirkan Cindy, apakah Cindy didekati oleh murid baru itu. ia takut jika ia harus tersaingi dengan seorang lelaki, karena pasti ia kalah karena pada hakekatnya seorang wanita bersama lelaki bukan wanita bersama wanita atau lelaki bersama lelaki.

Jinan menutup matanya, berusaha untuk menyingkirkan pikiran yang aneh aneh dalam dirinya.

gadis itu mengosongkan pikiran nya, ia mengantuk dan akhirnya matanya terpejam.

'~

sebuah sentuhan lembut dari seseorang yang membuat tidur nyenyak Jinan terganggu. Cindy, ia sudah kembali ke rumah sakit.

"Ji, udah beres beres?" tanya Cindy, Jinan menggeleng lemas karena belum tersadar dengan penuh.

Cindy mengambil tas besar milik Jinan dan memasukkan semua barang miliknya dan Jinan kedalam tas itu, Jinan menatap Cindy yang sedang mengeluarkan jiwa keibu ibuannya. Jinan ingin sekali membenarkan helaian rambut yang terjatuh menutupi wajah cantiknya namun Jinan tak berani ia malah mengurungkan niat dan kembali menatap sekitar.

20 menit berlalu, Cindy telah selesai membereskan barang mereka. sekarang jadwal Jinan untuk makan, Cindy mengambil mangkok yang berisi bubur rumah sakit.

"Ji, makan dulu" Cindy nengarahkan satu sendok bubur rumah sakit ke dalam mulut Jinan.

Jinan menggeleng "gak mau, bubur rumah sakit gak enak Cin"

"gak gak, lo harus makan" setelah beberapa detik memaksa Jinan akhirnya ia memakan bubur tersebut dengan wajah yang begitu melas.

Cindy tersenyum ceria saat melihat Jinan menurut dengannya.

pukul 20.40 Jinan dan Zee berada di mobil, mereka ingin pulang ke apartemen. Cindy sejak siang hari sudah pulang terlebih dahulu.

karena Jinan masih kurang enak badan ia tidak menyetir, dan Zee yang menggantikan posisi kakaknya untuk menyetir.

'~

besoknya, Jinan mulai kembali ke kampus, seperti biasanya ia berangkat dengan Cindy. setelah kelas selesai mereka memutuskan untuk berkumpul bersama di restoran caffe48, namun mereka tak sengaja bertemu dengan Zano. dari tadi Zano selalu mengikuti mereka dimana mereka berada, Jinan memutar bola matanya malas, ingin sekali ia mendorong Zano untuk jauh jauh dari Cindy.

"Cin, udah yuk? temenin gue ke toko buku" ucap Jinan.

"lah tumben ke toko buku lo"

"aelah udah ikut aja"

Cindy menurut, ia dan Jinan berpamitan dengan Zano dan segera berangkat ke toko buku.

"tumben lo ke toko buku Ji?" tanya Cindy sekali lagi dengan tangan yang memutar mutar radio mobil untuk membesarkan volume lagu "seventeen-JKT48"

"kita gak jadi ke toko buku, gue males aja sama Zano" jawab Jinan dengan jujur, ya Jinan emang gak bohong kan, cuman jawabannya emang kurang tepat.

"oala, kirain"

"lah, mau kemana?" tanya Cindy saat mengetahui arah jalan yang di arahkan oleh Jinan bukanlah jalan yang Cindy ketahui sebelumnya.

"udah diem aja"

setelah 20 menit an mereka berada di sebuah restoran yang sengaja Jinan pesan untuk mereka berdua. Cindy sejak tadi hanya celingak-celinguk, ia bingung sebenarnya apa maksud Jinan membawanya ketempat seperti ini dengan desain yang romantis.

"Cin, duduk dulu, pesen dulu gih" ujar Jinan, akhirnya Cindy menurut. ia memesan beberapa makanan yang cukup.

"Cin, alasan gue bawa lo kesini karena gue mau ngomong sesuatu sama lo" pembahasan mulai panas dan serius, Jinan memegang tangan Cindy yang penuh dengan keringat dingin.

"gue tau kita sama sama perempuan tapi gue juga gak bisa bohong kalau gue suka sama lo" ujarnya. "lo masih ingat pas awal awal kita ketemu di halte bus?" lanjutnya, Cindy mengangguk pelan.

"saat pertama kali gue ngeliat lo, gue rasa udah ada yang ganjal" jujur, iya Jinan jujur. namun pernyataan jujur dari nya membuat Cindy syok.

"m-maksud lo?"

"aku mau kita pacaran, gender bukanlah penghalang untuk saling mencintai bukan?" tanya Jinan, Jinan merubah cara bicaranya dari lo-gue menjadi aku-kamu.

"iya, aku mau. bener kata kamu, gender bukan halangan untuk saling mencintai" "iya, aku mau" 3 kata itu membuat Jinan tersenyum, awalnya ia berfikir Cindy akan marah kepada nya ternyata Cindy memiliki perasaan yang sama dengan dirinya.

'~

apakah hubungan CiNan direstui sama keluarga mereka?apa CiNan langgeng?

liat nanti aja deh

L A N G I TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang