Enam

3.9K 373 24
                                    

••••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



••••••

Haneesa sudah pulang. Dia disambut pelukan hangat dari sang Ibu dan Ayah nya. Juga tangisan haru dari Raeena. Dan, tatapan tajam dari seorang yang berdiri di sudut jendela besar mansion ini. Tapi gadis itu hanya acuh dan memutus tatapan satu sama lain.

Peduli setan, kebersamaan nya dengan Jairo seminggu ke belakang cukup membuat mood Haneesa membaik, dia tidak ingin memperburuk mood nya hanya karena laki laki yang jelas tidak peduli terhadap eksistensi nya.

"Adekkk, kamu jangan ngilang ngilang kaya gini lagi nak, ibu khawatir banget. Lihat ini pipi kamu yang gembul kemana coba makin tirus gini?"

Chitta membombardir anak nya dengan seribu macam pertanyaan.

"Iya ibu, adek kesulitan makan pas pergi. Nyesel adek gak akan gitu lagi ibu, janji."

Haneesa memang pendusta yang ulung. Mana ada dia kekurangan makanan. Yang ada justru setiap waktu, lubang atas dan lubang bawah dia merasa kewalahan dan kekenyangan.

"Ya Tuhan adek! Ini tuh semua karena kamu tahu gak! Jadi ayah jangan keras keras sama anak perempuan nya."

Jonathan yang menjadi sasaran empuk sang istri hanya tersenyum masam. Mau bagaimana lagi? Sang istri begitu memuja kedua anak gadis mereka.

"Sudah sudah lebih baik kita makan malam sekarang. Kesian ayah udah disalahin terus tau dek sama ibu."

Semua orang kemudian tergelak.

"Iya adek, ibu kamu dari kemarin sensi terus sama ayah. Ayah sampai harus tidur di ruang kerja."

Chitta hanya mendengus kemudian melayangkan pukulan kecil pada tubuh tegap lelaki yang berusia lebih dari setengah abad tersebut.

"Emang gara gara kamu! Tau lah, kamu gak usah ikut dinner."

"Loh, loh chit? Kok gitu."

Semuanya kembali melontarkan tawa yang begitu bahagia. Perihal kepulangan sang bungsu ke rumah ini, juga suasana malam di keluarga Santoso yang memang tidak pernah sepi dan dingin.

•••••

Pukul 23.00

Haneesa terbangun karena merasa tenggorokan nya begitu kering dan sialnya, tidak ada air mineral di kamar nya. Dalam mini frizer nya hanya ada beberapa kaleng cola dan bir. Dia tidak ingin menyiksa tenggorokan nya di pagi hari kemudian saat dia bangun karena tidak bergerak turun untuk mengambil air mineral.

Sebenarnya dia takut. Walau di mansion ini terdapat puluhan penjaga yang standbye di setiap pintu ruangan setiap malam nya. Tetap saja mereka hanya berdiri dan tidak bisa diajak hanya untuk sekedar mengobrol.

Tubuh nya yang hanya di balut gaun satin tipis sebatas pangkal paha itu, telah sampai di dapur. Biasanya jika belum tengah malan akan ada beberapa maid atau koki yang berjaga takut tuan nya didera lapar atau haus tengah malam seperti dia saat ini.

ROYALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang