Lima belas

3.4K 337 62
                                    

••••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





••••••


Haneesa mungkin serba apa adanya dalam menjalani kehidupan nya, dalam artian terlalu malas memikirkan masa dengan nya. Tapi dia bukan gadis polos yang menyerempet bego.

Insting nya mengatakan jika sesuatu yang besar akan terjadi, dan perasaan nya mengatakan jika itu bukan hal yang baik.

Jangan sekali kalinya meragukan insting dan perasaan wanita.

Maka setelah dia terbangun dari tidurnya sekitar jam 10 siang. Dia mendapati dirinya Sendiri diatas ranjang dengan keadaan tanpa busana, tidak ada siapa siapa selain dirinya.

Setelah memeriksa beberapa bagian kamar, dapat Haneesa pastikan Miguel sudah beranjak dari lama, pintu kamar nya sudah bisa dibuka seperti sedia kala.

Dengan bergegas ia merapikan diri, membereskan semua kebutuhan yang memang dia bawa untuk acara peluncuran perhiasan Karina.

Dirinya tersenyum, berjalan menuju nakas sudut dekat kamar mandi yang lumayan terhalangi vas besar serta lambaian gorden, mengambil sebuah hand cam yang ia letakan disana sebagai alat rekam yang akan ia gunakan untuk merekam daily activity nya sesuai perjanjian kontrak nya dengan Karina.

Haneesa menghembuskan nafas lega.

Kamera itu masih menyala dan merekam dengan baik.

Dapat dia pastikan kejadian semalam pun terekam di kamera ini.

Biarlah kesepakatan nya dengan Karina dibatalkan. Yang penting sekarang dia mempunyai sebuah bukti kuat dari sudut pandang nya.

"Well Miguel, sebelum lo hancur in gue, akan gue pastikan lo dan adik lo sendiri yang merangkak memohon pada gue."

Dan Haneesa bergerak menuju televisi yang menunjukan sebuah titik mengkilap, gadis itu menyeringai. "You don't deserve my sister, Lucas."

Mencabut sebuah kamera pengintai seukuran mata ikan. Meremukan nya dan membuang nya ke arah air laut yang luas.

Haneesa tidak tahu pasti apa motif dan rencana Miguel, tapi sebelum dia hancur oleh keturunan Djubran tersebut, dia harus siap membentengi dirinya sendiri.

Dan langkah awal dari semua itu adalah Jairo.

"Oline, There's something you need to do."





••••••

Plak!

Sebuah tamparan keras dirasakan Jairo pada pipi sebelah kiri nya, pemuda itu kini sedang berhadapan dengan ibu nya.

Tapi bukan dalam kondisi yang baik.

"Apa maksud kamu Dijairo?!"

Pemuda itu hanya mendengus kecil, kemudian mengusap sudut bibir nya yang mengeluarkan sedikit darah.

ROYALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang