Dua Belas

3.5K 361 49
                                    

•••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



•••••

"Hai pap"

Jayden mendongkak an kepala nya saat suara yang familiar terdengar menyapa gendang telinga nya.

"Adek, tumben kesini? Sama siapa? Mama kamu?"

Jayden celingukan sedang Jairo hanya memutar mata malas.

"Aro kesini sendiri, ada yang mau Aro omongin pap," Jairo melirik sedikit ke arah om Tama, asisten pribadi papa nya di kantor. "Penting."

Jayden mengangguk paham, "pak Tama, bisa tinggalkan kami berdua."

Dengan kaku sang asisten hanya mengangguk patuh dan melenggang pergi dari ruangan di gedung tertinggi ini.

"Bicara apa nak?" Jayden membawa tubuhnya ke sebuah sofa dan mendudukkan dirinya di sana. Dengan posisi berseberangan dengan anak bungsu nya.

"Apakah tawaran papa masih berlaku?"

Jayden mengangkat alis.

"Jairo sanggup menjalankan perusahaan Uti jika itu yang kalian ingin kan dari Jairo."

Jayden sedikit tercengang, namun ia masih bisa mengendalikan mimik wajah nya. Dirinya tersenyum mengejek, masih ingat bagaimana seminggu yang lalu sang bungsu menolak tawaran nya mentah mentah. Dirinya penasaran, hal besar apa yang mengubah ego Jairo begitu cepat.

"Semudah itu kamu merubah keputusan?" Laki laki yang masih tampan di usia yang tak lagi muda tersebut menaikan kaki nya.

"Kemana sosok Dijairo Djubran yang terkenal gigih menggapai mimpi nya sebagai pemusik? Apa kamu akan begitu saja menginjak kertas kertas musik itu ketika kamu memohon pada papa mu ini nak?"

Jairo mengepalkan erat tangan nya. Ini lah yang akan dia hadapi, bukan sosok papa di rumah, tapi sosok Jayden Djubran sebagai pimpinan perusahaan raksasa.

"Jairo tidak pernah memohon." Desis nya.

"Saya tahu bagaimana obsesi mertua anda pak Jayden, untuk menjadikan saya penerus nya."

Jayden semakin melebarkan senyum nya. "Saya akan sangat yakin jika saya bersedia menjadi penerus perusahaan Uti, nenek tua itu akan dengan senang hati mengabulkan apapun yang anda mau. Termasuk menjadi penyokong terbesar pencalonan anda sebagai presiden."

Sekarang gantian Jairo yang tersenyum miring. Jayden memang hebat di meja rapat, tapi dia lupa jika yang sedang dia hadapi adalah putra bungsu nya, dimana darah keras kepala dan otak licik mengalir di setiap nadi Jairo.

ROYALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang