Harus ku akui, jauh di lubuk hatiku ada tersemat harapan agar kamu dan aku di dekatkan kembali oleh Tuhan. Namun aku tahu, jauh di lubuk hatimu juga tersemat harapan agar kamu dan aku di jauhkan oleh Tuhan.
Dan dihadapan Tuhan, aku mengalah.
Aku mengerti, mungkin kebahagiaan ku dan kebahagiaan mu tidak berada di garis yang sama.
Mungkin takdirku dan takdirmu memang tidak untuk hidup di bawah satu atap yang sama.
Meski sempat sama-sama, tapi tidak untuk selamanya.
Saat itu, sungguh aku sudah melapangkan dada. Sebab, bila dengan meninggalkanku dapat membuat senyummu lebih indah, tak ada alasanku untuk tidak membiarkan mu melakukannya.
Kebahagiaan mu keinginanku, kesedihanku bukan tanggung jawab mu.
Di sana, di ceritamu dengannya, bagaimana?
Setelah kamu merubah paksa alurnya dengan meniadakanku, tentu semua jauh lebih baik untukmu. Aku harap begitu.Di sini, di cerita yang ku jalani, kau masih tokoh utama yang belum terganti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seikhlas Awan Mencintai hujan
Non-FictionKemarin, doa mu agar bisa dibersamakan. Hari ini, doa mu agar bisa mengikhlaskan