Tentang cerita yang sudah lama selesai;
Ia masih tersimpan rapih di sudut hati seseorang, tidak pernah dia hapus, namun juga tidak pernah berani dia buka. Dia letakkan segalanya di sana hingga berdebu dan usang. Bila harus hilang, biarlah hilang tanpa dipaksa. Bila harus lenyap, biarlah lenyap tanpa menyisakan luka.
Dan tentang kau yang pernah menjadi tokoh utama;
Terkadang ada harap untuk kembali berjumpa, ada harap untuk bisa kembali mengulang kisah yang lama, ada harap untuk kembali seperti sedia kala. Tapi, semua hanyalah harapan yang tidak mungkin menjadi kenyataan, kau telah menulis ceritamu bersama orang lain.
Iya, hatiku pernah seakan di guyur hujan paling deras saat melihatmu melangkahkan kaki, hatiku pernah seakan teriris pisau paling tajam saat merasakan ditinggal Karna terganti, hatiku pernah seakan ditancap duri paling dalam saat kau memintaku untuk jangan menanti.
Dan, untuk pernah-pernah yang tak akan lagi pernah aku ulangi;
Aku sadar, sekuat apapun aku mempertahankan, yang di takdir kan hilang, akan tetap hilang.
Se erat apapun aku berusaha menggenggam, yang di takdir kan lepas, akan tetap lepas.
Selama apapun aku menanti, yang di takdir kan tidak kembali, akan tetap tidak kembali.
Dulu, jika aku merasa sedih, kamu yang selalu ada untuk membuatku tertawa.
Dulu, Jika aku merasa kacau, kamu yang selalu ada untuk membuatku damai.
Dulu, jika aku merasa kosong, kamu yang selalu ada untuk membuatku penuh.
Kini, aku harus belajar untuk menciptakan tawa sendiri, aku harus belajar mendamaikan hatiku sendiri, aku harus belajar memenuhi diriku sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seikhlas Awan Mencintai hujan
Non-FictionKemarin, doa mu agar bisa dibersamakan. Hari ini, doa mu agar bisa mengikhlaskan