Sampai suatu saat, aku mendengar kabar yang mematahkan seluruh harapanku, aku melihat kenyataan yang menyesakkan dadaku.
Dia yang aku kagumi, mengagumi orang lain, dia yang ingin aku genggam, menggenggam tangan orang lain.
Aku kecewa, benar-benar kecewa, namun aku tak bisa melakukan apa-apa. Hanya terdiam di belakang seseorang yang tak pernah menyadari keberadaan ku. Hanya menangis di belakang seseorang yang tak pernah menyadari ada yang terluka. Hanya terkapar di belakang seseorang yang tak pernah menyadari ada yang berjuang.
Aku kehilangan sebelum sempat memiliki, aku melepaskan sebelum sempat memeluk, aku selesai sebelum sempat memulai.
Kini, selayaknya seseorang yang tersesat, yang tak tahu lagi kemana arah melangkah, hidupku terhenti di satu titik yang membuatmu resah, gelisah.
Aku masih menulis puisi, namun hanya puisi tentang kepergian.
Aku masih menatap senja, Namun dengan tatapan kekosongan.
Aku masih menanti hujan, namun hanya untuk berlari di tengahnya menyembunyikan tangisan.Betapa satu nama di dalam hatiku mengubah seluruh ku, satu nama yang aku amin kan dalam sujud terakhir ku mengubah doaku.
Kemarin, doaku agar bisa dibersamakan, hari ini doaku agar bisa mengikhlaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seikhlas Awan Mencintai hujan
No FicciónKemarin, doa mu agar bisa dibersamakan. Hari ini, doa mu agar bisa mengikhlaskan