-
-
-Ada air mata yang tak bisa di tahan jatuh setiap kali dia menyebut namamu di dalam doanya. Ada sesak yang tak bisa di bungkam di dadanya setiap kali dia mengingat kenangan yang pernah kau dan dia lalui bersama. Dan ada jari-jemari yang tiba-tiba kaku setiap kali dia ingin menulis sebuah pesan untukmu, meski hanya pesan berisi sapaan bertanya kabar. Dia memahami, kepadamu tak ada lagi hak nya walau sekedar menyampaikan rindu.
Kini, kau bukan seseorang yang dulu lagi, kau sudah asing, bahkan terlalu asing, tetapi malangnya seluruh perasaannya untukmu masih begitu saling.
Hari-hari nya berganti sepi, malam-malam nya berubah sunyi, kepalanya kerap kali di penuhi pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban.
Apakah nanti kau akan kembali, atau selamanya pergi?
Apakah nanti mampu ikhlas menerima semua ini?
Apakah nanti akan hadir seorang pengganti?
Dia tak tau, dia hanya dapat mengelus pelan dadanya sembari berucap semoga Tuhan menjawabnya.
Jangan kau tanyakan tentang kenapa dia sehancur itu, kenapa dia serapuh itu, kenapa dia selemah itu, karena kau tak akan pernah tau sampai kau merasakan bagaimana sakitnya dilukai oleh seseorang yang kepadanya kau sangat berharap sembuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seikhlas Awan Mencintai hujan
Non-FictionKemarin, doa mu agar bisa dibersamakan. Hari ini, doa mu agar bisa mengikhlaskan