•Part 9

130 13 0
                                    

Adakah hal yang lebih menyakitkan setelah berjuang untuk sabar disaat hati dipenuhi luka? Apa lagi yang harus dilakukan hingga bisa membuatnya mengerti bahwa ada diri yang bertahan dalam tangis karenanya? Tak sadarkah selama ini?

Disaat luka itu ada untuknya, dengan penuh ketulusan Roseanne mau menyebuhkan hingga luka itu tak lagi berbekas. Tapi apa, sulitkah menjaga senyuman indah itu dari kepedihan? Setidaknya hargailah.

Disini, ditengah rintikan hujan yang diselimuti kegelapan. Isak tangis yang tenggelam oleh suara hujan tak henti-henti membasahi kedua pipinya. Di dalam sebuah mobil dipersimpangan jalanan hutan yang sepi dari lalu lintas, hingga tak sadar gelap gulita kini sudah menerkam teriknya matahari. Sungguh, jangan biarkan si brengsek itu bahagia setelah berani membuatnya kalut dalam pedihan.

"Roseanne!" Suara pria dengan keras mengetuk kaca kemudi mobil.

Daniel datang dengan basah kuyup, raut wajahnya penuh kekhawatiran, hatinya tersayat ketika wajah cantik itu menoleh begitu ia terus mengetuk-ngetuk kaca mobil yang terhalang rintikan hujan.

"Tolong buka! Jangan seperti ini!" Mengencangkan suaranya, Daniel sesekali mengusap wajah karena guyuran air hujan.

Roseanne masih dalam kondisi yang belum stabil, itulah mengapa Daniel mengkhawatirkannya saat ini. Sebelumnya ia tidak berpikir Roseanne akan kabur dari orang-orang yang dikenalnya. Tapi sepertinya ia salah, 2 jam lalu sepulang dari coffee shop sore tadi ia sempat mencari keberadaan Roseanne, menghubungi ponselnya pun tak ada hasil. Dan berpikir tentang Dean, Daniel sempat melihat pria itu di kampus tapi Roseanne tidak sedang bersamanya.

Dengan penuh rasa khawatir Daniel sebelumnya menghubungi Gyuri lalu menjelaskan apa yang terjadi di coffee shop, tetapi hal itu justru membuat Gyuri ikut khawatir. Daniel pun pergi menulusuri jalanan kota, dan diluar perkiraannya hujan deras mengguyur disaat ia tengah mencari keberadaan Roseanne.


"Aku bersi keras mencarimu Rosie!"

Menarik pintu kemudi, Roseanne membukanya tak tahan dengan Daniel yang terlihat kedinginan diluar. "Kenapa kamu disini?" Suara sendunya memenuhi pendengaran Daniel yang baru saja masuk ke dalam mobil.

Roseanne berbalik badan, ia mengambil selimut dibelakang kursi penumpang lalu memberikan selimutnya untuk Daniel. Setidaknya itu bisa menghangatkan tubuh Daniel. Roseanne memperhatikannya, diam-diam ia mengulas senyuman melihat bagaimana wajah Daniel yang menggigil seraya membungkus tubuhnya dengan selimut.

"It's fun huh..? Kamu tau aku kedinginan?" keluhnya.

Roseanne menggeleng, masih tak luput dari senyumannya. Tapi seperkian detik lengkungan bibir itu menghilang, ia menyandarkan punggungnya kebelakang, mencengkram puncak rambutnya seakan kembali teringat penyebab hatinya kini berkecamuk.

Daniel berdehem kecil, jari-jarinya terangkat membelai rambut Roseanne seolah menghentikan cengkraman yang Roseanne lakukan. Daniel tau cengkramannya kencang dan akan menimbulkan rasa sakit jika terus dilakukan.

"Apa aku benar-benar buruk?"

"No, kamu cantik"  Sebisa mungkin Daniel tidak mengatakan hal yang malah semakin membuat Roseanne down. Daniel memahami arah pembicaraan Roseanne.

"Aku tidak tau bagaimana aku akan menjelaskan tentang diriku kali ini" Sesekali menoleh mengadu pandangan dengan Daniel.

Angel baby | Rosé • I.MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang