BRUKKKK...!!!Kedua bahu saling bertubrukan, tertumpu pada salah satu meja hingga menimbulkan bunyi, wanita berambut hitam mengaduh kesal ketika menyadari dirinya lah yang menjadi korban.
"Hei! Apa kamu tidak bisa melihat?!" Lihatlah cara bicaranya yang arogan. Tak ada kelembutan bahkan sedikit pun kata maaf atas kelalaiannya sendiri ketika berjalan.
Saat itu juga Daniel tak terima mendengar Roseanne dicecar dengan tuduhan yang dilontarkan wanita itu. Ia berbalik badan begitu selesai memastikan Roseanne baik-baik saja. Wajahnya yang mengintimidasi seketika terkejut, Daniel menghela nafas jengah saat mengetahui siapa penyebab kegaduhan yang baru saja terjadi.
Scylla, dia tengah membulatkan matanya tak percaya mendapati Daniel yang ternyata berada dihadapannya sekarang. Ya, Scylla cukup merasa dibodohi karena Daniel selaku temannya itu, saat ini tertangkap bersama dengan Roseanne selaku orang yang menjadi bulan-bulanan dirinya.
"What are you doing?" Mencelos masih tak mau menyadari, Scylla seakan bertanya pada Roseanne sembari melirik kedua didepannya secara bergantian. "—Daniel?"
Meminta jawaban, Scylla tidak tau menau tentang kedekatan mereka yang ternyata berjalan tanpa sepengetahuan dirinya selama ini. Katakanlah ia mengetahui seberapa pengaruh Daniel di kampusnya, dan tentu hal itu menjadi beban untuknya begitu tau jika ternyata Roseanne mengenal baik seorang Daniel. Bahkan sangat dekat hingga bisa datang ke Wedding after party milik seniornya di fakultas kedokteran bersama Daniel.
"Bukan urusanmu Scy" sarkas Daniel yang tidak menyukai sikap Scylla. Ia memunggungi keberadaan Scylla dibelakang, seolah membawa Roseanne agar tak ikut tersulut api amarah yang ditimbulkan Scylla.
"Tunggu!, —Roseanne!" Sedikit meninggikan suara, Scylla menarik pergelangan Roseanne dengan paksa.
"Go away!" Jauh dalam hati Roseanne sekuat tenaga menahan gejolak emosi agar tak memengaruhi pikirannya. Tapi nihil, ia berhasil terpengaruh.
Kasar, Scylla benar-benar tidak mampu menahan perilakunya tiap kali melihat Roseanne. Seakan sisi egoisnya yang tak kunjung selesai itu meronta, sehingga kepuasannya akan membuat Roseanne merasa kecil dan menyedihkan. Scylla dengan sikapnya seperti seorang perundung itu semakin sulit dikendalikan.
Beruntung mereka berdebat tidak sedang di tempat utama acara sehingga tidak begitu banyak orang yang memperhatikan. Keduanya berpapasan dan tak sengaja bertubrukan ketika hendak meninggalkan tempat, dan Scylla yang terburu-buru menuju ballroom.
"Scylla, I know everything you did. Tolong menjauh dari Roseanne, dan berhenti menganggunya." Daniel memperingati tegas seraya melepas cekatan tangan Scylla dari Roseanne.
"Danie, kamu tidak tau apapun tentang urusanku. Tinggalkan kami, aku mau bicara dengannya"
Benar, Scylla memang tak pernah takut. Dia yang berbicara seolah ingin mendominasi, hanya terus menuntut atas dasar sifatnya yang tak mau kalah. Dimana selama ini Roseanne lah yang membuatnya merasa kalah dan tersudut setelah akhirnya ia dicampakkan Dean yang sudah menjadikan dirinya sebagai pelampiasan.
"Danie.." Roseanne terlihat cemas, ia tak mampu mendengar baik apa yang dikatakan Scylla. Fokusnya seakan terbagi dengan pertahanan mentalnya sekarang.
"Tenangkan dirimu" berucap lembut, Daniel cukup dibuat kelabakan untuk menyesuaikan emosi. "—Scy, please go out. Atau kamu bisa berurusan denganku setelah ini"
"Kamu sudah dibodohi oleh wajahnya yang berpura-pura menyedihkan, kamu hanya dijadikan pelarian Roseanne. I know you are a genius, Daniel"
Mendengar hal itu, Daniel tak mau berpikir lama lagi jika yang akan dilakukannya kini berakibat. Sebagai seorang pria ia harus bersikap bijak dimana harga dirinya dipertaruhkan.
"Just shut up, —Daniel ayo pergi!" Roseanne berupaya agar bisa menghentikan Daniel dari ocehan Scylla.
Tapi sebelum itu, "Whatever you say, aku sendiri yang ingin selalu melindunginya" Daniel merangkul pinggang Roseanne, membawanya untuk pergi tak lagi memperdulikan Scylla.
Speechless, Scylla tertawa marah. Ia tak menyangka sudah berurusan dengan orang yang salah, Daniel bukanlah orang yang seharusnya. Scylla yakini ia hanya akan memasukkan dirinya sendiri ke lubang hitam jika sampai Daniel kembali mengusik perihal perlakuannya pada Roseanne.
Persetan dengan Dean, dia benar-benar pria bullsh*t yang tidak bertanggung jawab.
Berhasil menghindar, didalam lift Roseanne dengan nafasnya yang terengah, ia sebisa mungkin mencari udara agar tak lagi merasa sesak. Bukan hal menyenangkan mengalami sesak dalam situasi gelisah seperti tadi. Ketakutan yang menguasi membuat Roseanne tidak bisa mengontrol pikirannya dengan baik, sehingga satu dari sekian kata yang diucapkan Daniel sebelumnya tak mampu Roseanne dengar dengan pasti.
"Aku pesankan kamar disini, kamu harus istirahat sekarang" Daniel yang baru saja selesai dengan ponselnya. Lalu menaruh tangannya pada ceruk leher Roseanne yang berpeluh keringat akibat serangan paniknya.
"It's okay, aku sudah bisa mengatasinya lagi" tangannya ikut terangkat ikut menyeka leher sebelahnya.
"Don't deny" Lihatlah rahang tajam Daniel yang dipertegas kembali ditunjukan, Roseanne mengerti pola isyaratnya yang tidak mau disangkal.
Sebenarnya Roseanne sangat berterima kasih karena Daniel sudah mau mengerti atas kondisinya. Roseanne akui ia memang kelelahan setelah berhasil melewati hari dengan penuh.
"You too right?" Memegang lengan Daniel, Roseanne merajuk memintanya untuk ditemani. Tidak mungkin jika hanya dirinya saja yang memakai kamarnya sendirian, karena ruangan yang dipesan bukan sekedar tempat istirahat biasa.
Daniel menangkup sisi wajah Roseanne, seraya mengusapnya lembut. "Tentu, aku akan menemanimu"
Senyum hangat ia tunjukan, Roseanne melenggang masuk disusul Daniel yang setia merangkul pinggang rampingnya.
"Rosie"
Menghentikan langkah, suaranya yang menyalur begitu lembut ditelinga. "Hm?"
"Terima kasih", tangan kekar ia taruh dikedua sisi pinggang Roseanne. Dan bagaimana tatapannya yang penuh kasih itu ia tunjukkan tepat pada kedua retina Roseanne. "Ini hari terberatku, butuh sekian pertimbangan hingga akhirnya bisa datang kesini. Dan denganmu aku lebih tenang menghadapinya"
Senyuman Roseanne jadi satu kesenangan, dirinya merasa sedikit berarti dihidup Daniel saat ini. Terdorong agar lebih dekat, kedua tubuh yang hampir berdekapan itu saling memberi sentuhan hangat, dengan sorot mata Roseanne menjelajah pada tiap-tiap inci wajah Daniel dihadapannya.
"You know, dia mantan kekasihku, not too long. Dan pria disampingnya —he's my brother" dengan lugas Daniel mengatakannya.
Cukup shock bagi Roseanne untuk mendengarnya, karena bagaimana pun ia bisa merasakan seperti apa sulit dan sakitnya berada diposisi Daniel, bahkan mungkin lebih menyakitkan dari kisah asmaranya dengan Dean.
"Bodoh. Kenapa mantan kekasihmu itu sangat bodoh? I'm so jealous, dia bisa bertemu denganmu lebih awal"
Daniel terkekeh, betapa menggemaskannya Roseanne saat berbicara seperti itu sembari mengerucutkan bibirnya kesal.
"So lucky, you have me now" Daniel mengecup bibir Roseanne dengan gemas. "Nobody gets me like you"
•
•
•See u on the next part..
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel baby | Rosé • I.M
FanficSeseorang yang muncul entah dari mana, dia datang memberikan kehidupan disaat ada diri yang hampir mati. "You're my angel baby.." By, rrb.