Jakarta, 2019
Iqbaal Ardanu Dzulfikar. Aku pernah melihatnya beberapa kali di sekolah.
Aku yakin satu angkatan juga tahu siapa anak itu, dan apa perannya di sekolah. Langganan menfess mingguan dari cewek cewek yang tergila-gila dengannya.
Aku juga tergila-gila, tapi tidak pernah sampai memberinya menfess.
Anak itu cukup dekat dengan sahabat lama ku, Abhima sakti namanya. Aku tidak pernah menyangka, dengan kelakuan nyeleneh si tolol Abhim bisa mendapatkan teman emas seperti Iqbaal. Anak itu terkesan kalem, tidak banyak bicara, tapi langsung bertindak.
Mungkin itu yang menjadi alasan mengapa MPK di sekolah ku ingin sekali merekrutnya, tapi OSIS lebih menang mendapatkan Iqbaal.
Dan Iqbaal itu..
Aku tidak pernah menyangka bisa bertemu dengannya di Indomaret dekat komplek perumahan yang aku tinggali. Aku sering di pertemukan dengan Iqbaal di beberapa kesempatan. Seperti ketika Abhim mengajak ngopi-ngopi ringan di cafe dekat sekolah, kegiatan rutin di Jum'at sore sebelum memulai weekend. Tapi kami masih sama-sama canggung.
Lagipula, jantungku akan copot kalau si Iqbaal tertawa. Tawanya itu benar-benar menenangkan hati. Aku mengerti tidak hanya satu-dua orang yang menyukainya.
Jadi aku cukup sadar diri dan menyimpan perasaan ku dalam diam.
Aku pikir Iqbaal juga akan langsung ilfill kalau tahu mengenai Clara Adelin yang selalu keluar masuk BK. Aku bernafas singkat, kemudian mulai mengambil susu Frisian flag 1 liter.
Bersamaan dengan seseorang yang menyentuh tangan ku.
Aku langsung tersadar dan segera menarik tanganku kembali, "eh, s-sorry-sorry!" Ucapku terbata, di detik berikutnya aku mulai merasakan jantung ku yang akan melorot dari tempatnya.
Semakin cepat.
"..." Anak itu terdiam cukup lama, kalau saja aku tidak berdehem dan berpura-pura merapikan barang belanjaan ku.
"Rara..?" Aku mengatupkan bibir. Perasaan itu datang lagi. Rasa takut bercampur dengan bahagia dan nervous berlebihan.
Jadi ini yang namanya cinta?
"Kita sering ketemu, tapi nggak pernah bicara." Katanya, terkesan santai.
Aku berbalik sambil memeluk box susu 1 liter tadi. "Oh.. haha, iya."
"Ra-"
"Kak? Udah belom? Udah dicariin mama." Jojo menyembul di balik rak berisi camilan. Mungkin saat ini Iqbaal berfikir bahwa aku tidak datang sendirian. "Eh? Udah kok. Iqbaal, gue duluan, ya."
"Oh, iya hati-hati." Setelahnya aku benar-benar pergi dan langsung membayar belanjaan ku. Tapi aku melihat baik Jojo maupun Iqbaal sama-sama tidak beranjak, mereka hanya diam saling memandang.
Dari tatapan mereka aku seperti melihat medan listrik yang saling berhubungan antara tatapan Jojo dan Iqbaal.
Tapi saat aku mengerjap dan mengenyahkan pikiran itu aku tersadar bahwa itu hanya khayalan ku semata.
'Lo mikir apa sih, Ra?'
"Ini kembaliannya mau sekalian di---"
"Enggak."
"Pulsa nya---"
"Enggak, mbak astagahh." Si mbak-mbak kasir tersenyum canggung kemudian menyerahkan belanjaan ku.
Lalu tiba-tiba saja Jojo berada di samping ku, aku langsung menariknya keluar dari tempat ini. "Tadi temen lo?" Tanya nya. Menyahut kresek berlogo itu dari tanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
C, Love Story: The Prolog
FanfictionNow playing: Ashe - Moral of the story (Live) Rara tidak pernah tahu, bahwa menyukai Iqbaal rasanya akan sesakit ini.. [Bagian kedua More Than Girlfriend] Pict cover search on Pinterest imyourtasya | C, Love Story: The Prolog start: 29/9/2022 end: 3...