Sat set sat SUS

65 16 0
                                    

Jakarta, 2019

"DEMI APA?! GIMANA CERITANYA?!"

Satu kantin menoleh terkejut ke arah meja ku dan yang lain. Aku dan Zahra menatap canggung pengunjung kantin, sedangkan Bella meringis dan meninta maaf.

"Lo tuh ya ampun! Heboh, sih, heboh, ya Bell!"

"Gue speechless, nyet! Lo tau kek-woiii dia berarti udah suka Rara dari lama juga." Zahra tersenyum lebar, "berarti selama ini lo nggak bertepuk sebelah tangan, Ra."

"Gue juga masih menganggap ini mimpi, sih. Nggak ada angin nggak ada hujan tiba-tiba Iqbaal ngajak pacaran. Dia bahkan nggak confess dulu," Zahra mengerutkan keningnya. "Sebelumnya... dia pernah kelihatan kek tertarik sama lo nggak?"

"Kayaknya enggak. Lo tahu, kan Iqbaal itu gak banyak bicara. Dia mah sat set sat set." Aku menyeruput jus strawberry yang ku pesan. "Eh tapi," Bella menjeda ucapannya. "Tapi apaan? Jangan buat gue overthinking deh, Bell."

"Tapi sat set sat set nya Iqbaal ini yang bikin curiga." Aku juga berfikir demikian, semenit sebelum aku menerima Iqbaal. Makanya waktu itu aku diam.

"Positif aja dulu. Setahu gue Iqbaal bukan cowok yang suka mainin hati cewek, kok." Kata Zahra. Ada benarnya juga Iqbaal terlihat tidak seperti itu. Meskipun aku baru mengenal dia akhir-akhir ini.

"Udah lah, jalanin aja dulu, Ra. Kalo ada apa-apa, ada yang aneh pokoknya langsung cerita aja. Soalnya.. gue bukannya nggak mendukung, but he's really sus.." Bella mengangguki pernyataan Zahra. "Okay, makasih kalian kek motivator gue banget deh, hahah!"

"Kalo cewek cewek yang sering di bonceng itu siapa, ya?" Tanya Zahra. "Kata Sandy itu temen-temen OSIS nya. Yah.. lo tahu, kan circle anak OSIS IPA 5 tuh kek gimana capernya." Jawab Bella. Matanya menelisik sekitar mewanti-wanti siapa tahu mereka-mereka yang di sebutkan lewat.

"Apalagi si Tasya anjir." Nama tak asing terdengar di telingaku, aku pernah mendengar namanya sesekali, tapi bagaimana bentuk si Tasya ini aku tidak tahu. "Yang mana anaknya?"

"Sttt!" Bella mengacungkan telunjuk, menyuruh untuk diam. Matanya bergerak ke arah jarum jam angka tiga. Disana, gerombolan anak-anak OSIS yang kita bicarakan tadi, termasuk Kirana. "Yang paling tinggi deket Kirana." Bibirku membulat, "ooh yang pake kacamata itu?" Bella mengangguk. "Gede banget anjir anaknya. Pantes sukanya sama cowok yang tinggi-tinggi." Ujar Zahra. "Dia pernah lirikin gue sama Abhim, tajem banget sumpah, kek gasuka gitu."

"Cowok-cowok kalian kan tinggi-tinggi, makanya mau di embat juga sama dia. Apalagi Marvel, tuh. Coba lo bilang ke Iqbaal, Ra, suruh cepet-cepet cari cewek tuh anak, biar nggak di ambil juga." Aku mengangguk, tapi sepertinya ada yang aneh kalau mereka berteman, maksud ku Kirana dan Tasya. Kalau mereka sama-sama memperebutkan Iqbaal, bukannya seharusnya mereka tidak bersama.

Aku lihat dari sini malah mereka yang lebih akrab di banding teman-temannya yang lain. "Gue mau nanya deh, Bell. Itu Kirana kan juga suka Iqbaal, bahkan kalian yang jadi saksi gimana cakarannya di muka gue."

"Nah! Ini, gue belum cerita kayaknya. Sebenarnya Kirana itu nggak suka sama Iqbaal." Katanya membuat kening ku mengerut lebih dalam, menatap Bella dan Kirana bergantian. "Sumpah? Terus maksudnya dia kayak gitu apaan?! Gue sampek kek orang kesetanan anjir!"

"Duuuh dia itu cuma disuruh sama Tasya. Circle nya ini, di suruh mantau pergerakan si Iqbaal."

"Lo yakin?" Tanya Zahra.

"Lo lupa siapa yang megang akun menfess sama base sekolah?" Bella berucap sombong. "Inilah gunanya iku ekskul jurnalistik. Gue merengkrut siapapun yang mau Join."

"Skip!"/"skip!" Jawabku dan Zahra bersamaan.

"Kayaknya ekskul lo cuma tempat ghibah, gosip, dan rumor berkumpul." .

-

"Lo kok nggak pernah cerita, sih, kalo suka sama Rara?"

"Iya anjir, diem-diem malah langsung nembak aja. Si Rara juga nggak pernah cerita kalo suka sama lo." Kedua laki-laki itu terus mencekoki Iqbaal dengan pertanyaan pertanyaan seputar hubungannya dengan Rara.

"Ya.. gimana.."

"Lo tapi beneran suka, kan sama Rara? Bukan karena kita sering Mak comblangin lo sama dia?" Iqbaal meneguk ludahnya. "Ya iya, lah!"

"Masalahnya lo aneh banget deh, Baal." Ujar Marvel. "Iya sumpah. Ada yang lo sembunyiin, ya?"

Berbeda dengan teman-teman Rara yang selalu memberinya motivasi, teman-teman Iqbaal ini justru selalu ingin membuatnya jujur. Kata abhim sih, "Eyes that can't lie."

"Nggak ada Ya Tuhan, kalian nggak percayaan banget sama gue."

"Gue nggak mau tau. Besok pas kita nongkrong di cafe biasa, lo harus cerita semuanya. Awalnya lo suka, sampek akhirnya lo jadiin temen gue pacar." Iqbaal merasa tersudutkan lagi. Sorot keseriusan terlihat sekali di mata Abhim, artinya anak itu sedang tidak bercanda. "Gue, bener-bener nggak akan diem aja kalo lo nyakitin dia."

Iqbaal menelan ludahnya sekali lagi.

-

🔔~~

Lonceng cafe kembali terdengar, artinya seseorang baru saja masuk ke dalam.

"Ra, Ra! Cowok lo dateng tuh!" Bella menunjuk heboh."

"Sorry telat, rapat OSIS nya nggak selesai-selesai tadi." Ucap Iqbaal, dia tampak lelah. "Tadi udah gue pesenin minum, Americano 4 shoot. Nambah satu 'kan abis UAS." Kataku sambil tersenyum. "Lumayanlah daripada 3 shoot. Gak kerasa apa-apa."

"Gini nihhh, pacaran terooos."

"Lo kenapa deh, Bhim, sirik mulu, bilang aja mau pacaran juga sama Zahra." Marvel terkekeh. "Nah, loh, Ra, di ajak tuh." Bella terkikik pelan. "Gue gak mau anjir sama dia."

"Mengapa Kurang apalagi Baginda ini, Dinda?" Abhim berakting ala-ala kerajaan jaman dahulu. Membuat yang lain terkekeh.

"Kurang waras!" Jawaban ku membuat yang lain tertawa keras. "Ganti topik dong, gue mulu."

"Iya, gimana kalian bisa jadian itu? Terus sejak kapan Rara naksir sama Iqbaal deh?" Abhim memiringkan kepalanya. "Loh, kalian juga nggak tau?" Bella dan Zahra menggeleng. Sebelum kesini, aku sudah mewanti-wanti mereka untuk pura-pura tidak tahu tentang perasaanku pada Iqbaal.

Abhim itu sahabat lama ku, aku tidak mau dia menjadi asing karena aku tidak memberitahu nya. Aku hanya takut mulut ember nya itu keceplosan bilang pada Iqbaal.

"Rara bener bener falling in love sendirian. Gak mau bagi-bagi."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
C, Love Story: The Prolog Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang