Jakarta, 2019
"Mau bareng nggak? Kita searah, kan?"
Aku mematung sebentar setelah terhitung hampir lima detik Iqbaal berhenti di depanku tanpa aba-aba, mengajakku duduk di jok belakang motornya.
"... gue?" Tanyaku, masih tidak percaya.
"Ya emang siapa lagi?" Aku mengerucutkan bibir, Iqbaal ini kelewat peka atau memang sedang dalam mood yang baik, sih? Aku jadi merasa secercah harapan terlintas di otak ku.
"Ini... Serius?"
"Gue tinggal, nih." Aku membelalakkan mata. "Eh! oke, oke." Setelah aku sudah naik sepenuhnya di jok motor milik Iqbaal, mendadak wajah tidak suka Kirana terlintas di benakku.
1-0.
-
Vibes Jum'at sore memang tidak boleh di lewatkan untuk ketiduran setelah pulang sekolah. Setelah Iqbaal mengantarkan ku kemarin, kami sama sekali tidak berkontak apapun. Tadi pagi sampai pulang sekolah aku juga tidak bertemu dengan dia. Kata Abhim banyak urusan OSIS.
Huft, namanya juga kelas sepuluh, masih sibuk-sibuknya mengurusi ini itu dan bersosialisasi sana sini.
Aku bersosialisasi sama luka, sih.
"Kaaaak!"
Aku mengangkat wajahku dan mengalihkan pandangan dari laptop. "Ha?"
"Ke Indomaret depan, yuk?" Anime yang ku tonton sudah sepenuhnya aku pause. Mengalihkan atensi pada Jojo. "Ngapain? Mager gue." Kataku. Bocah itu sekarang menyadarkan bahu kanannya di pintu, kemudian merogoh saku celana training nya dan mengeluarkan uang sejumlah seratus ribu. Dia kibas-kibaskan dengan sombong.
"Oh.. jadi lo nggak mau?""Anjir, Jo, lo nyolong dimane!?"
"Hush! Gue di kasih Budhe. Buruan, kak, gue mau Beli jajan banyak-banyak."
Aku menggelengkan kepala kemudian segera meraih cardigan di kursi belajar.
Drrt.. drrt..
Hanan IPS: Clar
Hanan IPS: Nanti malem lo free gak?Jojo melirik handphone ku, anak itu sedikit melotot. Kemudian berdecak. "Cewe gembel kayak lo banyak yang deketin juga ya ternyata."
"Enak aja ngatain gue kek gembel!"
"Fakta." Aku dan Jojo turun dan meminta ijin pada mama yang tengah menyirami tanaman. Aku dan Jojo jalan kaki, motornya sedang di pakai mbak Aya belanja.
"Kalo gue kasih pilihan, nih, kak. Lo pilih belajar matematika sama Bang Iqbaal, atau jalan malem sama yang ngechat lo barusan?" Tanpa berpikir aku langsung menjawab opsi pertama. "Belajar bareng Iqbaal, sih."
"Seriously? Meskipun lo sebenarnya udah mabok sama rumus dan angka-angka? Sebucin itu lo sama Iqbaal?" Aku menendang-nendang kerikil di jalan. "Ya.. Lo tau, lah, Jo, gue nggak pernah sesuka ini sama cowok."
"Hmm, he's really first."
"Tapi menurut lo gue pilih Hanan apa Iqbaal, sih?" Jojo menoleh cepat. "Lo maruk banget, deh. Tapi kata gue sih kejar Iqbaal aja." Pembicaraan kita terputus karena harus menyebrang jalan. "Alasannya?" Aku masih melanjutkan. "Pertama, gue nggak pernah liat mukanya Hanan. Kedua, gue gak pernah liat Hanan. Ketiga, gue nggak kenal Hanan." Aku mendorong Jojo untuk masuk ke dalam Indomaret. Alasan macam apa itu?!
"Alasan lo sama sekali nggak berguna, bangsat!"
"Aduh! Kasar banget lo, Kak.."
Aku memutar bola mata malas, kemudian berjalan ke arah rak berisi minuman dan yogurt. Sedang ingin minum yang asam-asam, pasti sangat segar meminumnya sore-sore begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
C, Love Story: The Prolog
FanfictionNow playing: Ashe - Moral of the story (Live) Rara tidak pernah tahu, bahwa menyukai Iqbaal rasanya akan sesakit ini.. [Bagian kedua More Than Girlfriend] Pict cover search on Pinterest imyourtasya | C, Love Story: The Prolog start: 29/9/2022 end: 3...