Jakarta, 2019
"Sumpah, Iqbaal tiap minggu dapet menfess mulu. gue kepo kira-kira kalo crush nya di kumpulin ada gak satu aula?" Kata Zahra dengan antusiasnya. aku memutar bola mataku, "ngaco banget lo."
Anak itu tersenyum picik lalu merapatkan tubuhnya padaku, "bilang aja cemburu, Ra." aku semakin dibuat kesal. tahu begini aku tidak akan membantunya untuk dekat dengan Abhim. "Gini yee setelah gue bantu lo deket sama Abhim?"
Zahra melotot terkejut dan menjauhkan diri, "heh! Yang bilang mau nolongin kan lo!"
"Cih, yang dateng terus cerita kalo lo mau deket sama Abhim kan juga elo!"
"Apanich Abhim-Abhim? Kenapa kalian memperebutkan ku wanita-wanita ku?"
"Najis!"/ "Najis!"
Abhim melotot saat itu juga. Aku melirik pintu dimana Iqbaal baru saja masuk. Sumpah-sumpah! Aku sudah kepalang salting. "Buruan, Bhim. Nanti bakso nya keburu abis." Katanya.
"Mau ngapain sih?" Tanyaku akhirnya, mencoba tenang. "Gue mau minta bekel punya lo, Tante Oca pasti bawain juga buat gue." Aku melotot, "Gr banget!"
"Mana buruan! Jangan bilang mau korupsi ya lo?!"
Aku mendesis kesal, ya memang mama juga membuatkannya untuk Abhim sih. Sebenarnya aku sedikit tidak enak saat Abhim meminta bekal terang-terangan di depan Zahra begitu, takut dia mikir kalau ada yang lebih dari pertemanan antara aku dan Abhim.
Apalagi di sana tadi ada Iqbaal.. astaga..
Saat merogoh tas aku aku mendengar Iqbaal menelepon seseorang. Anak itu terlihat antusias saat menerimanya. Aku jadi overthinking kalau dia dekat dengan seseorang.
Di saat aku ingin memberikan kotak bekal itu Iqbaal juga kembali, "kata Marvel bakso nya udah abis."
"Terus? Gue gak mau ya makan bekel berbagi
sama lo."Zahra menyenggol lenganku. Tatapannya tertuju pada dua tumpuk kotak makan yang ku bawa. Aku mengerutkan kening. Maksudnya aku harus memberikan bekal ku?
'Gue agak laper sih.. tapi boleh juga ide Zahra.'
Aku berdehem sejenak memberhentikan pertengkaran mereka. "Ini, Baal, makan aja bekel gue."
"Eh? Gue bisa beli yang lain kok, nggak usah."
"Gapapa ini." Aku menyodorkan. Anak itu terlihat ragu saat menerimanya. "Terus lo?"
"Gue... Diet! Hehe."
Aku menyodorkan kotak satunya lagi pada Abhim. "Nih makan! Jangan lupa balikin Tupperware nya." Anak itu menerimanya dengan antusias. "Hehe siap! Ayok, Baal!" Abhim pergi begitu saja setelah mengedipkan satu matanya kepada Zahra yang di balas dengan mengacungkan jari tengah.
"E-eh? Makasih, ya, Ra! Nanti gue balikin juga."
Aku diam dan mengangguk singkat. Setelah Iqbaal benar-benar lenyap dari pandanganku, aku berteriak kencang yang membuat seluruh atensi teman-teman kelas ku memberiku tatapan selidik.
"ZAHRAAAAA GUE BUTUH REFRENSI GEDUNG PERNIKAHAN! SEKARANG!"
-
Setelah istirahat kedua adalah mata pelajaran matematika. Hah.. aku tidak mengerti mengapa kesiswaan manaruh mapel itu di saat saat mengantuk seperti ini.
"Maksudnya gimana tuh? Gue nggak ngerti sama sekali." Kataku berceletuk pada teman satu bangku ku. Dia menoleh, "tumben."
"Badan gue gemeteran, Bell, nggak fokus jadinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
C, Love Story: The Prolog
FanfictionNow playing: Ashe - Moral of the story (Live) Rara tidak pernah tahu, bahwa menyukai Iqbaal rasanya akan sesakit ini.. [Bagian kedua More Than Girlfriend] Pict cover search on Pinterest imyourtasya | C, Love Story: The Prolog start: 29/9/2022 end: 3...