Jakarta, 2019
Hanan memperhatikan dua orang yang tengah berbincang di dalam sana. Sesekali mereka akan tertawa, kemudian kembali fokus dengan iPad di genggaman Iqbaal.
Tiba-tiba Rara menoleh, membuatnya reflek menutup helm bogo yang dia gunakan. Huft.. untung saja dia sudah berinisiatif menggunakan motor Scoopy milik kakaknya. Setidaknya Rara tidak akan mengenali dengan mudah.
Dilihatnya perempuan itu masih menatapnya. Hanan segera melajukan motornya sedikit ke depan lebih tidak spesifik saat Rara melihatnya.
Ia mengeluarkan handphone dari saku celana kemudian menghubungi kakaknya.
:You
Teh
Ini tutup cafenyaTeteh:
Seriusan?
Ini di maps buka kok
Maneh bohong ya Nan?Hanan meneguk ludahnya.
: You
Ih beneran tadi
Udah Hanan lewatinTeteh:
Udahlah
Sialan kmuHanan tidak menjawab lagi. Anak itu menghembuskan nafasnya untuk yang kesekian kali. Ia jadi berfikir, apa kode yang ia berikan selama ini masih kurang?
Dan Iqbaal... sialan, dulu dia bilang sendiri kalau tidak dekat dengan Rara. Tapi setelah pacaran dan sekarang jadi mantan pun dia masih dekat. Kalau memang dia suka, kan tinggal bilang dari awal. Setidaknya dia tidak effort dan menebak-nebak Iqbaal suka atau tidak dengan Rara.
Anak itu kembali memperhatikan bagaimana Rara tertawa di dalam sana, menghangat dalam dingin dengan Iqbaal tentunya.
Tangan Hanan mencengkeram setir motor dengan erat.
"Bodoh, nggak seharusnya gue suka sama dia. Ayo, Hanan... Hilangin perasaan lo, berhenti suka sama dia.
Dia... Bukan milik lo."
-
"Eh? Jam berapa ni? Lo nggak di cariin, Ra? Gue anter pulang ya?"
Rara melirik jam tangannya sambil meregangkan otot-otot tubuh nya. "Hoaaaamm~ gwilaaa jwam lapan!"
Iqbaal terkekeh melihat Rara yang menguap. "Duuh capek juga ya belajar nya. Baru bentar doang."
"Nggak sebentar banget sih sebenernya. Ayo beresin, nanti di cariin orang rumah." Rara mengangguk, gadis itu segera membereskan buku dan juga laptop di meja. Menyisakan empat gelas kosong sisa milkshake dan juga kopi. "Woaa, betah banget kalian disini. Dari jam 4 sore loh."
Namanya kak Riki. Pemilik cafe disini, orangnya memang jarang kelihatan karena masih jadi mahasiswa. Tapi sepertinya tadi libur, jadi laki-laki itu memilih ke cafe nya. Iqbaal dan aku tersenyum. "Hehe sekalian belajar nih." Jawab Iqbaal.
"Gue kira kalian jarang kesini. Ternyata gue yang lebih jarang, haha." Aku tersenyum canggung. "Gimana kabar yang lain? Siapa sih... Abhim, Zahra.., Marvel. Satunya siapa ya...?"
"Bella, kak." Kak Riki terkekeh lagi. "Oh iya, sori sori, mahasiswa semester empat emang banyak pikiran ya?" Kami ngobrol-ngobrol sebentar lalu pamit karena Iqbaal teringat kalau harus memulangkan aku.
Sampai di depan rumah Iqbaal berhenti. "Makasih belajarnya. Gue jadi banyak ngerti soal Sin Cos Tan."
"Sama-sama. Lain kali kalo mau belajar bareng lagi gue siap, kok." Iqbaal tersenyum lagi. Rasanya aku seperti lupa apa yang pernah dia lakukan padaku. "Gue masuk, ya? Lo nggak mau mampir dulu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
C, Love Story: The Prolog
FanfictionNow playing: Ashe - Moral of the story (Live) Rara tidak pernah tahu, bahwa menyukai Iqbaal rasanya akan sesakit ini.. [Bagian kedua More Than Girlfriend] Pict cover search on Pinterest imyourtasya | C, Love Story: The Prolog start: 29/9/2022 end: 3...