Jakarta, 2019
Curhat bersama mama kemarin membuatku merasa lebih baik. Mungkin, jika Iqbaal benar-benar serius kali ini, tidak ada salahnya memberinya kesempatan kedua.
Di semester dua ini, jam mata pelajaran olahraga kelas ku selalu sama dengan kelas Iqbaal. Jadi mau tak mau kami harus berbagi lapangan.
Aku melihat anak itu membawa satu keranjang bola basket. Yang lain ia berikan kepada pak Harto selaku guru olahraga nya. Ada satu yang ia pakai sendiri.
Memperhatikannya mendribble bola.
Di lemparkan ke arah keranjang.
Dan masuk dengan mulus, rasanya jantungku semakin berpacu cepat. Aneh...
Mungkin sadar aku perhatikan secara terang-terangan di bawah pohon, Iqbaal menoleh ke arahku, cara dia melihat ku itu sama seperti saat dia mengajak pacaran.. aku benci tatapan Iqbaal, itu yang membuat aku sakit.
"Rara! Ayo baris!" Aku tersadar dan langsung menghampiri yang lain.
"Clara, Clara... Kamu niat ikutin pelajaran saya apa pak Harto?" Aku cengar cengir tidak jelas saat pak Tian menegurku.
"Oke anak anak, sudah baris semua?" Kami menjawab bersamaan. Setelah pemanasan aku menyingkir ke pinggir lapangan, bergantian memakai raket badminton karena jumlahnya terbatas, sedangkan aku lupa tidak membawa.
Ternyata kelas Iqbaal juga turut berbaris, laki-laki itu melihat ke arahku. Sebelum akhirnya mendribble bolanya kembali dengan gesit.
Ku perhatikan gerakannya lagi.
"Kita sering ketemu, tapi nggak pernah bicara."
"Oh.. ini jangan lupa di makan, ya? Nanti sakit lagi."
"Mau bareng nggak? Kita searah, kan?"
"Kalo gitu, gue bakal bikin lo suka sama buku pelajaran."
"Ayo pacaran."
"Tapi gak gitu juga, Baal! Kalo dia tahu, dia bakal lebih sakit hati karena lo pacaran sama dia cuma karena kasihan!!"
Puk!
Sesuatu yang dingin menjalar di pipiku, aku meringis, kemudian mendongak untuk melihat siapa yang memberikannya.
"Jangan ngelamun aja, Cil, sekolah yang bener."
Si menyebalkan ini datang lagi. "Apasih! Ganggu aja." Hanan justru terkekeh, anak ini benar-benar tidak tahu malu, dibukanya pergi, dia malah duduk di sampingku. Turut Menonton Bella dan Adisty yang sedang memainkan badminton.
Hanan membukakan kaleng botol kaleng Ollate rasa peach untukku, menyodorkannya tanpa menoleh. "Gue denger lo putus ya sama Iqbaal?"
Bibirku baru menyentuh ujung kaleng, tapi urung ku minum karena pertanyaan Hanan barusan. Aku tidak mau ambil pusing, jadi aku hanya bergumam menjawabnya.
"Kenapa?" Dia bertanya lagi. Mata Iqbaal menangkap keberadaan Hanan dengan sorot tidak suka. "Kenapa juga lo kepo?" Sewotku.
"Lo, tuh, Clar, bisa serius bentar aja nggak sih? Kek dari dulu bawaannya emosi mulu kalo ngomong sama gue." Aku tertawa. "Gue aja nih nggak pernah di seriusin cowok. Lo enak banget minta gue serius. Gabisa, lah."
"Jadi lo ngode mau gue seriusin?" Laki-laki itu menoleh, menatapku dengan jahil.
"Bukan lo, bego."
Tapi Iqbaal.
"Balik lo, Nan, katanya suruh sekolah yang bener." Hanan tertawa lalu bangkit, menepuk nepuk pucuk kepalaku.
"Lain kali, kalo ada yang mau serius sama lo minimal lirik. Kasihan dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
C, Love Story: The Prolog
Hayran KurguNow playing: Ashe - Moral of the story (Live) Rara tidak pernah tahu, bahwa menyukai Iqbaal rasanya akan sesakit ini.. [Bagian kedua More Than Girlfriend] Pict cover search on Pinterest imyourtasya | C, Love Story: The Prolog start: 29/9/2022 end: 3...