Jakarta, 2019
Rupanya Hanan benar-benar ingin mendekati Rara. Pagi ini ia sudah melihat mereka boncengan. Iqbaal biasa saja, tapi Abhim...
"Eh, eh, Baal! Siapa tuh sama Rara?!"
Itu cowok yang mau deketin temen lo, anjir. Ingiiiin sekali Iqbaal mengucapkannya, tapi kalimat itu tertahan bahkan sampai motor sudah terparkir rapi.
Sampai Abhim meninggalkannya untuk menghampiri Hanan dan Rara.
Sebenarnya Iqbaal ingin melengos begitu saja. Tapi lagi-lagi Abhim menariknya dan membawa mereka berdiri di depan lobby.
"Oh, gue kira siapa, ternyata elo, Nan." Iqbaal yang semula akan menyapa temannya menoleh, Abhim kenal Hanan?
Laki-laki itu terkekeh. "Tadi gue ketemu Rara di depan, jadi sekalian gue barengin anaknya." Rara tersenyum lebar. Kemudian pandangannya beralih pada Iqbaal. "Halo, Iqbaal."
"Halo juga." Iqbaal membalas santai.
"Gue ke kelas dulu temen-temen. Bella udah dateng soalnya." Abhim mengangguk. Ketiganya memandangi Rara bahkan sampai tidak terlihat lagi. Si Hanan terlihat mau sok akrab, jadi Iqbaal memilih untuk berlalu lebih dulu. Ada.. sesuatu yang tidak bisa Iqbaal ungkapkan dengan kata-kata. Rasanya aneh, ada rasa tidak suka tersendiri yang Iqbaal tidak tahu itu apa.
-
Aku tidak tahu itu apa. Tapi melihat Hanan dan Iqbaal tadi, aku seperti melihat medan listrik tak kasat mata di antara mereka.
Aku juga tidak tahu mereka pernah saling mengenal sebelumnya atau tidak.
Ah, sudahlah.. kalau mereka saling mengenal memangnya kenapa?
Sebenarnya tadi aku ingin berlama-lama di depan lobby. Pumpung ada Iqbaal. Harusnya aku paparazi saja dia, tapi terlalu sulit sepertinya.
Dan aku harus buru-buru ke kelas karena Bella ingin bercerita sesuatu. "Lo tau, ternyata Hanan itu nggak suka sama Mia."
Oh.. ini, aku, sih udah tahu duluan.
"Hanan pernah cerita itu sama gue, di parkiran." Bella menempatkan tangannya di pinggang, kemudian membuat ekspresi marah dibuat-buat. "Lo tau dan lo nggak ngasih tau gue?!"
"I think, lo biasanya yang paling update masalah beginian, jadi sengaja gue gak ngasih tau." Bella mengibaskan tangannya. "Oke, Next. Nah, kan mereka hampir pacaran, tuh. Malem pas mereka jalan, katanya Mia yang confess duluan. Tapi di tolak, kan. Iiiiih ini gue kesel banget sama Hanan, anjir, kek kalo lo nggak suka, dan nggak mau berjuang buat 'suka' balik, setidaknya anterin anak orang pulang kerumahnya dengan selamat, anjir. Lo bayangin ada di posisi Mia, udah di tolak, di tinggalin di parkiran Blok M buseeet!"
Hanan punya sisi brengseknya sendiri.
"Besoknya pas sekolah, dia liat Hanan malah boncengan sama cewe. Lo tau itu siapa?" Aku menggeleng polos. "Itu elo, Ra."
"Elo pas sakit karena bekal lo, lo kasih ke Iqbaal."
Aku merasakan nafasku tercekat. "Untung lo kenal Mia dari SMP, mungkin dia tau seluk-beluk lo dan percaya kalau lo sama Hanan nggak ada apa-apa. Setidaknya catatan kriminal lo bersih dari otak Mia."
"Lo juga tau kan, gue sukanya sama Iqbaal. Bukan Hanan." Ucap Rara sedikit berbisik. "Iya, iya gue taaau banget. Gue cuma ngingetin aja, kalau lo nggak usah bareng-bareng sama Hanan lagi, gue takut lo yang jadi selanjutnya. Hanan kayaknya emang cowok baik, dan dia mungkin kayak gitu karena nggak suka aja sama Mia. Tapi kita nggak tahu kedepannya, kan?"
Aku benar-benar menurut pada Bella sampai sebulan berikutnya.
Hanan sangat jelas mendekatiku, bahkan sampai pernah dia ngotot ingin mengantarku pulang di depan Mia. Aku malu, aku sungkan sendiri disana. Sedangkan Mia, aku yakin dia kelewat baik, anak itu santai saja sambil melambaikan tangan ke arahku dengan ramah.
Mungkin kalau aku jadi Mia, Rara sudah masuk ke UGD sekarang. Hehe.
-
"Karena besok UAS nya mau selesai, gimana kalo kita nongkrong di cafe biasa?" Bella berbinar saat mengatakannya. "Nah, oke juga tuh." Bella dan Abhim itu memang klop, sama-sama extrovert dan heboh sendiri.
"Oke gak, guys?" Aku mengangguk. "Kalau nilai gue nggak turun tapi." Lengan besar Abhim nangkring di pundak ku, "perasaan dari dulu juga nilai lo segitu-gitu aja." Aku langsung melotot, Zahra, Bella Marvel dan Iqbaal tertawa. Aduuuuh kalau begini ceritanya, Iqbaal pasti akan semakin ilfill dengan ku. Aku jadi curiga, tanpa aku Abhim pasti sering membicarakan aib ku di depan Iqbaal.
"Nanti gue ajarin mapel yang nggak bisa, Ra." Iqbaal tiba-tiba menawarkan bimbel gratis kepadaku. "Iqbaal bisa ae modusnya."
"Kayaknya nggak ada benernya gue di mata lo ya, Bhim?" Abhim menampakan gigi-gigi putihnya, kemudian menyuapkan kuah mie ayam, dan menjawab, "yoi."
-
Besok adalah mapel bahasa Indonesia, dan Iqbaal rupanya benar-benar menyanggupi ucapannya. Aku nggak minta, loh, ya.. dia sendiri yang mau mengajari.
Tapi aku juga nggak nolak.
Masih terbilang sore. Aku sampai lebih dulu di cafe biasa. Selain nuansanya tenang, kopinya juga enak.
Suara lonceng cafe berbunyi, aku sontak mendongak melihat siapa yang datang. Mataku berbinar, "Iqbaal!" Laki-laki itu menoleh, membenarkan letak tasnya di bahu kemudian menghampiri ku dengan senyuman.
"Udah lama? Maaf ya, agak telat."
"Eh nggak kok, gapapa. Lo duduk aja." Dia duduk di depanku. Kemudian mengeluarkan buku, laptop dan kotak pensil, tak lupa dua buah buku paket yang tidak main-main tebalnya.
"Kata Marvel lo suka Americano, ya? Tadi udah gue pesenin, tapi cuma 3 shoot."
Iqbaal berhenti dengan barang-barangnya, kemudian menatapku, "yah.. harusnya banyakin dikit, nggak kerasa tuh."
"Gue 2 shoot aja nggak kuat, loh, Baal. Lo mau mati kena asam lambung?"
Aku mengerjap sebentar, mencerna ucapan ku yang sangat terlihat terlalu mengatur. "It's so fine. Gue sehat-sehat aja."
"Dampaknya mungkin nggak sekarang, tapi waktu lo udah buyutan nanti, nyet." Iqbaal justru tertawa melihat ku emosi.
Pandangan Iqbaal beralih pada novel di meja, dia pasti sudah mengeklaim bahwa itu miliku. "Lo suka baca buku juga? Tapi kok nggak pernah kelihatan di perpus?"
Aku mengikuti pandangan Iqbaal ke arah novel. "Suka, tapi fanfiction doang, sih. Mana mau gue buka buku pelajaran." Iqbaal mengulas senyum.
"Kalo gitu, gue bakal bikin lo suka sama buku pelajaran."
Pasti setelah itu Rara confess, terus Iqbaal juga merasa nyaman sama Rara, terus mereka jadian, terus mereka... (Jawabannya ada di cerita More than Girlfriend)😁😳
Note: karena liburan semakin dekat, daaan tanggungan tugasku kayaknya juga nggak sebanyak dulu jadi insyaallah aku bakal nuntasin cerita ini sebelum liburan berakhir 😁
Sp yg sdah nonton JEYSEEEN HUWWUW✋✊✋✊
KAMU SEDANG MEMBACA
C, Love Story: The Prolog
FanfictionNow playing: Ashe - Moral of the story (Live) Rara tidak pernah tahu, bahwa menyukai Iqbaal rasanya akan sesakit ini.. [Bagian kedua More Than Girlfriend] Pict cover search on Pinterest imyourtasya | C, Love Story: The Prolog start: 29/9/2022 end: 3...