Bab 29

1.6K 161 6
                                    

Sesampai William di restoran miliknya,sebelum dia melangkah kakinya keluar mobil  dia mendapat panggilan masuk dari salah seorang anak buah.

"Hello..Tuan! Tuan William pria yang kami tangkap sebelumnya sudah terlepas.."

Panggilan seberang ponsel kedengaran cemas.

" lepas?! Bagaimana bisa terlepas Apa yang kalian buat sehingga dia terlepas! Kalian sangat lalai! Cari dia sampai dapat!!!"

"Ketika saya sampai disini untuk melihat keadaan semua anak buah yang bertugas untuk mengawasinya semuanya sudah tewas Tuan."

William membisu ketika mendengar berita tersebut.

"Dia tidak mungkin berlarian jauh, cari sampai dapat."

William memutuskan panggilan sebelum pria di seberang menjawab.

"Aku yakin ini semua rencana wanita sialan itu." Suara William  dengan dingin bergumam.

Dalam suasana hati yang buruk William tetap menahan amarahnya. William juga merasakan kalau wanita itu tidak tahu dia akan menjebaknya nanti. Dia ingin memastikan pria dan wanita itu tidak akan berakhir dengan baik sekali.

William dengan aura dominan miliknya yang tidak tersembunyi lagi melangkah keluar dari mobil sambil membenarkan kemeja hitam miliknya.

"Kamu tunggu diluar sahaja biarkan aku uruskan." Dia melangkah dengan anggun menuju pintu masuk restoran.

"Selamat datang Tuan, Puan sedang menunggu anda. Sila ikut arah ini Tuan." Pelayan wanita tersebut mempersilakan dia masuk dengan hormat. Siapa yang tidak mengenali pemilik restoran, pasti orang itu sedang membuat lelucon.

"Hm..." William menjawab dengan singkat. 
Sambil memerhatikan keadaan sekeliling.

Dalam restoran tiada siapapun hanya kedengaran lagu harmoni dan romantis saja yang bermain dalam ruangan yang penuh sepi ini.

Duduk seorang wanita cantik penuh kelembutan dan kasih sayang di mata miliknya, jika dilihat dengan benar tanpa terperdaya dengannya anda bisa melihat betapa lemah, keji dan bodohnya anda dimatanya.

William bisa melihatnya sekarang berkat Vincent. Sebuah seringai tanpa sadar muncul ketika dia mengingat tentang Vincent. Wanita itu mengeryit  melihat Seringai pria dihadapan dia, membuatkan pria itu lebih tampan dari sebelumnya. 'hmp..!dasar nggak tahu malu.'

"Sayang apa yang sedang kamu lakukan berdiri disana. Duduklah." Suara lembut dia memangil William yang termenung seketika tadi bangun dari bayangan Vincent yang dia mulai rindu.

Dia duduk berhadapan dengan wanita tersebut memberikan senyuman singkat. "Seperti yang aku janjikan akan menyambut kepulangan suamiku tercinta. Apa khabar dengan kamu, aku khawatir dengan kamu selama ini." Matanya hampir saja meneteskan air mata.

"Aku baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir dengan aku."

"Kamu bahkan tidak pulang di malam hari! Siapa yang tidak khawatir." Kedua pipi yang merah itu seperti akan akan meledak kerana amarah.

William tahu itu kepalsuan semata-mata siapa mudah percaya jika dilihat dengan benar, mata pihak lawan tidak menatap terus kearah matanya melainkan sengaja membuang muka, itu sebuah tanda penipuan tidak cukup pintar dan licik, hanya sikopet sejati sahaja yang bisa melakukan dengan tetapan mata, tiada siapa tahu kalau dia menipu atau tidak. Wanita ini masih bodoh dan naif sekali.

"Ya aku tahu, maafkan aku tidak pulang semalam. Aku hanya ingin menenangkan fikiran aku sahaja. Kamu tidak perlu khawatir okay." William senyum seperti yang selalu dia lakukan masa lalu.

"Aku maafkan kamu." Wanita itu senyum lembut kemudian dia mengangkat tangan kanannya. Seorang pelayan datang membawa dua gelas dan sebotol champagne kearah mereka.

"Baiklah sebagai kepulangan kamu, kita raikan dengan segelas champagne." Pelayan itu menuangkan setengah gelas kedalam kedua cawan milik mereka berdua, kemudian pergi meninggalkan mereka berdua disana.

William menyipitkan matanya menatap segelas champagne miliknya. "Terima kasih Alissiana kaulah isteri terbaik, cheers.." William mengangkat gelas dia sebagai tanda selamat.

Alissiana juga mengangkat gelas miliknya "Cheers...."
Kedua gelas tersebut bertabrakan dengan bunyi 'ting' yang tidak nyaring. William meneguk miliknya sehingga habis sedangkan Alissiana hanya menempelkan gelas kepada bibirnya kemudian dengan cepat membuang miliknya ke lantai dan meraikan kembali gelas tersebut kemeja dengan lembut.

Setelah menguk kesemua William mengambil sapu tangan yang tersedia di mejaa untuk mengelap bibirnya dengan anggun.

Alissiana menatap puas sambil melihat kearah jam tangan miliknya.

"William kau tahu..." Suara penuh kelembutan seorang Alissiana yang dulu kini berubah menjadi dingin.

William tidak kaget mendengar perubahan suara tersebut dia tetap berpura-pura bodoh.

"Siapa dalang yang membuatkan kamu terjebak selama ini?"

"Tidak." William menjawab singkat.

"Hahahahaha..." Tawa Alissiana bergema di semua penjuru restoran.

William mengerut kening merasa sakit di paru-parunya.

Alissiana beranjak dari tempat duduknya melangkah kearah William. Dia berdiri tepat di samping William dalam posisi menyandar. Alissiana meletakan kedua tangan ramping miliknya di atas kedua bahu William dan mengusap mereka dengan lembut yang kaku. Dia mendekatkan bibirnya kearah telinga William.

"Apakah kamu tahu dalam champagne tersebut memiliki racun yang sudah dicampur."

"Kamu...."

"Apakah kau merasakannya.." dia menjauh dari William kemudian mendorong William hingga terjatuh kelantai.

Alissiana menyilang tangan ke dada. "Aku kira pria seperti kamu tidak mudah diperdaya rupa-rupanya aku salah."

Dia berjalan mengelilingi William sambil mengusap wajah cantik yang penuh kejahatan itu menyambung lagi.

"Kau tahu mengapa aku melakukan ini?"

William tetap diam tidak bersuara menahan perih.

"Sudah tentu aku menginginkan harta kamu, dan semuanya akan menjadi milikku. Bukan itu saja, jika bukan kerana Ayah kamu keluarga kami tidak perlu bergantung kepada kamu. Gara-gara ayahmu keluarga kami hampir bangkrut dan aku terpaksa menikah dengan kamu gara-gara ingin merampas harta yang telah kau rampas dari aku, seluruh keluarga kamu termasuk kamu aku membenci mereka! Dan kematian orang tua sialan kamu itu adalah semua rencana aku , dan akhirnya aku bisa menghapus kamu dari muka bumi disini!" Alissiana menginjak wajah William dengan keras ketanah.

"Sekarang rasakan apa yang telah aku rasakan!" Dia menginjak lebih keras ke tanah.

"Kamu lemah William dan naif bahkan keluarga kamu sendiri tidak bisa dilindungi apalagi yang akan kau miliki setelah kau mati." Alissiana melihat mata William yang memerah tersenyum sinis mengejeknya.

"Tidak perlu kamu risaukan tidak lama lagi kau akan bertemu dengan orang tua yang kamu cintai.''

[BL]Transmigration To Dog Blood Novels : Revenge With System MT_ZEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang