Bab 9

106 13 7
                                    

Rasanya sangat menenangkan. Gadis itu merasa terbuai oleh sentuhan lembut di pipinya, tidak. Ini tidak boleh berlanjut hingga Andrana terbangun karena merasa sentuhan itu sudah berani melampaui batas meraba bibirnya.

"Jangan sentuh aku penghianat" Andra siap ingin menampar tangan nakal Andreas namun aksinya tak berjalan mulus.

"Ini aku sedang mengobati pipimu" jelas Andreas sambil memperlihatkan kain kompres sebagai bukti.

"Aku nggak butuh" Andra lalu memukul baskom stainless itu hingga replek Andreas berdiri terkejut melihat keberaniannya.

"Baiklah, tampar aku sepuasmu" Andreas yakin penyebab gadis ini berlaku kasar pasti karena kekejaman tangannya.

"Aku keluar dari rumah ini baru puas"

Prang.

"Mama.. mama" teriak Andra ingin mencari bantuan dan siap lari juga, siapa yang tidak panik melihat Andreas menendang baskom itu hampir mengenai wajahnya.

"Diam" perintah Andreas dengan nada tinggi mampu membuat Andra menaikkan satu kakinya kembali ke posisi semula.

"Mama mu pergi keluar kota jadi percuma kamu mencari wanita ular itu"

"Mama bukan wanita ular, kamu yang ular" seburuk-buruk Leah--Andra sakit mendengar mamanya dikatain.

Andra dengan cepat mengikuti Andreas yang ingin keluar. Sial sekali pria ini sangat menyebalkan, Bukannya adu mulut malah pergi.

"Tunggu"

Andra berusaha mencari kesempatan mengecoh Andreas dengan menekan perutnya sendiri. Melihat ekspresi Andreas terlihat prihatin gadis itu semakin bersandiwara.

"Sakit perutku sakit tolong Andreas, panggil dokter Demian"

"Tidak perlu" Andreas membopong tubuh Andra untuk berbaring. Andreas juga tanpa di duga Andra langsung mengambil obat ramuan minyak khusus meredakan sakit perut. Di singkap nya baju gadis itu hingga terlihatlah perutnya.

"Aku bisa sendiri" Andra dengan cepat menepis tangan Andreas yang ingin menyentuh kulit perutnya.

"Kamu lebih baik keluar saja" usir Andra merasa tidak nyaman melihat tampang Andreas.

"Istirahatlah"

Sebelum pria itu berdiri untuk keluar.
Andra tersenyum untuk merencanakan ide keduanya untuk memukul kepala Andreas dengan gelas kaca air minum yang di bawanya tadi.

Prang..

Andra dengan tangan yang gemetaran, dengan nafas yang memburu semakin takut melihat Andreas yang tertawa terbahak-bahak.

Jelas tadi itu suara salah sasaran. Andreas ternyata bisa membaca situasi, tanpa melihat kebelakang tepatnya pada Andra. Andreas dengan gesit menghindari bahaya yang akan mengenainya.

"Mau bebas hah?" Tanya Andreas sambil mengangkat dagu Andra yang tak berani membalas kontak matanya.

"Iya.. aku mau bebas, mau kerja, terus mau kuliah juga, intinya aku mau keluar dari sini" ucap Andra sambil memejamkan mata.

Cup.. Andra melotot seketika merasakan pipinya di cium mesra oleh Andreas. Pria itu setelah menciumnya langsung keluar. Suara pintu yang di tutup keras oleh Andreas juga mampu membuat Andra semakin sadar jika dirinya akan semakin lama di kurung disini.

*****

Hari ini dan satu bulan sebelumnya adalah hari yang paling tersuntuk yang pernah di lalui Andra, Di kamar ini Andra persis seperti tahanan yang tidak bisa melakukan apapun kecuali bermalas-malasan. Leah bahkan tidak pernah mengunjunginya untuk sekedar mengomeli, hanya Andreas saja yang memasuki kamar ini untuk sekedar memberikan makanan itupun mereka masih tidak teguran sapa.

Aku akan bersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang