Bab 13

70 5 0
                                    

Andra tanpa aba-aba di bangunkan paksa, ia langsung duduk kebingungan, di sampingnya ada Arlan dengan wajah bengis menatapnya tajam. Sedangkan di sana juga sudah ada Andreas berekspresi datar seperti para penjaga yang sedang mengawasi.

Plakk... Tamparan keras tak bisa di hindari, Sial masih pagi sudah menerima kekerasan. Memangnya apa kesalahan yang sudah di perbuat hingga membuat Arlan semarah ini? Kenal juga baru kemarin. Ampun dah para wanita jangan ada yang mau dengan sifat temperamen seperti Arlan, percuma ketampanan fisik tidak ada gunanya kalau akhlak nol.

Bruk.. lemparan ponsel mengenai perut Andra hingga membuat Andra dengan cepat mengambilnya.

Betapa kagetnya Andra melihat gambar-gambar dirinya sedang tidur dengan beberapa pria, bahkan tidur dengan 2 pria sekaligus. Andra merasa tidak pernah melakukan perbuatan keji ini.

"Auhhh" desis Andra ketika dengan kejamnya Arlan menarik kuat rambutnya.

"Dasar pelacur" ucapnya lantang.

"Aku bukan pelacur sialan"

"Ini apa hah?"

"Sungguh aku nggak tahu?"

Plakk. tamparan kedua kembali Andra rasakan di pipi yang sama.

Kini Andra sudah tak tahan menerima kekerasan? Dengan sekuat tenaga ia memberikan perlawanan melindungi dirinya dengan melompat menerjang Arlan, dijambaknya dan di gigitnya telinga Arlan hingga terdengar desisan pelan dari mulut pria itu.

Kaki Andra masih melingkar kuat di perut Arlan, Andreas yang melihat itu dengan cepat memisahkan. Dipeluknya perut Andra yang masih meronta ingin melawan Arlan.

"Aku nggak takut sama kamu. Kamu nggak berhak menghukum aku sekalipun aku memang seorang pelacur"

"Kamu memang pembawa sial anak pelakor. Ini semua masalah harga diri, sampai kapanpun saya akan lawan semua orang yang ingin menyakiti mama saya"

"Maaf tuan, lebih baik kita bicarakan masalah pagi ini dengan cara baik-baik" ucap andreas tak kalah sengit.

Mendengar ucapan Andreas, ada benarnya juga, Arlan tanpa kata langsung pergi meninggalkan Andra yang kini sudah pecah tangisnya. Andra terus memegang pipinya yang sakit, pusing mual juga efek di paksa bangun secara tiba-tiba.

"Pinjam ponsel" ucapnya sambil tersedu-sedu.

"Untuk?"

"Telpon papaku Suruh jemput"

"Sini aku lihat mana yang sakit?" Andreas tidak menanggapi ucapan Andra.

Karena sedang kesakitan Andra jadi melupakan keinginannya untuk memberitahu Karlo.

"Pipiku sakit kena tampar, apa salahku? bukanya aku sudah setuju bertemu wartawan?"

"Leah membagikan banyak fotomu dengan pria di awak media, bukan hanya foto kita berdua saja, itulah penyebab Arlan marah, keluarganya semakin terpojok dengan kasus ini"

"Sumpah aku nggak kenal mereka Andreas, kenapa ada fotoku tidur dengan pria? di rumah mama" Andra merasa sangat di curangi oleh Leah, seharusnya sebagai orang tua tugas Leah menjaganya tapi sebaliknya.

"Aku kotor, aku--" Andra merasa jijik pada dirinya sendiri, apalagi pria yang tidak di kenalnya tadi di foto memeluknya dengan erat dibalik satu selimut.

"Tenanglah Andrana sayang" Andreas memeluk Andra "Maaf seharusnya aku menjagamu, saat itu aku lagi bersama Shanen jadi aku--"

"Aku benci kamu dan Shanen, aku mau pulang kampung" Andra selalu menepis tangan Andreas yang ingin mencegahnya.

Aku akan bersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang