Chapter 11 : Barra Island

40 19 17
                                    

Olivia dan teman-teman nya sampai di Pulau Barra menjelang petang. Mereka berinisiatif mencari tempat untuk bermalam, mengingat tempat ini minim penghuni sehingga penerangan pun cukup minim. Matahari sudah mulai turun menuju garis cakrawala, langit disekitar menjadi jingga kemerah-merahan.

Jarak pemukiman penduduk antara rumah satu ke rumah lainnya cukup jauh. Ada beberapa kastil tua dan taman pemakaman tua yang terlihat  mencolok di pulau ini.

"Been kita akan menginap dimana?" tanya Olivia.

"Kurasa disini ada yang menyewakan kamar." jawab Been.

"Aku sedikit tidak suka suasana di pulau ini." ucap Nicholas.

"Sepertinya mereka menyewakan tempat." sambung Nicholas sambil menunjuk tempat dengan papan tulisan Homestay.

Been dan Olivia mengekor Nicholas yang menghampiri seorang wanita paruh baya yang sedang menyapu halaman. Sebisa mungkin olivia menetralkan segala bentuk emosinya, takut-takut aroma Rosewood-nya keluar, bagaimanapun ia harus tetap waspada kepada siapa saja.

"Permisi, apa kami bisa memesan kamar?" tanya Nicholas.

"Ah ya, tentu saja bisa. Ingin berapa kamar?"

"Dua." jawab Nicholas.

"Satu saja." sanggah Olivia cepat.

"Oh ya baiklah, mari ikut aku ke atas."

Mereka mengikuti wanita itu ke dalam rumahnya kemudian naik ke lantai atas.

"Kau yakin kita bertiga sekamar liv?" tanya Been.

"Tidak masalah, kita bisa meminta dua kasur, kita tidak boleh terpisah di tempat asing." jawab Olivia.



(Olivia Oxley)

Bagaimana mungkin tempat ini dikatakan Homestay, lantainya berdebu, dan kaca jendelanya tidak terawat. Baiklah aku bukan sedang liburan, kalau sedang liburan akan ku komplain habis-habisan.

Akhirnya kami diberi dua ranjang terpisah, alasanku memilih bergabung bersama mereka bukan semata-mata aku takut. Hanya saja aku memiliki perasaan yang tidak enak sejak kedatangan kami tadi disambut oleh gerombolan gagak hitam di dekat dermaga.

Hanya mengantisipasi kejadian buruk, setidaknya kami tidak terpisah ruangan.

Matahari sudah benar-benar kembali pada garis cakrawala di ufuk barat, tergantikan bulan sabit dengan cahaya redupnya. Aku memandang keluar jendela, tidak banyak bangunan tinggi. Beberapa atap rumah warga, perbukitan, dan taman pemakaman tua.

Been dan Nicholas sedang membaca beberapa buku yang mereka pinjam dari Perpustakaan Slyham.

Dari kejauhan tampak burung hantu putih terbang menuju ke jendela tempatku berada. Mungkinkah burung pengantar surat? aku membuka jendela kamar dan benar saja burung itu membawa sebuah surat. Aku segera mengambilnya.

"Apa itu liv?" tanya Been.

"Surat."

Mereka berdua mendekat dan menunggu ku membuka surat itu.


Dear Ms.Oxley

Segera dapatkan madunya dan pergilah sebelum fajar tiba. Madu itu ada di pohon akasia yang menghadap ke arah pantai di sebelah timur. Temukan malam ini juga.

Ilona Nephele


"Apa artinya malam ini kita harus segera mencarinya?" tanya Nicholas.

Olivia Oxley : Rosewood (Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang