Chapter 32 : Dinner

24 12 3
                                    

Makan malam tersaji di pinggir Sungai Don dengan penerangan yang cukup. Beberapa lampu buatan Tiana menggantung indah di pepohonan dekat sungai. Ikan panggang buatan Nicholas, sup jamur buatanku, beberapa potong roti dan buah-buahan. Sebuah jamuan makan malam di akhir musim panas yang tenang.

"Oh ya Tiana, kami akan mengantarmu pulang ke Ireland dua hari lagi." aku mulai membuka topik pembicaraan.

"Sejujurnya tidak apa aku pergi ke Ireland sendiri."

"Tidak, kami harus mengantarmu." ucap Been.

Angin musim gugur sudah mulai bertiup, apakah musim gugur datang lebih cepat dari perkiraanku. Suhu di sekitar menjadi lebih dingin. Aku menikmati lemon tea hangat yang cocok diminum saat suhu udara sedang turun.

"Apakah tahun depan kita akan kembali berpetualang?" tanya Nicholas.

"Menurutku iya." Been menjawab pertanyaan Nicholas setelah menggigit sepotong buah peach.

"Kita harus pergi ke pesta Halloween Edinburgh dia akhir Oktober." ucapku bersemangat.

"Dan sesuai dengan obrolan kita di danau Thun, bahwa Been akan mengenakan kostum vampir yang keren, kekeke." sambungku.

"Astaga, kau selalu mengingat obrolan yang random Oliv." ucap Been.

"Benar, semoga aku masih bisa bersama kalian di musim gugur ini." ucapan Nicholas seketika membuat kami hening.

"Ah, ayo habiskan ikan panggangnya dan bersulang untuk kemenangan kita." Nicholas terlihat berusaha mencairkan suasana yang tiba-tiba menjadi kaku.

Kami mengangkat gelas kecil berisi scotch whiskey yang sempat dibeli Been ketika di Edinburgh. Tidak masalah untuk merasakan sedikit minuman beralkohol khas skotlandia.

Cheers!

Hanya gelas Tiana yang berisi sari buah peach, peri cantik itu tidak bisa minum alkohol. Seharusnya aku juga tidak bisa, bukankah aku juga peri. Ah yang benar saja, tapi aku juga penyihir. Mungkin itu sebabnya aku tidak bisa minum terlalu banyak.

Setelah menenggak minuman beralkohol itu, badanku menjadi lebih hangat. Tenang saja, kami tidak akan mabuk. Been hanya membeli sebotol kecil untuk bersulang di jamuan makan makan malam dadakan ini.

Usia legal minum alkohol di Swiss dan Edinburgh sedikit berbeda. Jika di Edinburgh, 18 tahun merupakan umur legal untuk minum alkohol. Sedikit berbeda dengan Swiss, yang telah melegalkan usia 16 tahun untuk minum alkohol.

Karena kami berada di Edinburgh, seharusnya tidak boleh membeli dan meminumnya, Namun kata Been dia bisa membelinya dengan jumlah dan kadar yang terbatas.

Untuk membuat minuman khas Scotland sejak abad-14 ini, membutuhkan proses yang lama. Bahan dasar minuman seperti malt tunggal, gandum tunggal, malt campuran, serta bahan lainnya harus disimpan terlebih dahulu dalam tong kayu yang terbuat dari pohon oak minimal selama tiga tahun. Tidak heran jika dihargai cukup mahal, namun tidak akan mengurangi jumlah tabungan Been Rowley, kekeke.

Aku menyendokkan sup jamur ke dalam mulutku, lezat sekali. Astaga, aku bahkan sudah lama tidak mencicipi rasa makanan khas Swiss. Kami sudah terlalu lama di Edinburgh, kupikir aku dan Been akan kembali kesana secepatnya. Pasti Been merindukan bibi Janne. Dan ya, tidak ada pilihan selain ikut bersama Been. Aku bahkan tidak ingin melihat bentuk rumah yang dulu sempat ku tinggali.

Aku akan membuat hidangan khas Swiss yang identik dengan rasa kejunya bersama bibi Janne. Membuat Tartiflette, polenta, dan cheese fondue. Ah ya satu lagi, kue favorit Been Rowley, Engadiner Nusstorte.

Sebelum kembali, aku akan mengunjungi Ireland untuk mengantar Tiana pulang, lalu mampir ke Edinburgh untuk berpamitan, kemudian kembali ke Swiss untuk menghabiskan sisa musim gugur. Musim gugur di Swiss tidak kalah indahnya dengan di Edinburgh. Menikmati musim gugur di tiga negara sepertinya menyenangkan.

______


Pagi ini aku dan Tiana sibuk membereskan Botanic Garden sekalian membuat ramuan untuk mengubah tubuh menjadi peri. Meskipun aku keturunan bangsa peri, tetap saja darahku sudah bercampur dengan bangsa penyihir. Bahkan dominan penyihir, itulah mengapa aku tidak memiliki sayap secara alami.

Untuk memperoleh ramuan seperti yang diminum Been, aku perlu mencampur sari bunga Daisy dan Cleome sebagai perangsang tumbuhnya sayap, lalu rumput laut merah dari laut cina selatan sebagai perangsang terbang.

Untuk rumput laut merah, aku memiliki stok dalam jumlah terbatas. Aku membelinya dalam keadaan sudah dikeringkan.

"Ramuannya akan berhasil jika warnanya berubah menjadi silver." ucap Tiana sambil mencampur sari bunga Daisy dan Cleome.

"Berapa lama waktu membuat ramuan ini?" tanyaku.

"Cukup didiamkan semalaman tanpa cahaya."

Ah, ramuan para peri tidak terlalu lama dibandingkan ramuan para penyihir yang membutuhkan waktu berhari-hari.

Aku dan Tiana masih berkutat dengan ramuan ini di Botanic Garden hingga sore hari. Sementara Been dan Nic sedang berada di dalam rumah dan entah sedang mengerjakan apa. Besok kami akan pergi ke Ireland untuk mengantar Tiana, mungkin mereka sedang mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan. Mungkin saja mereka sedang memasak sesuatu untuk makan malam. Jika wanita identik dengan memasak, maka tidak untuk kami. Rasa masakan Nicholas dan Been jauh lebih baik dibandingkan dengan rasa masakanku. Tapi masakanku tidak terlalu buruk juga sih.

"Taraaa, sudah selesai." seru Tiana sambil mengangkat wadah berisi ramuan.

"Kita masukkan ke dalam botol atau biarkan di wadah?" tanyaku.

"masukkan ke dalam botol saja."

Tidak terasa sinar matahari sudah mengintip di balik pepohonan sebelah barat. Kami segera membawa ramuan itu masuk. Aroma lezat tercium saat memasuki rumah. Sudah pasti tebakanku benar tentang mereka yang sedang memasak.

"Sup labu sebagai makanan pembuka musim gugur sudah matang." seru Nicholas dari dapur.

"Apa musim gugur datang lebih cepat?" tanya Tiana.

"Melihat tanda-tanda di alam, sepertinya besok sudah berganti musim, mungkin saja lebih cepat 3 hari." Been datang membawa semangkuk besar sup labu.

Bunga gerbera merah yang ku letakkan di dalam gelas beberapa bulan sebelum pergi ke Scolty Hill sudah kering. Aku menggantinya dengan lima tangkai bunga mawar inggris berwarna merah muda yang kupetik dari Botanic Garden. Seketika semerbak wangi mawar memenuhi ruangan.

"Sepertinya menyenangkan memulai perjalanan ke Ireland saat fajar tiba." ucapku sambil mengambil posisi duduk di kursi.

"Bisa diatur, aku sudah mempersiapkan perjalanan kita." ucap Nicholas.

"Wooo super terstruktur sekali ya! kekeke." seruku.

Aku menyendokkan sup labu kuning ke mulutku. Creamy sekali, perfect! Nicholas bertanya bagaimana rasanya menggunakan gerak tubuhnya. Dengan semangat aku memberi dua jari kepadanya.

"Perfect!"

"Oliv si penyuka apa saja." Been terlihat mengomentari reaksi-ku terhadap sup labu buatan Nicholas.

"Tentu ada yang tidak kusuka."

"Apa?" tanya Been dengan raut wajah yang begitu menyebalkan.

"Puding kaki babi khas Polandia yang kubeli bersamamu di Besmell."

"Oh astaga, mengapa makanan itu terdengar aneh." ucap Tiana.

"Tiana, apa makanan khas para peri?" kini Nicholas ikut nimbrung percakapan tentang makanan yang terus berlanjut.

"Ah kalian harus mencoba Irish cake apple yang dibuat menggunakan crabapple. Aku akan membuatkannya untuk kalian."

"Kedengarannya lezat, oke kita akan memakan kue itu besok di Dail Land." ucap Nicholas.

Olivia Oxley : Rosewood (Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang