page : 10

6K 597 13
                                    

Nalio telah sampai di kos kosannya

Sekarang waktu telah berjalan selama dua Minggu, dan yah kehidupannya sangat tenang bahkan mulai mendaftar kan diri ke sekolah kecil terdekat

Namun ketenangan itu membuatnya resah, bagaimana jika tiba tiba terjadi masalah? Itu akan membuat seluruh kehidupannya berantakan walau sekedar insting belaka

Tapi Dia tak bisa mengabaikan insting insting itu Biasanya jika suatu tokoh di novel ataupun cerita fiksi lainnya, maka tokoh itu akan bernasib malang

Nalio sering membaca novel cerpen maupun komik tentunya di kehidupannya yang lain, meski pekerjaan nya banyak namun manusia tetaplah manusia yang menyukai hiburan semata.

☄️☔

Pagi ini Nalio menjalani kesehariannya  seperti biasa berangkat bekerja di pagi hari, pergi ke gym saat menjelang petang dan kembali tidur saat malam hari tiba

Kehidupan yang membosankan, Nalio ingin mencoba hal hal baru yang tak pernah terpikirkan olehnya

Dia ingin mencoba hal hal masa muda yang tak sempat di rasakan nya di masa lalu.

Lamunan Nalio buyar saat sang atasan menegurnya

"Nalio?"

"Eh- oh ya ada apa kak?"

"Lu sakit?"

".. engga"

"Kalo sakit bilang aja, lu bisa ngambil cuti jangan kebiasaan makasain diri, hidup itu panjang jangan terpaku sama satu tempat yang bikin Lo nyaman" kebiasaan Andras ketika berbicara dengan seseorang, tanpa sebab dirinya menasehati orang itu jika terlihat tampak memiliki masalah, seperti Nalio saat ini

"Hmm"

Hanya jawaban deheman yang Nalio lontarkan, itu cukup untuk Andras, ia kembali ke tempatnya semula yaitu dapur.

Waktu terus berjalan Nalio telah pulang dari gym

di jalan Nalio menyepak nyepak batu yang ada di hadapannya dengan malas, malam ini yang ada di jadwalnya hanya tidur tak ada yang lain

Apa yang bisa di lakukan bocah SMP saat malam tiba selain tidur? Mungkin bermain dengan teman sampai larut malam? Itu sudah biasa lagi pula Nalio tak memiliki teman

Tubuhnya tidaklah besar hanya sekitar 150cm an saja, itu sangat pendek jika dibandingkan dengan teman temannya yang lain, bagaimanapun dia harus menunggu lima tahunan lagi untuk bisa merasakan masa remaja

Dan itu sangat sulit, lebih tepat jika di katakan lama.

Nalio tengah menunggu di halte bis yang biasa dia jadikan alat transportasi untuk pergi maupun pulang

Berdiri dengan tegap tanpa melihat ke sana ke sini, menunggu bis yang dia harap akan segera datang

Selama itu dia hanya bisa menunggu dan menunggu, ponsel genggamnya tak ia bawa takut memiliki pelacak yang menempel di situ

Beberapa saat berlalu namun bis tak kunjung datang, Nalio mulai jengah dan duduk di kursi tunggu di sebelahnya

Hari semakin gelap dan Nalio masih belum beranjak dari duduknya

Dari sekian banyak hari mengapa saat ia sedang malas berjalan bis itu tidak datang sungguh sial nasibnya kali ini

Saat sebuah suara kendaraan terdengar Nalio melirik berharap itu adalah bis tapi kenyataan pahit yang ia terima, itu hanyalah mobil dengan satu penumpang yang berada di kursi pengemudi

Semakin Nalio memandang semakin jelas pula orang itu

Dia Refaldi, papa atau pamannya yang ia temui saat ingin pergi ke sekolah

Nalio paham sekarang pantas saja saat ini tak ada pejalan kaki maupun kendaraan yang berlalu lalang, ini pasti semua akal akalan keluarganya

Shit! Nalio lengah

Tepat saat pamannya hampir sampai Nalio berlari meninggalkan sang paman yang tersenyum manis?

Refal turun dari mobilnya dan mengangkat setengah tangannya lalu menunjuk ke arah Nalio yang berlari sudah cukup jauh

"Tangkap bocah itu"

Entah datang dari mana puluhan bodyguard muncul untuk mengejar Nalio yang sudah hampir kehilangan banyak staminanya

Nalio memasuki sebuah gang kecil sempit di sela sela entah apartemen ataupun rumah Mencoba bersembunyi di pojokan sambil mencoba mengatur nafasnya

Saat mengintip di celah kardus, Nalio di kagetkan dengan sapu tangan yang membekap mulut maupun hidungnya

Saat menyadari ada obat tidur Nalio mencoba menahan nafasnya namun naas matanya semakin memberat

Pemberontakannya sia sia matanya semakin lama senakin memberat dengan hitam yang mulai mendominasi

Setelah itu semuanya hilang hanya ada hitam tanpa batas yang dilihatnnya

...

"Bagaimana?"

" Dia aman, sekarang berada di dekapanku, kuharap kau dan yang lain mempersiapkan diri karna anak ini semakin memberontak"

"Benarkah? Bukan hanya untuk mencari perhatian kita?"

"Entahlah tapi kurasa tidak"

"... Hmm baiklah, untuk lanjutnya ku harap semua kau jelaskan saat kembali"

Sambungan terputus sepihak

"Dasar pak tua itu selalu mengambil kehendaknya sendiri" Haris menggerutu karna Frans terus terusan melakukan apa yang di inginkan ya bahkan tanpa persetujuan anak anaknya

"Jika aku bisa membantahnya mana mungkin aku ingin membawa bocah ini kembali"

Haris keluar dari gang sempit itu menuju halte bis yang tadi, membawa Nalio yang tampak di bawa seperti karung beras

Refal yang melihat kedatangan kedua keponakannya tersenyum dan melambaikan tangan

Haris tak banyak bicara, memasukan Nalio dengan kasar di kursi belakang dan dianya duduk di samping kursi pengemudi

Refal menatap Haris yang sudah duduk tenang sambil mengecek handphonenya

Refal yang tadinya termenung juga ikut memasuki mobil dengan hati yang berguman

'sepertinya keributan akan terjadi tak lama lagi'.






Tbc.

Baru juga satu page, eh ralat setengah page Nalio bebas, udah ketangkep ae.

Dan maaf up-nya lama, gw usahain malam ini ato subuh up lgi klo g ketiduran.

Follow voment thanks.

Nalio X.V [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang