Melamun menikmati mentari pagi yang gelap, Nalio putus asa entah kenapa
Dia baru berhasil tertangkap sekali bagaimana bisa seputus asa ini?
Namun sejak kejadian menaiki pohon pine dan tertidur di atas situ semua pemikirannya berubah hanya ada putus asa yang mengganjal hatinya
Tuk
Tuk
TukKetukan pintu terdengar, Nalio tak menoleh dia masih diam sibuk dengan pikirannya
Pintu terbuka menampilkan Frans dengan wajah leganya
Berjalan mendekati Nalio dengan perlahan dan memeluknya mengucapkan ribuan maaf yang tak di hiraukan
Permintaan maaf itu berakhir, keheningan terjadi dengan kecanggungan yang mengganggu Frans
Frans menghela nafas lelah
"Dengarkan aku.. aku sunggu minta maaf aku tak punya pilihan"
Nalio tertarik dan melirik Frans
"Pilihan? Pilihan apa?" Tanyanya dengan nada serak dan mata yang sama sekali tak tersirat kehidupan
Frans memilih diam dan mengangkat Nalio ke arah brankar tak ada pemberontakan bahkan umpatan
"Ayah belum menjawab pertanyaanku"
Untuk pertama kalinya Frans tersentuh, jantungnya berdegup kencang
"A-ayah?"
Mungkin Frans akan mati hari ini
"Lupakan itu aku sudah meminta maaf dan semua itu selesai"
Dendam yang tadinya terpendam meluap luap tampak seperti lahar mendidih
Tubuh Nalio panas dingin nafasnya tak karuan membuat pria di sampingnya menatapnya terkejut
Dan akhirnya pingsan.
Nalio kembali sadar saat senja tiba namun kali ini Nalio yang terbangun
Sedikit terkejut dengan apa yang terjadi namun kembali normal mengingat pemberitahuan sistem semalam
Rendra aka Nalio kehilangan emosi rasa percaya diri dan juga dendam semua itu berpindah ke Nalio
Nalio hanya alter ego yang keluar saat emosi Nalio meluap entah takut sedih marah bahkan senang
Sifat Nalio sekarang persis Rendra, kejam tanpa ampun dan angkuh sedangkan Rendra kehilangan jati dirinya
Sekarang dia hanya anak penurut yang kehilangan jati dirinya
...
Dua hari berlalu, jiwa yang berada di tubuh itu masih Nalio, sejak kepergian frans tak ada satupun saudara saudara Nalio yang datang sekedar menjenguk atau mengirim bingkisan
Nalio juga sudah tak tertarik dengan keluarganya sendiri. Jika itu bukan kepribadian Rendra maka ia tak akan seperti itu
Nalio malah bersyukur karna tak ada dari mereka yang berkunjung sejak insiden dua Minggu lalu.
Saudara saudara Nalio aka Nalio sudah berdatangan, seminggu lebih cepat dari yang sudah di jadwalkan
Nalio juga akan pulang besok, jika bisa kabur ia akan melakukannya.. namun kondisi tubuhnya saat ini tak memungkinkan
Nalio juga menyadarinya di alam bawah sadar sana, emosinya telah di ambil rasa sedihnya rasa kekecewaan rasa marah itu menghilang
Nalio tak sebegitu bodohnya hingga tak menyadari hal seperti itu terjadi
Sedangkan Nalio menerima semuanya, sedih sakit kecewa marah dia menerimanya semua hingga emosinya berada di puncak teratas
Entah Nalio maupun Nalio mereka berdua sama sama berubah, Nalio yang cengeng menjadi beringas sedangkan Nalio yang beringas menjadi tak memiliki emosi
"Hei rend..- Nalio apakah kau keberatan memiliki alter ego sepertiku?"
Tak ada jawaban, namun Nalio tetap melanjutkan perkataannya
"Dalam beberapa jam kedepan kesadaran mu akan kembali"
"Dan kuharap diriku bisa menjaga emosiku"
"Tetaplah hidup.. jadilah jiwa yang menjadi boneka ku~".
02:34
"Apa apaan itu. Boneka?"
Nalio merasa benar benar kecewa, Nalio yang telah ia bantu menjadikannya budak dan mempermainkan perasaan itu
"Tak kusangka kau lebih bajingan dari pada aku"
Rasanya Nalio ingin bunuh diri sekali lagi, bahkan ia benar benar tak diperbolehkan oleh tuhan untuk menjalani kehidupan normal
di tetapkan di dunia yang penuh akan penderitaan hanya membuat neraka yang terus terusan menggerogoti rasa percayanya pada tuhan menghilang
"Mana bahagia yang kau janjikan tuhan?, Apakah kebahagian begitu sulit untuk di gapai?"
...
Mentari pagi bersinar, Nalio sudah siap dengan segala kebutuhannya
Frans dan saudara saudara Nalio juga telah tiba di ruang rawat Nalio, mereka hanya diam tanpa pembicaraan hanya saja selain Frans
Entah kenapa menurut Nalio Frans itu kayak tiba tiba kesambet ajab habistu langsung berubah tobat.
Pagi itu memang benar benar cerah namun di dalam ruang rawat pasien bernama Nalio hanya ada kesuraman tekanan
Pada akhirnya salah satu dari mereka muak, itu Nalio
Nalio berjalan turun dari brankar mencoba menyeimbangkan tubuh yang lemas
Yang lain tampak tak ingin membantu pengecualian Frans tentunya, bahkan ketiga saudara Nalio bingung sendiri dengan sikap Frans saat ini
Frans memapah Nalio dan bertanya
"Ingin kemana" berkata dengan pelan dan menatap Nalio lekat
"WC"
Nalio hendak berontak sebenarnya, tapi jika terjatuh tak dapat menyeimbangkan diri dirinya akan malu sendiri
'bajingan seperti mu mengapa bersikap baik padaku?' Nalio membatin
Nalio tiba di depan toilet dan membukanya, tadinya ia berniat sendiri saja memasuki toilet itu
Tanpa persetujuan siapapun Frans ikut masuk dengan badan yang setia memapah Nalio
Jujur Frans merasa akan lebih baik jika di Nalio di gendong saja, namun ego yang masih mengunci hati Frans mengurungkan niatnya
Toh sebenarnya juga mereka belum sepenuhnya berbaikan
Trio bersaudara yang duduk di sofa terpisah hanya bisa cengo, mereka ingin namun lagi lagi ego itu.
Tbc.
jdi males... Konpliknya makin berat.Ininih epek krna ngetik sambil dengerin lagu.
Follow voment thanks.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nalio X.V [End]
Fanfiction"Kau minta maaf semudah itu? Setelah semua yang aku alami?!.. brengsek mana yang bisa memikirkan itu?" Nalio tersulut emosi kembali, emosi yang benar benar serius "Kau tau tak bagaimana aku di perlakukan di sekolah? Di rumah maupun di publik?" *** D...