page : 13

5.4K 513 9
                                    

Melamun menikmati mentari pagi yang gelap, Nalio putus asa entah kenapa

Dia baru berhasil tertangkap sekali bagaimana bisa seputus asa ini?

Namun sejak kejadian menaiki pohon pine dan tertidur di atas situ semua pemikirannya berubah hanya ada putus asa yang mengganjal hatinya

Tuk
Tuk
Tuk

Ketukan pintu terdengar, Nalio tak menoleh dia masih diam sibuk dengan pikirannya

Pintu terbuka menampilkan Frans dengan wajah leganya

Berjalan mendekati Nalio dengan perlahan dan memeluknya mengucapkan ribuan maaf yang tak di hiraukan

Permintaan maaf itu berakhir, keheningan terjadi dengan kecanggungan yang mengganggu Frans

Frans menghela nafas lelah

"Dengarkan aku.. aku sunggu minta maaf aku tak punya pilihan"

Nalio tertarik dan melirik Frans

"Pilihan? Pilihan apa?" Tanyanya dengan nada serak dan mata yang sama sekali tak tersirat kehidupan

Frans memilih diam dan mengangkat Nalio ke arah brankar tak ada pemberontakan bahkan umpatan

"Ayah belum menjawab pertanyaanku"

Untuk pertama kalinya Frans tersentuh, jantungnya berdegup kencang

"A-ayah?"

Mungkin Frans akan mati hari ini

"Lupakan itu aku sudah meminta maaf dan semua itu selesai"

Dendam yang tadinya terpendam meluap luap tampak seperti lahar mendidih

Tubuh Nalio panas dingin nafasnya tak karuan membuat pria di sampingnya menatapnya terkejut

Dan akhirnya pingsan.

Nalio kembali sadar saat senja tiba namun kali ini Nalio yang terbangun

Sedikit terkejut dengan apa yang terjadi namun kembali normal mengingat pemberitahuan sistem semalam

Rendra aka Nalio kehilangan emosi rasa percaya diri dan juga dendam semua itu berpindah ke Nalio

Nalio hanya alter ego yang keluar saat emosi Nalio meluap entah takut sedih marah bahkan senang

Sifat Nalio sekarang persis Rendra, kejam tanpa ampun dan angkuh sedangkan Rendra kehilangan jati dirinya

Sekarang dia hanya anak penurut yang kehilangan jati dirinya

...

Dua hari berlalu, jiwa yang berada di tubuh itu masih Nalio, sejak kepergian frans tak ada satupun saudara saudara Nalio yang datang sekedar menjenguk atau mengirim bingkisan

Nalio juga sudah tak tertarik dengan keluarganya sendiri. Jika itu bukan kepribadian Rendra maka ia tak akan seperti itu

Nalio malah bersyukur karna tak ada dari mereka yang berkunjung sejak insiden dua Minggu lalu.

Saudara saudara Nalio aka Nalio sudah berdatangan, seminggu lebih cepat dari yang sudah di jadwalkan

Nalio juga akan pulang besok, jika bisa kabur ia akan melakukannya.. namun kondisi tubuhnya saat ini tak memungkinkan

Nalio juga menyadarinya di alam bawah sadar sana, emosinya telah di ambil rasa sedihnya rasa kekecewaan rasa marah itu menghilang

Nalio tak sebegitu bodohnya hingga tak menyadari hal seperti itu terjadi

Sedangkan Nalio menerima semuanya, sedih sakit kecewa marah dia menerimanya semua hingga emosinya berada di puncak teratas

Entah Nalio maupun Nalio mereka berdua sama sama berubah, Nalio yang cengeng menjadi beringas sedangkan Nalio yang beringas menjadi tak memiliki emosi

"Hei rend..- Nalio apakah kau keberatan memiliki alter ego sepertiku?"

Tak ada jawaban, namun Nalio tetap melanjutkan perkataannya

"Dalam beberapa jam kedepan kesadaran mu akan kembali"

"Dan kuharap diriku bisa menjaga emosiku"

"Tetaplah hidup.. jadilah jiwa yang menjadi boneka ku~".

02:34

"Apa apaan itu. Boneka?"

Nalio merasa benar benar kecewa, Nalio yang telah ia bantu menjadikannya budak dan mempermainkan perasaan itu

"Tak kusangka kau lebih bajingan dari pada aku"

Rasanya Nalio ingin bunuh diri sekali lagi, bahkan ia benar benar tak diperbolehkan oleh tuhan untuk menjalani kehidupan normal

di tetapkan di dunia yang penuh akan penderitaan hanya membuat neraka yang terus terusan menggerogoti rasa percayanya pada tuhan menghilang

"Mana bahagia yang kau janjikan tuhan?, Apakah kebahagian begitu sulit untuk di gapai?"

...

Mentari pagi bersinar, Nalio sudah siap dengan segala kebutuhannya

Frans dan saudara saudara Nalio juga telah tiba di ruang rawat Nalio, mereka hanya diam tanpa pembicaraan hanya saja selain Frans

Entah kenapa menurut Nalio Frans itu kayak tiba tiba kesambet ajab habistu langsung berubah tobat.

Pagi itu memang benar benar cerah namun  di dalam ruang rawat pasien bernama Nalio hanya ada kesuraman tekanan

Pada akhirnya salah satu dari mereka muak, itu Nalio

Nalio berjalan turun dari brankar mencoba menyeimbangkan tubuh yang lemas

Yang lain tampak tak ingin membantu pengecualian Frans tentunya, bahkan ketiga saudara Nalio bingung sendiri dengan sikap Frans saat ini

Frans memapah Nalio dan bertanya

"Ingin kemana" berkata dengan pelan dan menatap Nalio lekat

"WC"

Nalio hendak berontak sebenarnya, tapi jika terjatuh tak dapat menyeimbangkan diri dirinya akan malu sendiri

'bajingan seperti mu mengapa bersikap baik padaku?' Nalio membatin

Nalio tiba di depan toilet dan membukanya, tadinya ia berniat sendiri saja memasuki toilet itu

Tanpa persetujuan siapapun Frans ikut masuk dengan badan yang setia memapah Nalio

Jujur Frans merasa akan lebih baik jika di  Nalio di gendong saja, namun ego yang masih mengunci hati Frans mengurungkan niatnya

Toh sebenarnya juga mereka belum sepenuhnya berbaikan

Trio bersaudara yang duduk di sofa terpisah hanya bisa cengo, mereka ingin namun lagi lagi ego itu.


















Tbc.
jdi males... Konpliknya makin berat.

Ininih epek krna ngetik sambil dengerin lagu.

Follow voment thanks.

Nalio X.V [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang