12

4.1K 145 0
                                    

Pagi ini Arunika harus berangkat ke sekolah sendiri bersama sang sopir. Aries bilang jika dirinya ada urusan penting membuatnya harus bolos. Sampai di sekolah sudah banyak siswa siswi yang datang. Karena tidak memiliki urusan lain membuatnya langsung melangkahkan kaki ke arah kelas.

Di sepanjang jalan dirinya merasa risih. Mereka semua yang berada di lorong tak segan menatapnya bahkan ada yang membicarakannnya. Arunika sendiri tak tahu apa salahnya hingga mendapat caci makian dihari keduanya berada di sekolah.

"Heh, bukannya dia cewek yang kemaren marah- marah di mejanya kak Aries"

"Dia pacaranya kak Aries bukan sih?"

"Dia kali yang godain kak Aries hahaha"

"Siapa sih namanya, sok kenal banget sama kak Aries"

"Gue yakin Sasa gak bakal biarin dia sekolah dengan tenang"

"Cih! Beruntung aja kemaren Sasa nggak main sama dia"

Telinga Arunika rasanya panas. Perkataan mereka serasa api yang berhembus. Kelasnya berada didepan sana. Tinggal melewati segerombol cewek yang sedang duduk dikursi panjang depan kelas. Dengan ragu dirinya berjalan didepan gerombolan cewek itu hingga,

"Upss, sorry gue gak sengaja" Gadis itu, Sasa, dengan sengaja memajukan kakinya membuat Arunika tersandung dan terjatuh.

Meringis pelan Arunika kembali berdiri. "Apa maksutmu?"

"Lo budek? Udah gue bilang gak sengaja!"

"Aku tau kamu sengaja! Jangan kamu kira aku takut sama kamu"

Dilihatnya Sasa berdiri berhadapan dengan Arunika. "Gakusah sok akrab lo sama Kak Aries, lo tuh cocoknya jadi babu Aries" Sasa dengan sengaja menyenggol bahu Arunika dan memasuki kelasnya.

"Gue ingetin sama lo, Aries tuh pacar Sasa jadi gak usah sok kegatelan lo, bitch!" Cewek dengan bibir merah mendorong pelan bahu Arunika dan memasuki kelas diikuti teman lainnya.

Arunika rasanya ingin melayangkan tamparan kepada Sasa juga temannya yang lebih mirip seperti ondel- ondel itu. Sama sekali tidak mencerminkan murit SMA dengan rok diatas lutut dan baju ketat tak lupa mulut seperti habis memakan cabai satu kilo juga alis yang lebih mirip jembatan itu. Mendengar bel sudah berbunyi Arunika memutuskan segera ke kelas, tak ingin ambil resiko dihukum jika tau terlambat.

Setelah duduk dikursinya baru ia sadari jika lututnya tergores, bahkan sedikit mengeluarkan darah. Tak sengaja lututnya kejatuhan buku membuatnya meringis.

"Lo gakpapa?" Tanya Tina yang sedari tadi memperhatikannya. "Lutut lo berderah astaga, lo abis jatuh atau ada yang sengaja bikin lo jatuh?"

"Gakpapa kok"

Pak guru yang mengajar matematika sudah memasuki kelas membuat Tina
yang ingin menanyakan hal lain terhenti. Arunika mencoba memfokuskan dirinya pada pembelajaran namun tak bisa. Perutnya sangat mules, mungkin karena tadi dirinya memakan sarapan sedikit banyak.

"Na, aku mau ke toilet dulu ya"

"Perlu gue temenin?"

"Nggak usah, kamu catet aja yang di papan nanti aku salin"

Setelah mendapat ijin Arunika segera berlalu menuju toilet. Dirinya memilih toilet diujung lorong saja karena di sanalah yang paling dekat dengan kelasnya. Mengabaikan beberapa siswi yang sedang bergosip Arunika segera memasuki salah satu pintu yang terbuka. Sekitar 10 menit dirinya selesai dengan kegiatannya. Saat keluar dari toilet dirinya sedikit kaget dengan keberadaan Sasa dan beberapa temannya.

Sedangkan Sasa dibuat geram dengan sikap Arunika yang mengacuhkannya. Sadar jika Arunika tak takut dengannya membuatnya kesal. Selama ini dimanapun Sasa berada, mereka semua akan menunduk tak berani mengangkat kepala.

"Ih, kamu apa- apaan sih!" Kesal Arunika karena denga sengaja Sasa meyemprotnya dengan Air dari wastafel.

"Gue gak suka lo deket sama Kak Aries!"

"Emang kamu siapanya? Orang kak Aries aja gak ngelarang kok"

"IYA, GUE PACARNYA! MULAI SEKARANG LO DILARANG DEKETIN PACAR GUE" Arunika sedikit mundur karena kaget mendapat teriakan dari Sasa.

"Kalau aku gak mau?"

Sasa sudah mengepalkan tangannya, wajahnya memerah antara marah dan malu. Malu karena ia kira Arunika akan tunduk dan marah karena Arunika selalu dapat menjawabnya. "Kalo lo gak mau, gue bakal bikin Kak Aries risih sama lo!"

"Coba saja kalau bisa, yang ada bukan aku yang di jauhi, tapi kamu" Arunika menunjuk Sasa. Saat hendak melangkah keluar dengan cepat Sasa menarik rambutnya.

"Lepas! Kamu udah gila ya?!"

"LO YANG GILA KARENA UDAH BERANI BANTAH OMONGAN GUE!" Sasa marah, bahkan teman- temannya tak ada yang berani memisahkan. Mereka sudah mencoba meneriaki nama Sasa agar segera melepaskannya sebelum guru datang, namun Sasa seakan tuli dengan itu semua.

"SEKALI LAGI GUE TAU LO NGEDEKETIN KAK ARIES, MAMPUS LO DI TANGAN GUE!" Dengan tega Sasa menjedotkan kepala Arunika ke arah wastafel.

Seketika Arunika ter duduk memegangi kepalanya yang dilanda pusing, darah segar mulai menjalar di pelipisnya. Sasa dan teman- temannya mematung di tempat,mereka bergetar takut. Hingga seseorang tiba- tiba mendobrak pintu, mengagetkan mereka.

"ARUNIKA!"

"BRENGSEK APA YANG KALIAN LAKUIN HAH!"

-----
Selamat membaca readers setia!

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang