29

1.4K 42 0
                                    

Tepat hari ini merupakan hari ke tujuh sebelum pertandingan resmi dimulai. Kegiatan latihan oleh para anggota basketpun semakin diperketat.

Gadis dengan rambut yang dikuncir sembarangan itu tengah duduk santai di tribun paling atas. Netranya tak pernah lepas dari orang-orang yang berlari kesana kemari.

Walaupun di bawah sana sangat ramai, gadis itu sama sekati tidak kesulitan untuk mengenali siapa orang yang tengah diteriaki oleh sekumpulan siswi di tribun tengah.

Permainan basket berhenti saat peluit dibunyikan oleh sang wasit. Tepuk tangan terdengar meriah menandakan jika latihan sudah usai. Usai disini tidaklah benar-benar selesai. Mereka—para anggota tim basket diberi waktu untuk istirahat selama satu jam sebelum kembali berlatih.

Seakan tidak memiliki rasa lelah, orang-orang dengan jersey warna hitam itu kembali bergiliran memainkan bola. Waktu yang seharusnya digunakan untuk beristirahat malah digunakannya untuk bermain.

Di atas tribun sudah tidak seramai tadi, para murid lainpun juga menyempatkan diri untuk sekedar membeli minum sebelum kembali bersorak nanti.

Dari posisinya, Arunika dapat melihat senyum menawan yang dilontarkan salah satu anggota tim basket. Senyumnya semakin mengembang jelas saat jarak mereka sudah semakin pendek.

"Capek ya?" Arunika bertanya sembari menyerahkan sebotol minuman kepadanya.

Aries kembali tersenyum, tangannya mengacak pelan rambut milik Arunika sebelum mendudukan diri di sampingnya.

"Nggak secapek tadi, lihat senyum kamu ibarat charger buat aku"

Sial. Kenapa dari hari ke hari mulut laki-laki itu semakin manis saja sih. Jika sudah begini bukan hati Arunika saja yang dibuat kocar-kacir, tetapi hati para readers pun turut ikut kocar-kacir.

Tidak berniat membalas, tangan milik Arunika dengan lembut mengambil handuk yang sedari tadi tersampir di bahu Aries.

Di elapnya pelan mulai dari lengan, wajah, dan yang terakhir rambut hitam lebat milik laki-laki itu. Walaupun dalam keadaan berkeringat, ajaibnya bau tubuh milik Aries tetaplah wangi.

Arunika berpindah duduk di tribun atas Aries. Alasannya agar lebih mudah untuk mengelap rambutnya walau nyatanya gadis itu hanya ingin menghirup wangi dari rambut Aries.

Jika bukan di tempat umum mungkin Arunika sudah memeluk erat tubuh Aries saat ini.

"Kenapa nggak bareng Tina sama Anita?"

Aries membalik tubuhnya sehingga berhadapan dengan Arunika. Kepalanya menengadah ke atas guna melihat wajah Arunika yang saat ini posisinya lebih tinggi darinya.

"Tina sedang ada ulangan susulan sedangkan Anita, aku nggak tahu dia dimana"

"Lain kali jika mereka nggak bisa nemenin kamu, bilang ke aku. Biar kamu bisa duduk di barisan depan atau kalau enggak kamu duduk di bangku pemain"

"Mana bisa begitu"

"Kenapa enggak? Dengan begitu kan aku bisa awasin kamu juga"

"Kamu kebingungan cari aku tadi?"

Arunika bertanya sambil matanya memindai seluruh tribun. Jika Aries menjawab 'iya', maka Arunika tidak akan terkejut, karena memang tribun di sini sangat lah luas juga tinggi. Belum lagi jika penuh dengan para murid. Orang paling tinggi dan besarpun jika sudah memasuki area tribun akan terlihat kecil.

Laki-laki itu merebahkan tubuhnya dengan paha Arunika sebagai bantal. Matanya ia pejamkan sebentar sebelum kembali terbuka.

"Mau di manapun kamu berada, mata aku akan selalu ngelihat keberadaan kamu. Walaupun kamu ada di antara milyaran manusia sekalipun, yang aku lihat hanyalah kamu yang sedang berdiri sendirian."

Blushh...

Arunika tidak dapat lagi menyembunyikan senyum lebarnya. Apalagi laki-laki itu yang senantiasa memandangnya dengan tatapan tulus.

Memang siapa yang tidak akan terbang jika sudah diberi kalimat seperti itu?

Tangan besar milik Aries sudah bertenger di atas kepala Arunika. Perlahan tangannya menuntun agar Arunika semakin menunduk hingga hidung mereka benar-benar sejajar.

Rambut Arunika yang semula di kuncir pun sudah terlepas akibat tarikan dari Aries. Setelah wajah mereka berdua benar-benar tertutupi rambut Arunika, secara kilat Aries mendaratkan kecupan di hidung gadis itu.

Nekat. Laki-laki itu sungguh nekat dengan aksinya. Seakan dunia adalah milik mereka berdua.

Cukup lama posisi mereka seperti itu, tidak tahu apakah Aries bermain lanjut dengan aksi nekatnya. Yang pasti, laki-laki itu baru melepaskan tangannya dari kepala Arunika saat suara peluit sudah ditiupkan kembali.

Tubuhnya ia dudukkan tegak, tangannya kembali menguncir rambut Arunika yang tadi ia buat berantakan.

"Mau pindah ke tribun bawah aja nggak?" Tanya Aries berharap gadis itu mengiyakan.

"Boleh"

Nahkan, berbahagialah Aries karena keinginannya kali ini terkabulkan.

Digandengnya dengan lembut lengan gadisnya, menjaganya agar tidak terjatuh saat melangkah melewati undak tangga.

Sesampainya di tribun paling bawah, Aries tidak langsung melepaskan tautannya. Laki-laki itu ikut duduk kembali di bangku tribun.

"Kok malah ikut duduk? Sana, udah di tungguin loh"

Arunika bertanya heran, apakah laki-laki itu tidak melihat bagaimana pelototan pelatihnya saat ini. Arunika yang hanya melihat sekilas saja merasa ngeri dan bisa-bisanya laki-laki di sampingnya tetap santai.

Gadis itu menatap horor orang yang sedang berjalan kearahnya. Dia pak Wira, pelatih tim basket yang begitu kejam.

"Ih, itu pelatih kamu ke sini, Aries. Mending kamu cepet-cepet kesana deh, ngeri tau!!"

Sedangkan Aries hanya terkekeh kecil mendengar histeris Arunika. Memang pak Wira menyeramkan, tapi bagi Aries orang itu hanya secuil dari kata menyeramkan.

Dasarnya Aries saja yang tidak memiliki rasa takut.

"iyaiya aku kesana deh" Aries berdiri. Sebelum benar-benar melangkah kedalam lapangan, laki-laki itu menyempatkan untuk mengecup sebentar pipi milik Arunika.

Yang diberi perlakuan tiba-tiba hanya melotot kaget sekaligus malu. Bagaimana tidak malu jika pak Wira yang tadi terburu-buru sampai berhenti di tengah lapangan dengan air muka syok.

"Biar aku tambah semangat, sayang"

Astaga, apa urat malu laki-laki itu sudah terputus hingga berani berteriak seperti itu.

Murid-murid yang memang sudah kembali ke tribun bersorak heboh, berbeda dengan Arunika yang kini sudah menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Sialan. Ingatkan dirinya untuk mencincang Aries nanti karena sudah berani membuatnya malu seperti ini.

Eh, memang Arunika memiliki nyali untuk melakukannya?








–––––
aku comeback lagi wkwk

semoga nggak bosen deh sama narasinya

walaupun aku orangnya baik hati dan tidak sombong, tidak meminta apa-apa sama kalian para readers,

ya tapi

ayolah

plis banget inimah jangan lupa vote komennya!!!



Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang