16

3.4K 89 0
                                    

"Gimanapun caranya kalian harus bisa bawa dia"

"Gue bakal bayar berapapun"

"Deal!"

Seorang gadis memekik kaget setelah membalik badannya. Didepan sana, ada seorang laki- laki yang tengah bersandar pada tiang pintu. Gadis itu melihat kesekeliling kamar mandi, baru dirinya bernafas lega jika tak ada orang lain disana.

"Kenapa ya kak?" Tanyanya.

"Keluar!"

Gadis itu hanya diam. Sepertinya belum memahami perkataan dari laki- laki itu. "Keluar, ini toilet cowok mereka mau ganti" Tunjuk laki- laki itu kearah luar toilet.

Gadis itu memastikannya, dan benar saja diluar sudah ramai segerombol laki- laki yang sedang membawa baju gantinya. Mendapat tatapan dari banyaknya laki- laki membuat gadis itu tersenyum canggung.

"Hehe, maaf kak.. Silahkan" Setelah mempersilahkan untuk masuk, gadis itu segera berlari menjauhi kamar mandi. Bagaimana bisa dirinya salah masuk kamar mandi, dan untung saja mereka semua tidak masuk secara serempak.

"Semoga nggak ada yang denger" Doanya.

-----

"Mamah...." Arunika langsung berlari memeluk sang Ibu. "Mamah kenapa nggak bilang ke Nika dulu kalau mau ke Indo, Nika kan mau jemput mamah"

"Kamu kan sekolah, masa murit baru udah ijin aja si" Annie membalas pelukan sang anak.

"Mamah bilangnya dua minggu lagi, tapi kok sekarang udah disini"

"Kan biar bisa cepet susulin anak mamah yang bandel ini"

Arunika memberengut sebal mendengar perkataan sang Ibu yang mana membuat sang Ibu tertawa. Dari arah depan muncul sosok pria yang sudah sedikit berumur namun tetap terlihat tampan.

"Ayah! Aku kanget banget!" Gadis itu kini sudah berada dalam pelukan sang Ayah.

"Loh, kok malah nangis sih? Mah, anak bandelmu nangis nih"

"Ihh Ayah! Ayah sama aja kaya Mamah tau! Ngeselin!" Arunika menghapus air mata yang sempat keluar.

"Akutuh kangen sama Ayah makanya nangis, gitu aja nggak peka!"

"Ulululu anak Ayah lagi kangen ternyata, sini peluk lagi Mamah juga sini" Dan terjadilah aksi peluk- pelukan seperti teletubies.

"Ehm, permisi.." Deheman seorang laki- laki yang berdiri tak jauh dari mereka, membuat pelukan keluarga itu terlepas. Arunika terlihat kikuk, terasa familiar dengan wajah laki- laki itu.

"Astaga saya lupa!" Dani menepuk jidatnya pelan. "Kemari nak, kenalin ini anak saya, Arunika"

Laki- laki itu tersenyum mengulurkan tangan didepan gadis itu. "Dika?" Beo Arunika dengan membalas uluran tangan itu.

Laki- laki tadi sama terkejutnya dengan Arunia namun dengan cepat merubah raut wajahnya. "Ya, gue Dika. Kita pernah ketemu dicafe waktu itu" Kenalnya.

Seketika Arunika teringat kejadian dimana ada sosok laki- laki itu mengelus rambutnya sebelum pergi. "Ah ya! Aku ingat"

"Loh, kalian sudah saling kenal ternyata. Dia tadi udah bantu ayah benerin mobil dijalan, biasalah si tua mogok" Jelas Ayahnya dengan kekehan diakhir.

"Sayang, kamu temenin Dika dulu ya biar mamah buatin minuman, kasihan Dikanya dari tadi belum minum" Ucap Annie.

"Saya gapapa tante"

"Tante juga gapapa kok, Nika ajak nak Dika ke depan aja, di dalem masih berantakan"

Dan kini Arunika serta Dika sudah berada diteras rumah. Rumah miliknya memiliki pagar membuat mereka tak langsung kelihatan dari arah jalan. Melindungi mereka agar para tetangga tak dapat menggunjing. Biasalah, mulut tetangga kan sudah bagai hakim saja.

"Gue gak nyangka kita ketemu lagi secepet ini" Kekeh Dika. "Tawaran gue buat makan bareng dulu masih berlaku kok"

"Apasih! Ohya, makasih ya udah bantuin Ayah aku tadi"

"Sama- sama. Kita belum kenalan resmi, kenalin gue Ilham Mahardika"

Tak langsung menjawab, Arunika malah di buat terdiam. Berlarut memandangi senyum yang begitu indah terpasang di wajah laki- laki itu. Gigi gingsul yang laki- laki itu miliki membuat senyumnya semakin menawan belum lagi dengan lesung pipi disebelah kanan.

"Udah jangan liatin muka gue mulu, suka tau rasa lo" Tangan besar miliknya meraup wajah Arunika yang terlihat cengo.

Malu? Tentu saja! Gadis itu sedikit gelagapan mendapat tatapan geli dari sebrangnya "Arunika Renjana, panggil Arunika aja atau Nika gapapa"

"Kalo sayang aja boleh nggak?" Godanya, laki- laki itu menaikkan sebelah alisnya.

"Hahaha, Itu pot bunga bukan gelas Nika, lo mau minum pasir?"

Sial! Gadis itu sungguh merutuki dirinya. Saking gugup serta malunya membuat dirinya tak dapat mengontrol tubuhnya sendiri. Kehendak hati ingin minum guna menghilangkan panas yang tiba- tiba menyerang tubuhnya, bukannya gelas yang ia ambil melainkan pot mini berbunga kaktus milik Mamahnya.

Buru- buru gadis itu menaruh kembali pot bunganya dan berganti mengambil gelas. Di liriknya kearah samping, melihat Dika masih saja tertawa membuatnya melotot kesal.

"Lo lucu banget sih!" Tanpa disuruh tiba- tiba saja Dika mendaratkan cubitan di kedua pipi milik Arunika. Tidak sakit memang, namun dapat membuat gadis itu berjingkat kaget.

"Udah sore nih, gue pamit balik dulu deh" Laki- laki itu berdiri dari duduknya membuat Arunika juga berdiri. "Gue pamit kedalem apa langsung aja nih?" Tanyanya.

"E- eh, langsung aja gapapa, nanti biar aku yang bilang ke Ayah kalo kamu pamit"

"Yaudah, gue duluan ya... Kapan- kapan gue mampir ke sini lagi" Laki- laki itu mengacak pelan rambutnya yang kemudian berjalan menuju motor hitam miliknya. Lambaian tangan laki- laki itu berikan sebelum benar- benar keluar dari pekarangan rumahnya.

Gadis itu masih diam mencerna apa yang baru saja terjadi. Mengelus pelan rambutnya bekas usapan dari laki- laki itu. "Kenapa mereka suka ngusap rambut aku sih" Monolognya. Saat Arunika hendak memasuki rumah, suara deru motor dari gerbang membuatnya kembali menoleh.

Matanya membulat saat orang itu mulai melepas helm yang dipakainya. "Aries.."

-----
Selamat membaca!

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang