17

2.7K 81 0
                                    

Sepulang sekolah, setelah mengantarkan Arunika pulang, Aries kembali untuk sekedar nongkrong bersama temannya. Didalam warung yang menjadi basecamp nya pun sudah terlihat ramai para pemuda dengan jaket hitam berlogo tengkorak itu.

"Kita udah lama nih nggak touring"

"Lah iya, hari sabtu gas aja gak si"

"Gimana bos?"

Aries mendongakkan kepalanya, menghisap rokok yang ada ditangannya dan kemudian ia hembuskan ke udara. "Atur aja, sekalian cari panti yang lagi butuh bantuan"

Geng Risak bukan hanya sebuah geng dengan aksi tawurannya saja. Biasanya setiap dua minggu sekali mereka mengadakan bakti sosial dengan mendatangi beberapa panti asuhan. Touring yang mereka adakan pun bukan sekedar mengendarai motor yang memenuhi jalan saja. Mereka akan membawa beberapa makanan atau minuman yang nantinya akan dibagikan kepada orang yang membutuhkan di jalanan.

Bahkan pernah juga geng Risak menjadi relawan ditempat- tempat yang sedang terjadi bencana. Rasa solidaritas mereka semakin membuat mereka dikenal banyak orang. Banyak dari geng lain pun yang mengikuti atau berpartisipasi dalam aksi sosial yang mereka lakukan. Namun ada juga yang tidak menyukainya. Katanya Risak adalah geng caper, padahal nyatanya mereka hanya melakukan aksi yang memang sangat penting bagi manusia. Kesadaran untuk bersosialisasi.

Aries melihat kearah jam tangannya. Rokok yang ia nyalakan sudah habis menyisakan bagian ujungnya yang berwarna cokelat saja. Teman- temannya terlihat asik dengan game kartu yang mereka mainkan. Sepertinya mereka memainkan kartu uno.

"Gue cabut duluan" Teriak Aries yang dengan serempat dijawab "Ya, hati- hati bos" oleh teman- temannya.

Tidak langsung menuju rumahnya, Aries membelokan stir motornya menuju rumah Arunika. Sampai dipertigaan memasuki kawasan perumahan, dirinya melihat salah satu orang yang sangat dia kenali keluar dari area perumahan. "Ngapain dia kesini?" Batinnya bertanya.

Mungkin sebuah kebetulan. Laki- laki itu kembali melajukan motornya. Melihat gerbang yang terbuka sedikit lebar membuat laki- laki itu menggerutu pelan. Tak bisakah gadisnya itu menutup pagar? Bagaimana jika ada seseorang yang dengan jahil memasuki rumah mereka.

Diparkirkannya motor besar itu dihalaman rumah. Dapat ia lihat gadisnya berdiri di teras , netranya melihat ada dua gelas kosong dimeja, sepertinya gadis itu baru saja kedatangan tamu.

"Aries.." Panggilnya.

Laki- laki yang dipanggil berjalan menuju kearahnya dengan senyum terukir diwajah tampannya. Laki- laki itu menarik pelan pinggang Arunika agar semakin dekat dengannya. "Habis ketemu siapa" Katanya dengan sekali gerakan bibir seksinya mendarat dipipi kanan Arunika.

"Ah, tadi ada tetangga yang datang" Ntah kenapa suara yang dikeluarkan gadis itu sedikit tersendat. Aries hanya menganggukan kepala saja.

"Nggak mau suruh aku masuk?"

"Ayo!" Gadis itu melepaskan rangkulannya, hendak mengambil gelas dimeja yang ternyata sudah lebih dulu diambil Aries. "Biar aku yang bawa" Katanya.

Mereka pun memasuki rumah. Terlihat seorang wanita tengah sibuk memasak didapur. "Mamah, ada Aries"

Wanita itu menoleh dari kompornya, menatap dengan senyum lebar kearah laki- laki itu. "Kebetulan nak Aries ada disini. Mamah masak sedikit banyak mungkin nanti kamu bisa makan bersama dengan kami"

Laki- laki itu hanya mengangguk dengan senyum tipis. Tubuhnya memasuki area dapur guna menaruh gelas yang sedari tadi dibawanya.

"Di mana Ayah?" Arunika celingukan melihat keberbagai arah.

"Ada ditaman belakang, lagi beresin barang kayaknya. Kalian kesana saja atau ke depan, Mamah mau lanjutin masaknya"

"Nggak mau aku bantu Mah?" Tawar Arunika.

"Nggak! Yang ada bukannya selesai malah kamu nambah pekerjaan Mamah udah bikin dapur meledak"

Seketika Arunika memberengut kesal, langsung saja dirinya menarik lengan Aries menghiraukan tawa cekikikan dari Ibunya. Sesampainya dihalaman belakang terlihat Ayahnya sedang membersihkan beberapa perabotan.

"Kalian kedepan saja sana, disini banyak debunya. Ayah bentar lagi selesai" Kibasan tangan dari pria lanjut usia itu menandakan jika mereka kembali terusir.

"Siapa juga yang mau bantuin" Pikir Aries. Sedangkan Arunika kembali kesal. Saking kesalnya tangga yang ia naiki berbunyi karena hentakan dari kakinya. Sudah tidak mood, dirinya memutuskan menuju kamarnya.

"Aaaa..."

Tanpa babibu laki- laki yang sedari tadi berjalan mengikutinya langsung menggendong tubuh ramping gadisnya itu.

"Ih, nanti kalo Mamah tau gimana? Main gendong- gendong aja!" Tangan mungilnya sesekali memukul dada bidang Aries. "Turunin!"

"Diam kalo gak mau sama- sama jatuh dari tangga"

Mata tajam laki- laki itu menyorot memandang gadis digendongannya, membuatnya langsung terdiam. "Kalo kesal jalannya biasa aja, kasian kaki kamu"

"Aku gak mau punya istri yang nanti kakinya pincang"

-----
Selamat membaca!

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang