"Mereka lucu- lucu ya"
"Iya"
"Aku nggak habis fikir deh sama orang yang tega ninggalin anak- anak, mereka mikir apa ya dulu sampai tega buang anak se manis mereka"
Tangan Aries mengelus lembut kepala Arunika. Mereka sedang duduk di gazebo bawah pohon menyaksikan para anak- anak yang sedang bermain. Sekekali tawa dari mereka mengudara, menyampaikan bagaimana bahagiannya mereka.
"Mereka nggak ada yang dibuang, hanya keadaan yang memaksa mereka agar dibesarkan bersama. Mungkin orang tua mereka sadar jika mereka tidak mampu menghidupi anak- anaknya, makanya mereka di bawa kesini. Itu pilihan tepat"
Wajah gadis itu menoleh, "Kenapa? Bukannya anak- anak itu hadir karena keinginan mereka? Tapi kenapa akhirnya mereka tidak bertanggung jawab akan kehidupannya?"
"Coba bayangin, jika orang tua mereka sebenarnya adalah orang yang tidak berada, untuk makan sehari saja mereka harus berbagi lalu bagaimana mereka menghidupi anaknya? Memang benar jika kehadiran anak itu adalah anugrah, oleh karena itu mereka membawa anak mereka kesini, agar anugerah itu bisa tumbuh, bisa tertawa seperti sekarang"
"Andai mereka tetap memaksa untuk mengasuh anaknya dalam kondisi yang sangat kekurangan, belum tentu anak- anak itu sekarang tertawa, bercanda ria atau sekedar saling rebutan makanan seperti sekarang"
Perkataan Aries sungguh menyentuh hati Arunika. "Aries, kenapa aku jadi pengen nangis setelah denger omongan kamu. Huaa...." Arunika menabrakkan dirinya pada tubuh Aries. Memeluknya pelan.
Laki- laki itu terkekeh pelan. Melepaskan pelukannya, ditatapnya wajah sembab Arunika yang terlihat menggemaskan. "Jangan khawatir, aku pastiin nanti anak- anak kita akan hidup dalam keharmonisan"
Wajah gadis itu memerah, anak- anak mereka? Bahkan Arunika tidak terpikir sejauh itu. Tangannya mencubit pelan pinggang Aries yang malah dibalas tawa oleh laki- laki itu.
"Kak Nika! Sini" Anak laki- laki dengan baju doraemon berteriak melambaikan tangannya.
"Sepertinya mereka sangat ingin bermain denganmu"
"Tentu saja! Aku akan kesana dulu" Arunika melompat dari gazebo yang seketika mendapat delikan dari Aries.
"Nika!"
Arunika menyengir, "Maaf- maaf, aku terlalu senang. Jangan hanya diam disana ayo ikut bermain juga." Lengan Arunika menarik Aries membuat laki- laki itu mau- tak mau bergerak mengikutinya.
Suara ocehan anak- anak membuat suasana semakin ramai, apalagi celotehan yang para orang dewasa keluarkan semakin membuat berisik. Tidak ada raut sedih di siang hari ini, yang ada hanyalah raut bahagia. Bahagia karena telah menemukan keluarga baru, keluarga yang begitu hangat menyayangi mereka, keluarga yang semakin mewarnai hari harinya.
Walaupun mereka tidak selamanya bersama, namun mereka tetaplah keluarga. Keluarga yang disatukan dalam satu hari untuk saling menguatkan, saling merangkul dan menghapus air mata.
"Kak Nika, cepat tendang bolanya jangan sampai di ambil musuhnya"
"Kak Nika opel ke aku aja"
"Ihh kak Nika, kok aku ngga dikasi bolanya sih"
"Jangan dikasih kak Nika, dia musuk kita"
"Kak Nika awas!!"
Dug..
"Awwss.." Arunika terduduk ditanah, tangannya memegangi kepala yang tidak sengaja terkena bola.
Gadis dengan baju berwarna pink itu berlari menghampiri dirinya. "Kak Nika...."
"Hiks.. kak maaf... aku.. aku gak sengaja" Gadis cilik itu menangis, memeluk Arunika.
"Tuh kan, udah aku bilang jangan ikut main bola, kamu itu pelempuan halusnya belmain boneka saja"
"Aku gak sengaja Aldo, hiks.. jangan malahin aku!"
"Aku gak lagi malahin kamu ish! Aku cuma bilangin kamu"
Arunika terkekeh sebentar, "Kakak gapapa Putri, tidak perlu menangis" Diusapnya air mata dipipi gadis cilik itu.
"Tapi.. tapi, aku udah bikin kakak sakit.. huaa...."
Gadis itu semakin menangis kencang, "Kak Nika.. jangan malah sama Putli.. Putli gak sengaja"
"Putli! Nanti di malahin Ibu kalo kamu nangis telus" Aldo berdiri gemas. "Ayo bangun, kamu buat kak Nika jadi lesehan di tanah, nanti bajunya kotol"
Perlahan Putri bangkit dari duduknya, menunduk memegangi tangan Aldo.
"Putri gak boleh cengeng, katanya putri udah gede, masa masih nangis aja" Arunika mensejajarkan tubuhnya untuk menenangkan si Putri.
"Udah, diem ya. Yuk kita kedalam aja, pasti yang lainnya udah siap- siap buat makan siang" Digandengnya lengan dua anak itu.
"Kak Nika.. Kakak nggak malah kan sama Putli?" Gadis kecil itu mendongak.
Dengan senyum manis Arunika menjawab, "Tentu saja tidak, bagaimana bisa kakak marah sama Putri yang gemesin ini"
—————
Selamat membaca!
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story
Teen Fiction[JANGAN LUPA FOLLOW DULU GENGS] * * Menceritakan kisah cinta para remaja pada umumnya. Dimana Aries Deandra Dirgantara, pria dengan sejuta pesona yang tak sengaja bertemu gadis kecil yang dapat menggetarkan hatinya. Mendatangkan perasaan asing yang...