[10] Belanja Bulanan

27 4 0
                                    

Sepulangnya dari kampus Gara memilih pulang ke rumah terlebih dahulu. Masih tersisa dua jam lagi sebelum aktivitas kerjanya di mulai, lelaki itu berniat memanfaatkan waktunya untuk tidur.

Tapi semua tak seindah yang lelaki itu bayangkan. Baru 15 menit ia memejamkan mata, suara berisik dari ruang tamu merenggut kesadarannya. Ia mendesah kecil, andai ia tinggal di rumah abangnya hal seperti ini pasti tak akan terjadi. Apalagi Aksa yang bolak balik ke kamar membuat ia benar-benar terjaga sepenuhnya. Entah apa yang sedang dicari oleh adik iparnya itu.

Keluar dari kamar ia menemukan teman-teman Aksa memenuhi ruang tamu, sepertinya anak-anak itu sedang mengerjakan tugas kelompok. Sedangkan Nayara tengah berada di dapur membuat minuman dan menyiapkan berbagai macam camilan.

"Kak, itu siapa?" Risa, anak perempuan yang ikut membantu Nayara berbisik kepada perempuan itu.

Nayara menoleh dan mendapati Gara yang tengah bersandar di kursi ruang makan, lelaki itu menunduk memainkan ponselnya.

"Itu ... Kakak iparnya Aksa," jawab Nayara sambil menyusun gelas di atas nampan.

"Kakak ipar? Suaminya Kak Nay dong, ya?"
Risa mengernyit bingung, karena memang yang ia tau Aksa hanya memiliki satu orang kakak saja, yaitu perempuan yang ada di sampingnya. Ia tak tau kalau ternyata kakak dari temannya itu sudah menikah.

Nayara yang ditanyai hanya tersenyum menanggapi, "Ayo Ris, kuenya bawa ke depan."

"Eh iya, Kak." Dengan kikuk Risa mengikuti Nayara yang berjalan lebih dulu di depannya. Sesekali ia mencuri pandang pada sosok lelaki yang sejak tadi menjadi atensinya. Jujur ia penasaran.

Begitu selesai menyiapkan camilan dan sedikit mengobrol dengan teman-teman adiknya, Nayara langsung bergegas ke dapur. Perempuan itu tak menemukan Gara di ruang makan, ia pikir mungkin lelaki itu sudah kembali ke kamar Aksa.

Setelah mencuci tangan dan berniat melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda, Nayara dikejutkan dengan sosok lelaki yang tertidur di kasur miliknya. Tepat di samping laptopnya yang terbuka. Helaan napas lelaki itu nampak tenang meskipun tidur dengan posisi tengkurap.

Tanpa berniat mengganggu, Nayara menutup pintu kamarnya rapat. Kemudian kembali ke tempat tidur untuk melanjutkan pekerjaannya.

***

"Gar, lo nggak pulang?" tegur Rama.

Jelas saja Rama keheranan, saat ini jam sudah menunjukkan pukul satu malam, dan Gara masih betah berada di kamarnya.

Tadi setelah jam kerja usai alih-alih pulang ke rumah Gara malah berbelok ke rumah Rama. Tak terasa ternyata sudah satu jam lebih lelaki itu berdiam diri di rumah temannya itu. Tak benar-benar berdiam diri, karena yang dilakukan dua lelaki muda itu sejak tadi adalah bermain PS.

Rama yang mulai khawatir berusaha mengingatkan. Karena jelas status Gara yang bukan bujangan bebas lagi tak bisa membuat lelaki itu leluasa seperti dulu. Walau bagaimanapun Gara lelaki beristri sekarang. Terlepas dari bagaimana mereka berdua menjalaninya, tetap saja Rama pikir Gara tak boleh seenaknya begitu, kan?

"Gue nginep ajalah, besok weekend juga, kan?"

"Iya, tapi Istri lo gimana? Perasaan dari tadi lo nggak ada ngabarin dia atau gimana."

"Gue udah bilang tadi biar nggak nungguin. Lagian gue bawa kunci sendiri kok, tenang aja."

Rama mengangguk mengerti.
"Gimana hubungan lo sama dia?"

"Biasa sih, kayak sebelum-sebelumnya."

Ya, tak ada yang spesial dihubungan mereka. Tapi setidaknya Nayara sedikit lebih berubah, ia sudah tak terlalu cuek seperti awal mereka bersama. Tiga minggu tinggal seatap membuat ia hapal kebiasaan-kebiasaan kecil perempuan itu. Nayara memang bukan perempuan yang banyak omong, tapi ia tak segan akan mengomel jika Gara ataupun Aksa melakukan kesalahan. Seperti kemarin malam, Gara yang terlampau mengantuk setelah pulang kerja langsung merebahkan diri tanpa membereskan handuk dan baju kotor. Alhasil begitu bangun pagi ia langsung mendapat omelan dari perempuan itu.

LIMITLESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang