[7] Gara-gara Pembalut

26 9 3
                                    

Ketika membuka mata Gara tak mendapati siapapun di kamar. Jelas saja, karena sekarang jam sudah menunjukkan pukul delapan lewat lima belas. Si pemilik kamar tentunya sudah pergi sekolah, sedangkan Gara sendiri selepas subuh tadi justru memilih tidur lagi.

Hari ini kelas pertama Gara dimulai jam satu siang, jadi dia masih punya banyak waktu untuk sekedar bermalas-malasan.

Gara berdecak begitu membuka ponsel dan mendapati pesan dari abangnya.
"Ah ribet!" umpatnya kesal.

Nayara yang akan memasuki kamar terlonjak kaget di depan pintu.

"Eh, sorry sorry." Gara menggaruk pipinya begitu mendapati Nayara terpaku melihat kelakuan anehnya.

Jelas saja dia kesal, setelah kemarin disibukkan mengurus surat nikah, hari ini dia kembali di teror oleh abangnya. Arsen bilang jika buku nikahnya sudah jadi ia dan Nayara harus segera membuat KTP dan kartu keluarga yang baru.
Ini kenapa jadi abangnya yang lebih antusias? Yang baru menikah kan dia.

Dengan cuek Nayara memasuki kamar Aksa, mengambil tumpukan baju kotor dan menyatukannya di dalam keranjang yang ia bawa.

Gara sempat melirik keranjang yang dibawa Nayara, ada pakaiannya juga ternyata di sana. Dengan pakaian kotor sebanyak itu, apa gadis itu berniat mencuci sendiri?

Meletakkan ponsel di tempat tidur, Gara mengekor di belakang Nayara, hendak menuju dapur.

"Lo mau nyuci sendiri?" tanya Gara.

"Iya," jawab Nayara.

"Kenapa nggak dibawa ke laundry aja?"

"Sayang uangnya, lagian aku masih bisa kerjain sendiri kok."

Gara mengedikkan bahu acuh, lagi pula dia cuma berbasa-basi saja tadi.

Dua jam kemudian Gara keluar dari kamar dalam keadaan rapi. Sebelumnya Gara berniat mengantarkan mobil abangnya yang semalam dia pakai, setelah itu barulah dia akan pergi ke ruko milik Ilham guna mengambil motornya yang sudah beberapa hari ia tinggal.

"Gue pergi dulu," ucapnya kala melewati Nayara yang tengah fokus dengan laptopnya di ruang tamu.

"Hm, hati-hati," jawab Nayara tanpa menoleh.

***

"Hahaha sumpah Gar, bercandaan lo nggak lucu sama sekali." Ari tertawa remeh.

"Lo lagi ngeprank? April mop masih lama anjir," kesal Rifki.

Sepulang dari mengambil motor tadi, Gara langsung meluncur ke kampus. Karena memang waktu yang mepet membuat ia tak sempat untuk pulang ke rumah. Keasyikan menemani Akbar bermain, ia sampai lupa kalau sudah menghabiskan waktu dua jam di rumah abangnya.

Dan saat ini ia tengah berkumpul dengan teman-temannya di kantin kampus. Karena sejak kejadian malam itu, ini pertama kalinya mereka bisa berkumpul kembali. Banyak sekali yang telah mereka bahas sedari tadi. Hingga beberapa menit yang lalu Gara mengungkap akibat dari kejadian itu membuat statusnya seketika berubah sekejap mata. Dari pria bebas menjadi seorang suami dari Nayara.

"Emangnya gue keliatan lagi becanda?" Gara menunjuk mukanya sendiri, yang dibalas gelengan dari ketiga temannya.

"Tapi ... gue tetep kagak percaya!" ujar Rifki lagi.

"Bentar, tadi lo bilang kalian di grebek? Jadi tu cewek lo tidurin?" seru Rama tak kalah heboh.

Spontan Gara menggeplak bahunya Rama sampai si empunya terhuyung.

"Sembarangan banget lo!"

"Lah, terus gimana dah?" Rama cengengesan.

"Waktu itu dia mau nolongin gue pas mau jatuh, eh malah dia ikutan nyungsep."

LIMITLESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang