[11] Lebih Dekat

24 3 4
                                    

Secara refleks Nayara melepaskan kedua tangan yang membelit pinggangnya. Ia menatap heran lelaki itu, sebab selama hampir sebulan menikah itu merupakan kali kedua mereka bersentuhan.

"Udah selesai belum cari shamponya?" Lelaki yang sudah sah menjadi suami Nayara itu pun bertanya. Matanya sesekali melirik ke arah perempuan yang ada di belakang istrinya.

Nayara mengangguk, raut bingung masih terlihat jelas menghiasi wajah cantiknya.

"Ya udah yuk cari yang lain lagi." Tanpa menghiraukan kebingungan istrinya Gara mengambil alih troli dan menarik Nayara menjauh.

"Gara ... Tunggu!" Tiba-tiba perempuan yang tadi bersama Nayara berjalan cepat menghampiri keduanya. "Kamu kemana aja?" ujarnya begitu sampai di hadapan Gara.

Gara menatap malas perempuan di depannya. "Ada urusan apa?" tanyanya tanpa basa-basi.

Menatap Nayara sejenak perempuan itu kemudian bertanya lagi, "Kamu blokir nomor aku?"

Nayara yang merasa tak enak hati berusaha melepaskan cekalan Gara di lengannya. Namun, lelaki itu sama sekali tak mengindahkan.

Tak mendapat jawaban dari Gara perempuan itu kembali bersuara, "Kamu harus dengerin penjelasan aku dulu." Ia menatap sendu lelaki itu.

Gara bergeming, sedangkan Nayara sendiri mulai resah. Ia merasa seperti sedang terjebak dalam situasi rumit yang dia sendiri pun tak tau apa penyebabnya.

"Uhm, Gara. Aku mau ke toilet."

Dalam sepersekian detik pandangan kedua orang yang ada di sana tertuju sepenuhnya pada Nayara.

"Ayo gue anterin," ujar Gara cepat.

"Eh, nggak usah." Nayara buru-buru menyahut. "Belanjaannya ntar nggak ada yang jagain. Kamu di sini aja aku bisa sendiri kok," lanjutnya kemudian.

Akhirnya dengan berat hati Gara melepaskan cekalan di tangan Nayara, kemudian membiarkan istrinya itu pergi.

Sementara itu Nayara berjalan lambat menuju toilet. Ia sebenarnya tak sepenuhnya ingin ke toilet, tapi berhubung dia tak mau berada di situasi rumit itu, jadilah ide itu tiba-tiba tercetus. Ia pikir mungkin keduanya butuh waktu untuk berbicara, dan ia sama sekali tak ingin mengganggu.

Sekembalinya dari toilet Nayara melayangkan pandangan mencari dua orang yang tadi ditinggalnya, tetapi tak ia temukan lagi keberadaan perempuan tadi di sana. Ia hanya menemukan Gara yang tengah berjongkok di salah satu rak.

"Udah selesai?" tanya Gara begitu mendapati Nayara yang berjalan mendekat.

"Udah."

"Ya udah kita ke sana," ujar gara sembari mendorong troli ke arah rak berisi berbagai macam camilan.

Sisa waktu pagi itu mereka habiskan untuk menjelajahi super market dengan suasana canggung yang meliputi. Tak seperti tadi, kini Gara tak lagi banyak berkomentar, ia hanya sesekali bersuara saat dimintai pendapat oleh Nayara.

***

Nayara sibuk menata berbagai macam sayuran ke dalam kulkas, sementara di meja makan ada Aksa yang sedang menggeledah hasil belanja kedua kakaknya.

"Banyak banget, ini lo niat ngeborong semua isi super market, Kak?"

Nayara menoleh sekilas ke arah adiknya. "Pengennya Abang kamu itu."

Wajar saja Aksa bilang begitu, pasalnya di atas meja makan sana sudah ada empat kantong besar berisi berbagai kebutuhan rumah tangga, juga berbagai macam minuman dan camilan. Sepertinya Gara memang berniat mengisi penuh kulkasnya tanpa meninggalkan celah sedikit pun.

LIMITLESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang