🌼|USIK|🌼

1.3K 139 14
                                    

Mew masuk ke dalam studio itu,perban di kepalanya belum dilepas tapi senyum di wajah ya itu menandakan kalau dia baik.Seperti itu kelihatannya.

"Kita harus naik ke lantai 24 Mew"Mew langsung menoleh mendengar perkataan manager y itu dia sontak menolak.

"Auh phi,aku harus menemui Gulf.Dia ada disini aku tau itu,dan aku yakin.Aku mau menemuinya dulu,phi duluan saja.."

"Mew,kau bisa mencariny..."

"Aku tdk mau menunggu phi,aku ingin menemuinya sekarang"elen harus apa?,dia hanya mengalah toh dia akan kalah.Dia tdk akan tega saat anak didiknya itu memelas hanya untuk hal seperti ini.Meskipun dia tau pasti akan ada kekecewaan tapi mendengar penuturan Mew semalam membuat dia yakin,kalau Mew memang ingin bersama Gulf.

Satu alasan yang membuat elen yakin kalau dia tidak akan bisa meminta Mew untuk sekedar menunggu untuk soal Gulf, karena kepada keluarganya saja dia membantah dengan keras jika Mew harus menunggu bahkan mengulurkan waktu untuk menemui Gulf.Dan mungkin elen tak memiliki alasan sekarang,dia hanya akan mengiyakan jika Mew meminta sesuatu soal Gulf.

"Baik aku menunggu mu di sana,jgn terlalu lama.Kau juga punya hal lain yang harus kau selesaikan Mew"

"Aku tidak lupa soal itu phi"

                                       ........
Gulf melangkah masuk ke gedung besar itu, biasanya dia akan datang dengan senyuman tapi ntah kenapa kali ini langkah'ya amat berat.Gulf menghela nafas,lalu sedetik kemudian sentuhan ia rasakan.

"Tidak perlu memaksa untuk datang,phi sudah bilang di awal.Kau berhak untuk semuakeputusan.Menolak,mengusir,
bahkan jika kau memukul ya kuat itu juga menjadi hak mu"Gulf menggeleng,dia mungkin masih berat untuk bertemu dengan Mew,tapi mendengar kata memukul,Gulf jelas tak tega.

Mungkin untuk ukuran pria seperti Gulf,hal selemah ini seharusnya tidak terjadi.Tapi beginilah Gulf,ini dia.Dia juga tidak suka dirinya selemah ini saat itu berhubungan dengan Mew.Dia juga ingin biasa'saja,tapi itu susah untuk Gulf dapatkan.

"Seandainya phi bisa,phi akan mencambuk kepala Mew Mew itu.Rasanya benar-benar konyol membenci orang padahal belum pernah saling bertatapan muka,tapi phi harap tidak pernah berjumpa dengan ya!"sarkas gina kasar,dan Gulf sama sekali tak merespon.

"Sudah ayo masuk"timpal y lagi.

Saat mereka melangkah,jantung Gulf seketika berdetak tak karuan.Dia merasa aneh saat melewati area ini.Gulf menelan ludahnya.

Tapi dia harus biasa saja,dan emang harus begitu.

"Phi akan naik,jgn terlalu sulit untuk menelpon phi jika ada sesuatu paham?!"Gulf mengangguk,lalu tidak lama gina menghilang dari pandangan Gulf, membuat Gulf meremas ujung bajunya.

Disaat Gulf ingin melanjutkan langkahnya karena dia pikir seharusnya dia bekerja bukan takut, takut akan seseorang yang jelas tidak ada di sini.Dia menarik nafas ya lalu mulai melangkahkan kakinya, upaya melanjutkan langkahnya yang dari tadi tak kunjung Sampai ketujuan.

Namun masih beberapa langkah Gulf mulai mendekati masuk,Gulf tiba-tiba seperti diseret kuat.Tapi itu tidak membuat efek sakit,hanya saja Gulf sedikit kaget,dan takut.

Sepanjang tarikan itu Gulf hanya menutup mata.

"Gulf!"

Suara itu berhasil membuat Gulf terperanjat kaget, dengan mata tertutup dan jantung berdetak kencang.Serta hati yang mulai kalang kabut.Dia perlahan membuka matanya.

Gulf menatap orang itu,Gulf tidak tau harus apa.Tidak,Gulf belum sanggup melihat ini.Masih berbekas dibenak Gulf,saat malam dimana Gulf diacuhkan.

Gulf menunggu Mew pulang, dengan perut kosongnya.Berharap Mew pulang lalu memberikan pelukan hangat tapi yang Gulf dapat,hanya sebuah kata-kata menyakitkan yang berkesan sebuah nasehat bagi pria itu.

USIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang