Bab 4 : Perjalanan waktu

12 3 0
                                    

Pertemanan ku dengan tanisha rupanya bertahan lama, semenjak kejadian itu aku selalu bersamanya dan dia selalu bersama ku. Aku tidak pernah berekspektasi bahwa aku akan memiliki seorang teman yang baik sepertinya. Bukan tanpa alasan aku mengatakan nya, kami bahkan belum pernah bertengkar hingga saat itu.

Aku menegaskan bahwa ketika kami memiliki pandangan yang berbeda kami akan membicarakannya langsung, sehingga meminimalisir kemungkinan hubungan yang retak.

Tapi terkadang ketakutan tetap akan datang, melihat bagaimana baiknya hubungan ini membuat kami takut akan perpisahan tragis yang mungkin terjadi.

Dia adalah seseorang yang tidak pernah aku duga akan menjadi seorang pendengar yang baik untuk ku, kami memiliki selera humor yang sama mungkin karna itu kami menjadi cepat dekat.

2 bulan telah terlewati tanpa terasa ujian matematika akan tiba hari ini, 'ahhh ini akan jadi hari yang buruk' gumamku. karna, yaa aku tidak belajar apapun dan hanya akan menggunakan keberuntungan ku hari ini.

Berbeda dengan tanisha sepertinya dia sudah sangat siap.
'Link dibagikan' ujar guruku tersenyum mengerikan

25 menit berlalu~

Seorang anak datang tiba-tiba, berbisik pada guru itu. Kemudian dia berkata 'maaf ibu tidak bisa menemani ujian kalian, silahkan kirim ujian sebelum jam 11.30' ujarnya sambil membereskan tasnya

'Baikkkkkk!!!' ujar anak kelas bersemangat

Aku berbalik kebelakang dan tersenyum menatap tanisha

'udah??' dia hanya menggeleng

'ahhh soalnya susahhhh' ujarku merengek

'Akuu sudahh' ujarku dengan semangat

'Mau nyamain jawaban gak?' ujarku
Ya itu yang biasanya kami lakukan, aku terkenal pintar dan diapun begitu jadi mudah bagi kami mendiskusikan nya bersama. Yahhh walaupun terkadang itu dilarang.

Tapi tidak seperti biasanya tanisha menatap ku serius 'gak, aku mau nilai yang lebih besar dari kamu' ujarnya kembali menatap ponselnya.

'Hahaha' ak tersenyum kecut.

Ya itu agak menyakitkan, sejak kapan dia menjadikan aku saingannya? Padahal semua tugas rumah yang dia kerjakan berasal dari jawabanku namun aku tidak pernah menperhitungkan itu.
Apapun yang dia tidak mengerti aku mengajarkan nya.

Terdengar kekanak-kanakan memang tetapi aku selalu sensitif terhadap permasalahan nilai karna hubungan pertemanan ku pernah kacau hanya perkara nilai. hal sepele itu pernah mengubah drastis kehidupan smp ku.

Aku dan tansha tidak berkata apa-apa sampai jam pulang tiba. Aku yang tidak membuka pembicaraan dan dia yang tidak berusaha mengajak ku berbicara itu kombinasi sempurna dalam pertengkaran.

Dan ini menjadi pertengkaran pertama dan terbesar yang pernah terjadi diantara kami.

Always Be The One Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang